Cerita Semarang Trip 2017 (Bagian 3-Ambarawa Trip)

Yuk, lanjut lagi Ambarawa Trip-nya!

Setelah mengunjungi Danau Rawa Pening (bisa dibaca di tulisan sebelumnya), tujuan selanjutnya adalah Museum Kereta Api Ambarawa, yang letaknya cukup dekat dengan Danau Rawa Pening tadi. Tiket masuk dipatok Rp 20.000,00/pengunjung. Dan namanya juga museum kereta api, begitu masuk ke area museum kita akan menemui infografis tentang sejarah perkeretaapian di Indonesia, dari jaman Belanda hingga kini dibangun MRT dan LRT di Jakarta, di sepanjang dinding sebelah kanan, dan deretan lokomotif tua berwarna hitam berukuran besar di sebelah kiri.

Museum Kereta Api Ambarawa
Museum Kereta Api Ambarawa
Museum Kereta Api Ambarawa

Dan saya baru tahu kalau  museum ini dulunya adalah stasiun kereta api tua peninggalan jaman Belanda yang sudah tidak dipakai lagi. Namun, mereka masih membuka jalur wisata kereta api jurusan Ambarawa-Tuntang (pp) dengan harga Rp50.000,00 per trip khusus di hari  Sabtu dan Minggu saja, di jam-jam tertentu. Dan sayang sekali saat kami sampai di lokasi, kereta wisata sudah berangkat. Jadi, next time ya kita ke Tuntang naik kereta api wisata!

Patung Bunda Maria Assumpta-Kerep, Ambarawa

Tak jauh dari tempat itu, dekat dengan Terminal Ambarawa dan Museum Palagan Ambarawa, ada objek wisata religius untuk umat Katholik yang kami kunjungi, Goa Maria Kerep. Setelah masuk ke area, kami dihadapkan dengan patung Bunda Maria Assumpta yang ternyata adalah patung Bunda Maria tertinggi di dunia. Menjulang dengan tinggi 42m dari permukaan tanah (temasuk penopang patung), dimana patung Bunda Maria-nya sendiri menjulang setinggi 23 meter. Di bawah patung tersebut saya duduk berdoa, mengucap syukur atas usia yang sudah dikaruniakan kepada saya selama 37 tahun saya hidup. Dan berdoa memohon agar di sisa usia saya, hidup saya bisa bermanfaat, dan bisa mewujudkan apa yang saya inginkan dan cita-citakan. Amin!

 

Gua Maria Kerep-Ambarawa

Di area itu, selain patung Bunda Maria, tentunya ada bangunan Gereja Katholik, Gua Maria (tempat umat Katholik berdoa-bersyukur-berharap), dan taman patung yang didasari kisah-kisah yang ada di kitab suci. Antara lain; Yesus dan murid-murid-Nya menjala ikan, Yesus melakukan mukjizat untuk pertama kali di kota Kana, dan Yesus memberi makan 12.000 orang dengan  hanya roti dan 2 ekor ikan. Pengen lihat? Nih!

Gua Maria Kerep-Ambarawa
Gua Maria Kerep-Ambarawa
Gua Maria Kerep-Ambarawa

Kuliner di area ini cukup khas, sebagaimana daerah di Jawa Tengah lainnya. Didih/saren (makanan yang terbuat dari darah hewan-ayam/sapi yang diolah sedemikian rupa, kemudian dibumbu bacem-manis, dan digoreng matang), sate keong, tempe tahu bacem, pecel sayur, dan banyak lagi.

Sudah 4 lokasi wisata yang sudah kami kunjungi hari ini di Kota Ambarawa, masih ada satu tujuan lagi. Saat memberitahu ibu saya saat hendak berangkat ke Kota Semarang, beliau berpesan agar mampir ke daerah Kalipawon, masih dekat dengan Gua Maria Kerep, mengunjungi rumah kerabat saya. Disitu masih hidup nenek dari sepupu saya, yang masih sehat wal’afiat di usianya yang hampir menginjak 80 tahun tersebut. Namanya, mbak (nenek) Jah. Karena terakhir beliau saat saya masih kecil, saya perlu kembali memperkenalkan diri ke beliau, siapa saya, siapa ibu saya, siapa tante saya, agar beliau mudah mengingatnya kembali.

Rumah mbak Jah-Kalipawon. Ambarawa
Rumah mbak Jah-Kalipawon. Ambarawa

A family reunion! Dan ibu saya juga mengatakan kalau ternyata saya masih ada saudara dari keluarga kakek saya (ayah beliau) di kota Semarang ini. So, let’s find out and pay them a visit next trip, shall we? 🙂

What a day! Dan perjalanan Semarang-Ambarawa ini kami tutup dengan kuliner malam di Nasi Ayam Bu Pini, khas Semarang, yang terletak di seberang Paragon Mall. Penampilannya sederhana saja, seperti nasi liwet khas Solo dengan suwiran daging ayam, telor pindang (setengah), sayur labu siam, dan sayur kerecek (kulit sapi), disiram dengan kuah santan gurih. Harganya pun juga cukup ‘gurih’! Hanya Rp9.000,00/porsi. Dan karena porsinya yang tergolong kecil/sedang, beberapa pengunjung saya lihat minta tambah. Jadi rata-rata satu orang (khususnya pengunjung laki-laki) makan 2 porsi nasi ayam ini. Dan di sebelah warung nasi ayam ini, ada gerobak nasi kucing dengan beraneka macam nasi, bukan lauknya ya. Kalau lauknya standar nasi kucing saja, namun variasi nasinya sungguh beragam. Kalau di gerobak nasi kucing kita hanya menemui 2-3 macam nasi saja (nasi lauk orek tempe, ikan bandeng dan sambal), disini kita bisa menemui nasi lauk mangut ikan pe’ (pari), nasi daging ayam, hingga nasi goreng yang dibungkus kecil-kecil.

Enak dan murah meriah!

Nasi Ayam Khas Semarang Bu Pini

So, that’s a wrap! Selesai sudah kami menjelajah Kota Semarang dan Kota Ambarawa selama 3 hari 2 malam. Keesokan harinya, hari Minggu tanggal 2 April siang, kami bertolak kembali ke kota Bekasi, setelah mengikuti misa pagi di Gereja Katedral Semarang, yang masih terjaga dan terawat keindahannya. Satu agenda yang tidak kami lewatkan adalah sarapan pagi bersama di Soto Bangkong cabang Jalan Majapahit, seusai mengikuti ibadah misa pagi itu. Sebenarnya Soto Bangkong, yang dibilang orang-orang soto khas Semarang tidak jauh beda dengan soto lainnya. Disajikan dalam mangkuk kecil (dengan cekungan ke dalam seperti Soto Kudus), dengan taburan daging ayam, bawang putih iris goreng, bawang merah goreng yang ditaburkan melimpah, dan beberapa irisan tomat segar. Tak lupa lauk pendamping berupa sate jerohan ayam yag diberikan sedikit kuah, dan sate tempe yang digoreng tepung, dan sate perkedel kentang.

Gereja Santa Maria Perawan Ratu Rosari Suci-Katedral Semarang

Dan ternyata setelah saya browsing lagi informasi tentang kuliner dan wisata Kota Semarang dan Kota Ambarawa, ternyata masih banyak tempat yang dapat kami kunjungi dan jelajahi. Sebut saja Pasar Semawis, Tahu Pong, Asem-Asem Koh Liem, Kue Lekker Pak Paimo di Kota Semarang. Lalu sumber air Umbul Sidomukti, Resort Salib Putih di daerah Ungaran-Salatiga, bubur kombinasi di Kota Ambarawa, dan you name it! Masih banyak lagi 🙂

Dan hari itu, kami menempuh perjalanan pulang yang lebih lama (baca: melelahkan) dari Kota Semarang sampai Kota Bekasi, kurang lebih 10 jam. Lamanya perjalanan ini dikarenakan kepadatan lalu lintas di tol Cikampek (dari Cikarang-Bekasi Barat), yang biasa terjadi di akhir pekan menjelang hari Senin. But that’s okay, perjalanan ini seperti mengisi ulang ‘baterai’ kami. Surely!

5 Comments Add yours

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s