[Christmas Homecoming Story] Bagian 3-Family Day, Alun-Alun Tugu hingga Bedengan, Dau

Tulisan saya tentang perjalanan dari Bekasi ke Kota Semarang, dan dari Kota Semarang ke Kota Malang lewat 2 ruas tol baru bisa dibaca disini dan disini.

 

Saya ingat kalau saat liburan, akan banyak asupan makanan lezat dan penuh memori yang masuk ke perut. Dan salah satu hal yang bisa saya lakukan adalah, lari! Saya sudah siapkan sepatu lari dan sepatu basket saya, just in case teman-teman basket saya dulu mengajak saya main basket. Entah di kampus saya, atau di lapangan-lapangan dimana kami dulu sering bermain, termasuk di dalamnya lapangan basket legendaris Bima Sakti, Sukun-Malang, dimana dulu saya belajar basket dengan benar dan punya mimpi menjadi pemain basket profesional saat masih muda.

Tapi ya akhirnya harus sadar diri 🙂

Sadar dengan kemampuan basket saya yang pas-pasan, postur dan kecepatan yang kurang mendukung. Saya biasa bermain di posisi power forward, dimana selain harus punya postur tinggi dan besar, harus punya dasar skill dan kelenturan seorang forward (drive, lay up, shoot), namun juga handal dan kuat beradu badan di bawah keranjang, selayaknya pemain center (rebound, under basket, block). Apa daya, saya hanya punya tinggi 179 cm. Tergolong pendek untuk ukuran power forward. So, I must go on chasing another dream that somehow already paved and blessed for me. Sampai hari ini, berkarya di jalan lain.

Masih main basket kok sekali-sekali, yang kini saya lakukan untuk jaga kondisi dan bersosialisasi. Tak lebih 🙂

Lapangan Rampal, Malang

Lanjut! Sabtu pagi hari, saya beserta kedua adik saya, dan 3 keponakan saya, berangkat ke Lapangan Rampal, lapangan milik TNI-AD, yang sering dijadikan arena konser band atau festival clothing expo. Agak berat sih (dan agak memaksakan diri) berlari saat tubuh sedang kurang istirahat. Pagi itu, saya ‘ambil jatah’ lari 6,75 km saja. Cukup 6 putaran trek lari besar cukup membuat saya mandi keringat. Sesuatu yang sangat saya sukai! The moment when endorphine kicks in 🙂

Lapangan Rampal, Malang

Karena jalan rame-rame, tentunya setelah selesai sesi lari, kami bertujuh melanjutkan jalan-jalan ke kawasan Alun-Alun Tugu, dan pasar bunga-burung-ikan Splendid. Dua tempat yang punya kenangan cukup banyak buat saya, terutama pasar ikan Splendid. Dimana lokasi tersebut pernah jadi lokasi foto pre-wedding saya di bulan Desember 2007 yang lalu. Wow, tepat 10 tahun yang lalu ternyata! :O

Alun-Alun Tugu, Malang
Alun-Alun Tugu, Malang
Alun-Alun Tugu, Malang
Salah satu sudut Pasar Ikan Splendid, Malang
Pasar Hewan Splendid, Malang

It’s a family day. Jadi seharian setelah acara lari, jalan-jalan dan foto-foto di kawasan Alun-Alun Tugu dan Splendid ini, kami sekeluarga mempersiapkan acara jamuan untuk arisan keluarga yang biasa digelar di rumah saat menjelang Natal, dengan dihadiri oleh sanak keluarga yang bukan beragama Nasrani saja, namun juga juga saudara-saudara kami yang beragama Islam. Kedekatan antar anggota keluarga yang kami rasakan selama beberapa kali dalam setahun saja. Juga, keluarga kami punya tradisi menghantarkan makanan ke tetangga-tetangga dekat (baca: ater-ater, istilah orang Malang) menjelang Natal. Dan tetangga-tetangga kami pun akan ‘membalas’ mengirimkan makanan saat menjelang Ramadhan, Idul Fitri, dan seminggu setelah perayaan Idul Fitri, ‘hari raya ketupat’ demikian kami menyebutnya. Guyub, rukun, dan bersahaja.

Gerbang masuk ke Desa Wisata Selorejo, menuju Bedengan camping ground

Dekat rumah saya, ada lokasi wisata alternatif yang kini mulai dikenal banyak orang. Camping ground yang dikelilingi perkebunan jeruk peras dan jeruk manis yang luas, dimana para pengunjung bisa bermain air di sungai yang jernih, tracking di sekitar camping ground tersebut, hingga menikmati air jeruk murni yang langsung diperas dari buahnya. Para pengujung pun bisa membeli jeruk langsung ke petaninya saat selesai panen dengan harga sangat bersahabat. Bedengan, tempat itu biasa disebut, dan kami sekeluarga mengujunginya sore itu.

Jalur masuk ke Bedengan camping ground, kebun jeruk di kanan-kiri jalan
Kota Malang dari ketinggian, Bedengan Camping Ground
Air sungai di Bedengan camping ground, jernih dan dingin!
Hutan pinus, Bedengan camping ground
Aliran sungai jernih, Bedengan camping ground
Bedengan camping ground

Saya sempat sebut tentang minum jeruk peras langsung dari buahnya tanpa tambahan gula dan air kan? Dan juga beli buah jeruk peras dan jeruk manis kiloan langsung dari petaninya saat mereka panen juga kan? Ini dia foto-fotonya! 🙂

Penjual jeruk, Bedengan camping ground
Minuman jeruk peras murni (Rp5.000,-/cup) dan jeruk manis Rp7.000,-/kg, Bedengan camping ground

Jika ditanyakan berapa level kebahagiaan saya hari ini dari skala 1-10, setelah berhasil sampai di Kota Malang dengan selamat, bertemu kembali dengan bapak, ibu, dan adik-adik saya beserta ipar dan keponakan-keponakan saya? Saya harus jawab: 11! 🙂

Hehehehe, it simply because all the homesick are cured. Rasa rindu akan rumah itu telah terobati. Bisa melihat bapak ibu dalam keadaan sehat, dan tawa riang keponakan-keponakan saya yang demikian bahagianya saat diajak jalan-jalan naik mobil keliling kota Malang, pergi ke pantai di selatan kota, dan naik jalan-jalan ke arah Kota Batu.

Simak tulisan saya saat merayakan Hari Raya Natal bersama dengan keluarga dan jalan-jalan seru lainnya di Kota Malang dan Kota Batu disini.

One Comment Add yours

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s