[Christmas Home Coming Story] Bagian 2-Menuju Kota Malang, Kampung Halaman

Cerita #Christmas Homecoming Story bagian 1, jalan-jalan singkat di Kota Semarang bisa dibaca disini.

Malanjutkan perjalanan dari Kota Semarang tanggal 22 Desember, selepas sarapan pagi bersama dengan Mas Wendy Hantoro dan Mbak Jeanette, dua rekan saya dari kantor perwakilan Campina Semarang. Kami sarapan di warung sederhana yang menyajikan soto khas Semarang, tepat di seberang Faustine Hotel, tempat kami menginap semalam. Waktu saat itu sudah menunjukkan pukul 07.30 WIB, sudah cukup siang. Setelah selesai berkemas dan check out, langsung kami melaju menuju GT Gayamsari yang hanya 10 menit saja dari hotel kami.

GT Gayamsari, Semarang, pukul 07.59 WIB
Ruas Tol Semarang-Bawen-Salatiga, pukul 08.22 WIB

Persimpangan exit tol Bawen, bila ambil jalur exit kiri akan keluar di Kota Bawen, dimana selangkah lagi akan sampai di Kota Ambarawa, pernah saya kunjungi bulan April yang lalu di #AmbarawaTrip  Banyak lokasi wisata sejarah yang menarik dan kuliner khas dari kota kecil ini. Jika ambil jalur lurus, akan berlanjut ke persimpangan exit tol Salatiga dan (nantinya) belok kanan akan keluar di exit tol Magelang dan bisa langsung sampai di Kota Yogyakarta.

Menjelang Exit Salatiga, pukul 08.34 WIB

Bila nanti tol ini sudah rampung semuanya (Semarang-Salatiga/Semarang-Yogyakarta), jika kita belok kanan akan sampai ke DI. Yogyakarta lewat Kota Magelang dengan Candi Borobudur-nya, dan jika belok kiri, akan keluar di Kota Salatiga. Kemajuan yang luar biasa! Terima kasih, Pak Jokowi!

Gerbang Tol Salatiga, pukul 08.35 WIB

Kami masuk ruas tol Semarang-Bawen-Salatiga tepat pukul 07.59 WIB dan keluar di GT Salatiga (yang konon disebut sebagai GT dengan pemandangan tercantik di Indonesia) 08.35 WIB. Artinya, jarak 50,9 km antara dua kota tersebut kami tempuh dalam waktu 36 menit saja dengan kecepatan sedang (I’m not in a hurry, so why the rush?). Sayang sekali, langit sedang mendung saat itu, sehingga Gunung Merbabu dan gunung-gunung lainnya tidak tampak. Namun hal tersebut hanya jadi sebagian kecil saja, dibandingkan dengan rasa syukur kami atas dibangunnya jalan tol yang semakin dekat dengan impian menghubungkan kota-kota di Pulau Jawa tersebut, dari Pelabuhan Merak, Cilegon hingga ke ujung timur Pulau Jawa, kota Banyuwangi. Selangkah lagi sampai di Pulau Bali. Bisa cek rencana tol Trans Jawa di sini.

Sudah terbayang, di tahun 2019 nanti jika saya ingin pulang kampung, saya tinggal masuk tol Bekasi Barat dan langsung keluar di pintu tol yang langsung menuju Kota Malang. Ah sedapnya!

Sebenarnya dari info Mas Wendy, ruas jalan tol Solo-Sragen-Ngawi sudah pernah dicoba sebagai jalur alternatif pendukung jalur mudik Lebaran yang lalu. Namun karena kami belum ketemu jalur masuk ke tol tersebut, kami memilih melewati jalur alternatif Gemolong-Karanggede-Sragen yang biasa kami lewati. Sebenarnya jalur alternatif ini cukup memangkas waktu cukup banyak. Membuat kami tidak harus melintasi jalur Boyolali-Kartasura-Solo-Sragen menuju perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur di Kota Mantingan, yang kami lewati tepat pukul 11.21 WIB.

Perbatasan Jatim dan Jateng, pukul 11.21 WIB

Dan di kesempatan #ChristmasHomecomingTrip kali ini, kami merasakan nikmatnya melintasi 2 jalur tol baru. Yaitu ruas Bawen-Salatiga, dan ruas Kertosono-Mojokerto-Surabaya. Kami ambil rute lewat tol baru ini meskipun mengakibatkan jarak tempuh jadi lebih lama kurang lebih 1 jam dibandingkan rute yang biasa kami ambil, yaitu jalur Kediri-Pare-Kandangan-Ngantang-Pujon-Batu-Malang, yang sebenarnya lebih asyik dan menantang karena kelak-kelok dan pemandangan indah di kanan-kiri jalan.

Dari arah Ngawi hingga Kertosono sebenarnya cukup jauh, dan di beberapa ruas jalan perjalanan terhambat karena melintasi jalur kereta api (KA), yang tengah dalam penambahan 1 lajur lagi di sepanjang ruas Ngawi-Kertosono-Kediri-dan seterusnya, dan juga saat melintasi Hutan Saradan. Jalur naik turun dan berkelok-kelok di sepanjang jalur ini terkenal cukup berbahaya dan rawan kecelakaan. Sebabnya adalah larangan ketat untuk segala jenis kendaraan untuk mendahului kendaraan lain di depannya yang lebih pelan, dengan melanggar marka lurus (tidak putus-putus). Apabila salah perhitungan, kecelakaan fatal bisa terjadi. Sehingga siapapun yang lewat jalur ini harus sabar untuk tidak memaksakan keinginan mendahului kendaraan di depannya, dan tentunya kudu ekstra hati-hati.

Gerbang Tol Bandar (ruas Kertosono-Mojokerto), pukul 15.55 WIB

Setelah menyantap makan siang Nasi Rawon dan Soto Madura di Rumah Makan Saradan Asri, kami melanjutkan perjalanan hingga bertemu dengan Gerbang Tol Bandar di Kota Kertosono, pukul 15.55 WIB yang nantinya akan membawa kami ke arah Surabaya. Melintasi jalan tol yang baru diresmikan Presiden Jokowi bulan November 2017 yang  lalu. Jalan tol ini sudah dipersiapkan sedemikian rupa untuk kenyamanan penggunanya. Di sepanjang ruas tol Kertosono hingga Mojokerto, ada 3 rest area kecil yang cukup menampung belasan mobil dan truk, dengan penjaja makanan di masing-masing rest area, juga toilet yang selalu terjaga kebersihannya.

Gerbang Tol Warugunung, Mojokerto, pukul 16.19 WIB
Gerbang Tol Warugunung, Mojokerto, pukul 16.19 WIB

Dengan menggunakan fasilitas jalan tol ini, perjalanan dari Kota Kertosono ke Kota Mojokerto cukup ditempuh dalam waktu 24 menit saja. Wow!

Tapi ada cerita yang kurang sedap. Di GT Warugunung ini, kartu BNI Tap Cash saya kembali bermasalah. Perjalanan dari GT Bandar hingga GT Warugunung sepanjang 74 km ini harus saya bayar cash, karena reader tidak dapat membaca kartu Tap Cash saya. Wah, perlu dipertimbangkan untuk menggunakan e-toll card dari Bank Mandiri saja nampaknya untuk tol jarak jauh seperti ini 😦

Gerbang Tol Pandaan, pukul 18.14 WIB. Semakin dekat dengan Kota Malang

Sebenarnya perjalanan lewat jalan tol ini cukup lancar, hanya saja saat hendak masuk GT Waru arah Bandara Juanda (saya tidak tahu harus lewat jalur ini ataukah ada jalur lain yang langsung menghubungkan tol Mojokerto-Surabaya langsung ke tol Gempol-Pandaan, Pasuruan tanpa harus lewat GT Waru?). Akibatnya saya harus bayar tol dahulu di GT Waru,  lalu ambil exit Rungkut, putar balik dibawah jembatan layang tol, dan masuk kembali ke jalan tol dari GT Rungkut.

Tapi tidak apa-apa lah, sudah lumayan dekat rumah ini 🙂

Setelah lepas dari tol Surabaya-Sidoarjo, kami melanjutkan perjalanan lewat tol Sidoarjo-Pandaan yang masih tergolong baru. Diiringi hujan deras, kami keluar di GT Pandaan tepat pukul 18.14 WIB. Jadi, perjalanan dari masuk GT Bandar-Kertosono hingga keluar di GT Pandaan-Pasuruan ini cukup memakan waktu 2 jam 10 menit (termasuk antrean bayar tol di GT Waru, dan sedikit tersendat akibat perbaikan jalan di sepanjang tol Sidoarjo).

And finally, I’m home! Masuk kota Malang, melintasi kampus saya dulu, Universitas Brawijaya di sepanjang Jalan MT.  Haryono, tepat pukul 20.31 WIB. Perasaan lega mengalahkan rasa kantuk dan lelah. Saya sudah di rumah, setelah menempuh 860 km.

I’m home, at last!

Rumah saya, Palmira Graha A7 Joyo Utomo, Merjosari, Malang

Sumber:

  1. Jalan Tol Trans Jawa. Link: https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_Tol_Trans_Jawa | Diakses pada: Selasa, 2 Januari 2017 pukul 14.28 WIB
  2. Lewat Tol Mojokerto-Kertosono Hanya Rp 6 Ribu, Ini Rinciannya. Link: https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3656471/lewat-tol-mojokerto-kertosono-hanya-rp-6-ribu-ini-rinciannya | Diakses pada: Selasa, 2 Januari 2017 pukul 15.00 WIB
  3. Kini, Surabaya-Kertosono Bisa Lewat Tol. Link: http://properti.kompas.com/read/2017/12/19/172300921/kini-surabaya-kertosono-bisa-lewat-tol | Diakses pada: Selasa, 2 Januari 2017 pukul 15.00 WIB.

4 Comments Add yours

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s