[Malang Trip] Hari Natal, Keluarga Besar, dan Jalan-Jalan Keliling Kota (Bagian 2)

Keluarga besar.

Who would have thought that during Christmas 2018, my big family will come to Malang, and that made us a host, do our best to make them feel at home. And that include preparing good food as their meals during their stay. Jadi keluarga besar dari Pontianak-Kalimantan Barat, Tambun-Kabupaten Bekasi, Bogor-Jawa Barat, dan Bantul-Yogyakarta datang di waktu yang hampir bersamaan. Beberapa sudah ada di Kota Malang sebelum Hari Natal, dan sebagian besar menyusul datang setelah Hari Natal. Dan bisa dipastikan, rumah keluarga di Tlogomas dan rumah pribadi saya di Joyo Utomo akan penuh dengan tamu. Duh, senangnya!

Rumah saya di Joyo Utomo, Malang, kini sudah tampak lebih hijau karena banyaknya tanaman hias dan tanaman buah di halaman

Keluarga besar dari keluarga istri sudah datang per tanggal 23 Desember 2018, tak lama setelah saya sampai Kota Malang dari Surabaya. Agenda keluarga dari Bogor, Jawa Barat ini, kakak ipar dan keponakan-keponakan saya, berbeda dengan agenda keluarga besar dari Kalimantan. Mereka sudah punya itinerary sendiri;  Kawah Bromo, Jatim Park 3, Museum Angkut, dan beberapa spot menarik lainnya di Kota Malang. Dan kami pun menyempatkan diri datang merayakan misa Minggu pagi di Gereja Katedral Ijen.

Misa malam Natal di Gereja Santa Maria Bunda Karmel, Ijen-Malang

Nah, kalau keluarga dari ibu saya ini punya 1 root, yaitu kakak beradik, putra dan putri dari bude saya, kakak kandung ibu saya yang tinggal di Pontianak, Kalimantan Barat semenjak masa mudanya. Let’s say it’s a paid visit after our visit two years ago. Dan Kota Pontianak sendiri sangat menarik, dengan Sungai Kapuasnya, toko oleh-oleh yang banyak menjual produk consumer goods buatan Malaysia yang konon rasanya beda (baca: lebih enak), makanan-minuman khasnya (banyak yang non-halal), Tugu Khatulistiwa, dan sudut-sudut kota yang menarik lainnya.

Keluarga besar Pontianak dan Malang di Malang Night Paradise

Kakak beradik putra putri dari Bude Edeltrudis Siti Rohmah dan Pakde FX. Winarno ini ada 10 bersaudara, namun saya hanya pernah bertemu 9 diantaranya saja, hanya mas Boy saja yang belum pernah saya temui, putra dari Bude Rohmah dan Pakde Win yang tinggal di Kota Singkawang-Kalimantan Barat. Dan memang saya bertemu dengan sebagian besar dari mereka selama kunjungan jalan-jalan saya ke Pontianak dan Singkawang. Dan mengingat kata Bang Yan, suami dari Mbak Uding, “Kalau sekali saja pernah mengecap air Sungai Kapuas, pasti ingin kembali lagi.” 

Selama kunjungan singkat mereka di Kota Malang, saya hanya sempat mengajak mereka ke beberapa tempat wisata saja. Pantai yang digadang-gadang menjadi tujuan utama, dicoret dari itinerary karena kabar tsunami dan ombak besar yang sempat santer terdengar, setelah bencana tsunami di Pantai Anyer dan Carita beberapa waktu sebelumnya. Alhasil, kami hanya sempat jalan-jalan ke Malang Night Paradise, Lembah Tumpang, makan siang bersama di Ayam Goreng Pak Maning, belanja oleh-oleh di Goedang Oleh-Oleh Malang, ngopi di Toko OEN Malang, dan sesi jalan-jalan sendiri keliling Kota Malang. Kota Batu? Sayang juga, karena satu dan lain hal tidak sempat mengajak keluarga besar keliling Kota Batu, meskipun pasti akan mengalami kepadatan dan dan kemacetan yang luar biasa, karena mereka datang ke Kota Malang dan Kota Batu di saat peak season, liburan Natal dan Tahun Baru.

Keluarga besar Pontianak dan Malang (di rumah Tlogomas)
Keluarga besar Pontianak dan Malang (atas: Mbak Lusi, Mbak Ema, Mbak Yusi, Dik Dasa – bawah: Mas Iwan, Mbak Atik, ibu saya, dan Mbak Uding)
Keluarga besar Pontianak dan Malang (ki-ka: saya, Dadau, Bang Yan, Mas Agung, dan Mas Eko) di Toko OEN Malang

Main basket lagi di GOR Bimasakti Malang

Saya pribadi pun punya pengalaman tersendiri saat pulang kampung di Desember 2018 yang lalu, yaitu menyempatkan diri bermain basket kembali di lapangan GOR Bimasakti Malang di Jalan S. Supriadi, Sukun-Malang. Jadi lapangan ini pada masanya adalah lapangan basket terbaik di Kota Malang, dimana pertandingan-pertandingan liga basket terbaik di tanah air digelar, dan ditonton ribuan penggemar basket. Kota Malang pernah punya klub basket kebanggaan, yang sangat terkenal saat itu, Bimasakti Nikko Steel Malang. Namun sayang, karena satu dan lain hal, sebagian besar, team kebanggan Kota Malang ini pun harus dibubarkan. Para pemainnya kini tersebar di beberapa klub, sebagian besar di Bima Perkasa Yogyakarta. Sedih sih, padahal saya masih ingat betul bagaimana antusiasme masyarakat Kota Malang yang menggemari bola basket datang berduyun-duyun memberikan dukungannya.

GOR Bimasakti Malang, and the old cracks, my basketball college buddies (ki-ka: saya, Wahyu Ary, Udin, Joni, dan Jimmy)

Kondisi GOR Bimasakti Malang pun kini sudah tak secerah dahulu, saya masih ingat saat masih berlatih disini, saat masuk halaman sudah terlihat papan nama besar, dan lapangan outdoor di belakangnya. Di lapangan outdoor itulah saya pertama kali berlatih basket dengan benar saat saya masih duduk di kelas 3 SMP. Saya masih ingat nama-nama pelatih saya, Pak Puring, Koh Petruk (saya lupa nama aslinya, namun demikian beliau disapa, bekas jagoan basket klub Bimasakti di masanya), Pak Wahyudiono, dan tentu saja Koh Hok Swie. Kini saat kita masuk, lapangan outdoor sudah tidak ada lagi, sudah disulap sebagai lapangan parkir saja, di sebelah kanan yang dulunya saya ingat jadi penginapan pemain dan karyawan, sudah berubah menjadi gedung yang disewakan untuk lapangan futsal dan rencananya lapangan basket.

GOR Bimasakti Malang

Saya ingat bagaimana rasa gembira itu datang lagi, saat melangkahkan kaki masuk kembali kedalam GOR Bimasakti ini, mengingat masa-masa saat masih bergabung di kelompok Senior B (setingkat di bawah Senior A/Kobatama) di masa akhir SMA dan masa awal hingga pertengahan masa kuliah. Tepatnya tahun 1996-2001. Tiga kali dalam seminggu datang ke tempat ini untuk berlatih, naik angkutan umum dari Tlogomas via jalur GML (Gadang-Mergan-Landungsari) atau GL (Gadang-Landungsari) pindah jalur GA (Gadang-Arjosari). Demikian rutinitas setiap minggunya. Berkompetisi dengan rekan-rekan seangkatan, yang saat itu adalah jagoan-jagoan basketnya Kota Malang. That time. And time surely flies! 

Now, I’m 38 years old. Still playing basketball in my spare time, only to get my muscles and joints stretched out, only to get fit. Basketball is a way different thing right now, no longer play to compete, just play it for sports.  Thank you for great memories, Bimasakti! It’s good to be a part of the club. A small part of the club!

It’s a good homecoming. Terima kasih sudah berkenan membaca!

 

 

2 Comments Add yours

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s