Mari Kita ke Yogyakarta! (bagian 3)

Jika di tulisan kedua saya menyebut lokasi wajib kunjungi ada pada Jalan Malioboro, di tulisan ketiga ini, lokasi wajib kunjung untuk para turis adalah Kopi Klothok. Kenapa wajib?

Sebenarnya biasa saja dan gak wajib-wajib juga sih. Tapi berhubung saya suka banget dengan pilihan kuliner ala pedesaan yang menawarkan pemandangan sawah luas dan Gunung Merapi nan gagah di belakangnya, ditambah dengan menu masakan rumahan yang tentu saja ‘ngangeni’, diajak kesinipun setiap #JogjaTrip pun saya pasti mau.

Jumat, 19 Agustus 2022.

Berangkat pagi-pagi demi suapan masakah khas kampung di Kopi Klothok adalah hal yang wajib dilakukan. Kalau tidak? Ya harus mau ngantre agak panjang. Setelah mendapat tempat parkir yang cukup dekat dengan rumah makan, kami pun bergegas masuk untuk pesan ini dan itu. Oh iya, antrean tidak panjang, baik untuk pesan jadah (ketan) atau pisang goreng, maupun untuk ambil lauk sayur di paket sepuasnya. Namun, tempat makan lesehan di pekarangan belakang dengan tikar-tikar sudah relatif penuh.

Cukup dengan membayar Rp13.500,- per orang (harga bulan Agustus 2022), kita sudah bisa mengambil nasi putih (atau nasi megono khas Pekalongan), tiga pilihan lodeh (tempe lombok ijo-keluwih-terong), dan sambal dadak (tinggal ambil di layah). Untuk lauk di-charge per biji. Untuk anda yang jago atau doyan nyambel sendiri, dan merasa sambal dadak a la rumah makan tidak senendang yang biasa anda rasakan, no worries, anda bisa nyambel sendiri. Ada pojok sambel tersendiri, dimana anda bisa memamerkan keahlian anda membuat sambel.

Karena sudah sarapan di rumah, saya mengambil sayur lauknya saja tanpa nasi. Ketiga macam lodeh saya ambil dalam satu piring (karena base kuahnya sama), pisang goreng 2 porsi )1 porsi isi 3 pcs), dan telor dadar krispi 1 porsi. Sayang sekali untuk minumannya sudah di-setting manis semua, baik es teh, teh, kopi, jeruk dan minuman lainnya. Saya agak terpesona dengan minuman teh gula batu, dengan gula batunya yang berwarna kuning. Mas-mas baristanya sangat cekatan membuat beberapa macam minuman untuk langsung diambil para pelanggannya.

Warung Kopi Klothok menganut paham pasca bayar. Anda pesan, ambil, makan-minum, lalu bayar setelahnya. Alias mengutamakan kejujuran anda dalam melaporkan apa-apa saya yang anda pesan-ambil-makan/minum. Bisa saja sih, kita mengaku pesan pisang 2 porsi padahal makan 3 porsi, namun apa tega kalau demikian? Pasti gak barokah makanan yang masuk ke tubuh kita. Setidaknya, itu yang saya percaya 🙂

Selepas makan pagi-siang di Kopi Klothok, kami memutuskan untuk pulang ke rumah Blok Pathuk saja. Karena malam harinya kami sudah ada janji makan malam dan kumpul bersama di Kopi Dua Nona, warung kopi yang baru saja buka, milik sepupu Vita, istri saya. Lokasinya yang sangat strategis, dekat dengan kampus, menjadikannya ramai oleh para mahasiswa yang nugas, atau sekedar ngobrol ngalor ngidur, over coffee.

Warung Kopi ini dikelola oleh sang pemilik sendiri, Mas Rinto namanya, dengan karyawan anak-anak muda, staff kitchen, maupun waiter. Untuk barista, digawangi oleh eks barista senior Starbucks, yang tentunya sangat berpelangalaman. Ia pun terlihat mengaplikasikan standar yang biasa dijalankan di jaringan warung kopi asal Amerika ini ke warung kopi ini. Harga minuman kopinya ada di kisaran menengah, namun kualitasnya pun tak kalah dengan warung kopi ternama lainnya. Pun demikian dengan makanannya, yang baik dari presentasi, tampilan, dan juga rasanya layak diacungi jempol.

Sabtu, 20 Agustus 2022.

Malam sebelumnya di Kopi Dua Nona seperti pemanasan sebelum kumpul-kumpul keluarga sebenarnya di keesokan harinya. Bincang-bincang hangat, canda tawa, cerita-cerita mengenang masa lalu, yang tidak ada habisnya. Lokasi berkumpul bernostalgia kami kali ini ada di Joglo RJ Kuliner & Hobby, yang juga milik sepupu dari istri saya.

Lokasi rumah makan ini cukup terpencil dan jauh dari jalan raya sebenarnya, berada di komplek perumahan kecil milik sang empunya resto. Dinamakan hobby karena disinilah berkumpul apapun yang menjadi hobby sang pemilik, Mas Redi dan Mbak Rena. Di tengah area resto ada kolam ikan, dimana tersedia perahu dayung, yang dapat dipakai oleh para pengunjung resto.

Saat kami datang di bulan Agustus tahun lalu, resto masih dalam taraf soft opening. Di sekitar kolam, tersedia saung-saung berukuran kecil, sedang, hingga besar yang cukup untuk kumpul-kumpul keluarga besar. Jika anggota keluarga cukup besar, anda bisa pakai pendopo yang ada di bagian agak belakang area resto, tepat di depan kolam ikan.

Jika ingin suasana lebih tenang, anda bisa pilih saung di bagian bawah, yang berada di samping sungai yang lumayan terjaga kebersihannya. Mas Redy menyampaikan kalau akan dibangun juga fitness center, yang akan lumayan ramai mengingat jarak dari fitness center lainnya cukup jauh.

Matur nuwun kedekatan dan keakraban dari keluarga Yogyakarta!

Minggu, 21 Agustus 2023

Waktunya pulang kembali ke Jakarta. Rute yang kami ambil bukan seperti rute kami berangkat. Alih-alih lewat Magelang-Weleri, kami lewat rute Klaten-Boyolali, mampir Semarang untuk makan siang. Seperti biasa, kebiasaan kami untuk tidak buru-buru sampai tujuan, melainkan menikmati perjalanan itu sendiri. Berangkat pagi-pagi, pukul 07.00 WIB dari Blok Pathuk Dipoyudan, kami masuk GT Boyolali pukul 09.30 WIB.

Kami mampir Kota Semarang, kalau anda jeli dengan rute yang kami pilih ini. Kami berencana makan siang di Warung Mangut Kepala Manyung Bu Fat di Kerobokan, Semarang dan membeli oleh-oleh Loenpia Cik Me Me, Jalan Gajahmada No. 107. Dua dari sekian tempat makan favorit kami di Semarang.

Kenapa kok memilih Loenpia Cik Me Me, bukan yang katanya asli di Gang Lombok? Atau Loenpia Mbak Lien, atau Loenpia Semarang lainnya? Nah, rasa dari Loenpia Cik Me Me ini sungguh masuk ke lidah saya, yang cenderung lebih suka dengan cita rasa rebung dan telor ayam yang kuat. Cukup pesan yang original saja, baik yang sudah digoreng maupun yang basah untuk digoreng nanti setiba di rumah, atau disimpan di freezer. Kondimen kuah kental gurih, bawang putih halus, acar mentimun, dan duo cabe rawit dan daun bawang sungguh membuatnya lengkap saat berpadu di mulut. And yes, I used to eat and munch all of them together.

Lagi-lagi bertemu hiden gem, setidaknya untuk pendatang-pelancong seperti kami. Saat menuju Warung Mangut Kepala Manyung Bu Fat, kami lewat Jalan Karangsaru (lokasi Tahu Pong Karangsaru favorit kami) menuju Jalan Karanganyar (lokasi Asem-Asem Koh Liem, Warung Mak Tompo, dan eks lokasi Lekker Paimo), kami menemukan kedai babi panggang.

Lo Sio Bak Johar Asli, namanya.

Kami melewatinya dan langsung terpana dengan gambar babi di samping warung kecil ini. Lo Sio Bak, atau samcan, bagian perut babi berlemak yang dipanggang hingga crispy ini menjadi menu andalannya. Menu perbabian duniawi lainnnya yang disediakan adalah sekba, atau berbagai bagian babi (kepala, kulit, kaki, jerohan, dan lain-lain), yang dimasak dengan kecap sampai empuk. Mengingatkan saya dengan masakan Babi Kuah, khas Kota Solo.

“Makan disini atau bungkus, mas?”, tanya kokoh penjual Lo Sio Bak ramah. “Bungkus, koh. Kalau dimakan nanti malam masih kuat kan, sekbanya?”, tanya saya. “Kuat, nanti langsung diangetin saja sesampai di Jakarta”, jawab di kokoh.

Lalu ada apa dengan Mangut Kepala Manyung Bu Fat? Memang di Semarang tidak ada warung lain yang menyediakan masakan serupa? Saya yakin banyak. Namun, dari sisi merek, Bu Fat termasuk yang paling kuat, sepengetahuan saya. Untuk cita rasanya pun sudah saya kenal betul. Aroma ikan asapnya, rasa khas kuah mangutnya, dan pedasnya pun saya sudah hafal. I’m one of their biggest fan!

Saya pesan 1 kepala Ikan Manyung untuk dimakan berempat, bersama dengan pilihan sayur untuk menemani makan siang kami. Saya sampai request satu mangkok ekstra kuah mangut yang saya sadari akan membuat perut saya panas, namun saya yakin pula kalau ‘sakitnya’ sepadan. Hehehehe…

Udahan ah, jalan-jalannya. Waktunya kita pulang mendulang cuan, untuk kembali dihabiskan buat jalan-jalan. Terima kasih sudah membaca penggalan demi penggalan cerita Mari Kita ke Yogyakarta!

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s