Hari Natal buat saya bukan saja untuk merayakan hari lahir Yesus Kristus di dunia, tapi juga saat berkumpul bersama dengan keluarga besar di kota kelahiran. Natal adalah tentang keluarga dan kebersamaan. Tidak harus dan tidak perlu mewah, cukup berkumpul makan malam masakan ibu di rumah bersama-sama, bersenda gurau dan ngobrol ngalor ngidul sepulang misa malam Natal di Gereja Katedral Malang. Ada cerita apa saja, apa saja yang kami alami selama tidak bertemu. Maklum, dari tiga bersaudara, hanya saya saja, anak sulung yang tinggal diluar Kota Malang. Sehingga rasa kangen itu, homesick itu selalu ada. Itu arti Natal buat saya.
22 Desember 2018, pukul 11.04 WIB, sampai di Kota Malang!

Perjalanan dari Kota Surabaya menuju Kota Malang berlangsung jauh lebih cepat dari biasanya. Karena ada 1 ruas jalan tol baru di Gempol, dan kami lewat jalan tol operasional Gempol-Malang. Yup, masih operasional. Karenanya, masih gratis. Jalanan masih rampung setengah jalur saja (ke arah Kota Malang), dan jalurnya pun masih terputus-putus, ada yang sudah mulus, ada yang masih semen tipis saja, ada yang masih jalan tanah. Lewat jalan tol yang masih operasional ini kami tidak harus keluar di Taman Dayu seperti biasanya, lalu melintasi jalanan Purwodadi-Lawang-Malang yang kadang macet di tanjakan sebelum Rumah Makan Bakpao Telo, masuk Lawang. Alih-alih kami langsung keluar di pertigaan Karanglo, dimana tinggal beberapa ratus meter lagi sudah masuk Kota Malang lewat pintu masuk fly over Arjosari. Jadi kalau ke Malang lagi, akan diukur berapa lama waktu perjalanan dari GT Bekasi Barat sampai keluar GT Singosari. Awesome!
Hal-hal yang menggambarkan Kota Malang di benak saya antara lain; makanan sangat bervariasi, dan harganya relatif murah, orang-orangnya yang ramah, macet dimana-mana saat musim liburan, kadang dingin namun tak jarang juga hawanya panas menyengat, dan suasana romantis saat hujan gerimis di malam hari. Itu. Jadi di bagian kedua blog saya tentang #ChristmasHomecomingTrip ini, di tulisan bagian pertama di Hari Natal, Keluarga Besar, dan Jalan-Jalan Keliling Kota akan lebih banyak bercerita tentang spot-spot menarik di kota ini yang saya datangi. Ini beberapa spot menarik yang sempat saya dan keluarga datangi:
Noch Coffee.

Buat orang Malang, pasti tahu Factory Outlet (FO) Cargo. Nah, setelah trend factory outlet selesai, dan berguguran satu per satu, salah satunya diubah menjadi kedai kopi kekinian yang katanya anak muda sekarang, instagrammable. Kedai kopi ini terletak persis di belakang SMAN 4 Malang, tepatnya di Jalan Suropati No. 14. Sepintas dari luar, sebelum saya dan istri masuk ke dalam, kedai kopi ini dirancang minimalis dengan banyak kaca agar banyak cahaya masuk, dan punya kesan modern. Meskipun berada di gedung lama. Kesan homy dan hangat langsung muncul manakala kami masuk ke dalam. Deretan sofa di sisi kiri kedai dimaksudkan untuk mereka yang ingin produktif di kedai kopi. Sedangkan di sisi kanan ada beberapa sofa yang saling berhadapan dengan meja, dan di dekat barista, ada 4 kursi tinggi menghadap ke arah dalam.

Minuman-minuman berbasis kopi yang ditawarkan pun cukup beragam, demikian pula dengan makanannya. Selain makanan ringan, mereka juga menyediakan makanan berat, jika anda ingin makan siang atau makan malam. Hari itu saya pesan flat white, dan hasil racikannya boleh juga. Seperti biasa, latte art yang dibuat barista selalu membuat kita tergoda untuk mengambil fotonya terlebih dahulu, dan selanjutnya sayang untuk mengaduknya. Memilih untuk menghirup pelan-pelan kopinya, tanpa harus merusak keindahan latte art-nya. Saya dan istri menghabiskan waktu cukup lama di kedai kopi itu, dan menikmati suasana Kota Malang yang sedang hujan gerimis sore itu.

Bakso Gundhul

Kota Malang boleh disebut juga dengan kota bakso. Mengingat saking banyaknya penjual bakso di kota ini, mulai dari ibu-ibu yang membuka warung bakso di depan rumahnya, dijual di gerobak-gerobak dorong dengan ‘nada panggil’ tik tok tik tok, bunyi dari kayu berlubang yang dipukul berulang, hingga yang dijajakan di tempat permanen. Dari yang halal sampai yang mengandung babi. Kali ini saya akan me-review Bakso Gundhul, demikian sang empunya memberikan merek ke dagangannya. Konon, pemiliknya adalah warga keturunan Tionghoa yang berkepala botak (gundul), yang karena saking enaknya, bakso buatannya punya banyak sekali penggemar. Dari semula hanya punya 1 kedai saja, kini ia sudah punya 2 tempat untuk berjualan. Salah satunya ada di Jalan Sunandar Priyo Sudarmo No.31, Blimbing, Kota Malang. Karena mungkin banyak yang tidak tahu kalau bakso yang satu ini mengandung babi, tak jarang petugas parkir harus memberitahukan dahulu kepada para pengunjung yang beragama Muslim yang hendak masuk dan makan bakso ini.

Harga per biji dijual Rp 3.000,- (bakso halus, bakso urat, siomay goreng, siomay basah, bakso goreng, tahu bakso) dan Rp 1000,- untuk kulit dan usus babi. Agak mahal? Mungkin. Tapi percaya deh, sebanding dengan rasanya! Favorit saya adalah bakso urat, siomay basah, bakso gorengnya (ada 2 macam, dan keduanya sama enak parah!), dan kulit babi yang sudah di-trim lemaknya. Juara! Dan cara saya makan bakso Malang pun sama dari dulu, pakai saos merah dan daun bawang melimpah dengan sedikit sambal. Hasilnya, kuah berwarna merah, sangat menggoda!

Malang Night Paradise
Kota Malang punya tempat wisata yang memanjakan pengguna media sosial yang gemar ber-swafoto, yaitu Malang Night Paradise yang beralamat di Jl. Graha Kencana Raya No.66, Karanglo, Balearjosari, Blimbing, Kota Malang. Tempat wisata yang satu group dengan Malang Snow Paradise dan Hawai Waterpark ini terletak di dalam perumahan Graha Kencana, yang hanya sepelemparan batu saja dari exit GT Singosari.

Wisata swafoto di tengah-tengah ‘hutan lampion’ ini menyedot cukup banyak pengunjung setiap harinya. Meskipun di hari kerja. Mulai buka pukul 17.00 WIB, dengan harga tiket Rp 60.000,- (harga high season), pengunjung bisa menikmati semua wahana yang ada di dalam tempat wisata, kecuali 1 wahana berbayar-berperahu di lorong-lorong warna-warni. Ada apa saja di dalam?



Salah satu wahana yang menurut saya paling keren adalah deretan patung dinosaurus yang bisa bergerak dan ada efek suaranya. Yes, meskipun kita tidak pernah tahu pasti bagaimana suara Tyrannosaurus Rex-Velociraptor-Brontosaurus-Stegosaurus-Mammoth seperti apa. Setelah sampai di bagian dinosaurus ini, saya baru kenapa nilai investasi di Malang Night Paradise ini cukup besar. Ini adalah kunjungan kedua saya, simak cerita kunjungan pertama saya disini.
Alun-Alun Kota Batu
Kota Malang sangat dekat dengan Kota Batu. Kedua kota ini punya daya tarik masing-masing. Jika Kota Malang terkenal dengan kuliner-kulinernya dan wisata instagram di kawasan kota dan pantai-pantai cantik di selatan Kabupaten Malang, Kota Batu berbenah diri dengan luar biasa. Membangun belasan tempat wisata baru yang keren-keren, dan mempercantik beberapa wana wisata sehingga lebih instagrammable, mengundang wisatawan dari luar kota dan bahkan luar negeri untuk datang berbondong-bondong. Salah satu landmark Kota Batu yang terlihat duluan berbenah adalah Alun-Alun Kota Batu. Hal ini tak lepas dari tangan dingin Walikota Batu saat itu, Pak Edy Rumpoko yang berhasil menyulap alun-alun kota yang dahulu tampak biasa saja, menjadi salah satu destinasi wisata.

Saya ingat dulu kalau ke jalan-jalan ke Alun-Alun Batu, sebelum tampil bagus seperti yang kita lihat sekarang, spot yang pasti saya kunjungi adalah Koperasi Susu KUD Batu di bagian depan GOR Ganesha, untuk minum susu sapi dingin aneka rasa disitu, atau makan di pusat jajanan kaki lima murah meriah yang juga ada di dekat situ. Satu yang tidak boleh dilewatkan adalah Pos Ketan Legenda 1967, kedai ketan susu-ketan bubuk paling terkenal seantero Kota Batu! Dan di Alun-Alun Kota Batu sendiri telah ditambahkan beberapa point of interests baru, salah satunya adalah ferris wheel atau bianglala. Untuk naik bianglala ini, pengunjung dikenakan harga cukup murah, Rp 5.000,- untuk sekali putar. Point of interest yang jadi perhatian para pengunjung, khususnya anak-anak adalah air mancur menari (yang malah dijadikan tempat main air), tempat permainan anak, dan patung-patung lampion yang mempercantik suasana Alun-Alun Kota Batu di malam hari.

Cokelat Klasik Cafe Cabang Batu
Untuk cabang utamanya, cafe yang ramai dengan pengunjung anak-anak muda di Jalan Joyo Utomo Malang (atau jalan alternatif Malang-Batu, cukup dekat dengan rumah saya), tidak pernah terlihat sepi. Deretan sepeda motor dan tak jarang mobil-mobil parkir di sisi kiri jalan dari arah Malang menuju Batu. Harga makanan dan minuman yang bersahabat dengan kantong anak muda dan mahasiswa membuat cafe ini ramai dikunjungi anak-anak muda, bukan saya di weekend namun juga di weekdays. Coba saja melintas di atas pukul 18.00 WIB, pasti akan lihat parkiran cafe ini disesaki oleh kendaraan bermotor, dan jika masuk ke dalam, meja-meja di spot-spot favorit mereka sudah diisi oleh pasangan-pasangan muda, dan tak jarang terlihat keluarga muda ikut menikmati suasana. Namun kali ini, saya mencoba datang ke salah satu cabang mereka yang ada di Kota Batu.

Karena selain menawarkan menu makanan dan minuman yang enak dan ramah di kantong, Cokelat Klasik Cafe Cabang Batu juga menawarkan pengalaman berkuliner di spot yang instagrammable, dengan pemandangan luas kota Batu di belakang, yang pasti akan terlihat luar biasa cantik di malam hari. Untuk menjangkau tempat ini cukup mudah, anda tinggal masuk melewati jalan di samping Kantor Walikota Batu, dan belok kanan masuk ke satu perumahan.

Cafe ini ada di dalam perumahan, terdiri dari 3 lantai. Paling mengasyikkan kalau anda dapat di lantai 3 (paling atas, open air), karena anda akan langsung dapat melihat kerlap kerlip lampu kota Batu dan kejauhan.
Lembah Tumpang
Tempat wisata alternatif di Kabupaten Malang, yang hanya sejengkal saja dari Gunung Bromo. Yup, lokasi wisata baru ini terletak di Kecamatan Pakis, dan hanya dikenal pada awalnya dari mulut ke mulut dan unggahan pengunjung di media sosial. Namun kini, tempat wisata dengan kolam renang super besar dan indah, kolam-kolam ikan yang tersebar di hampir seluruh lokasi dengan ribuan ikan yang sangat jinak (tidak takut-takut kalau ada orang mendekat), candi buatan raksasa yang dapat dimasuki dan dinaiki hingga lantai 4, dan pemandangan cantik yang merupakan gabungan antara buatan manusia dan ciptaan Yang Maha Esa.

Dengan hanya Rp 50.000,- saja per pengunjung, semua fasilitas dapat dinikmati oleh para pengunjung. Mulai berenang, berswa foto, memberi makan ikan (pakan ikan bisa dibeli di loket Rp 5.000,- per pack), dan kegiatan santai lainnya bersama dengan keluarga.



Toko OEN Malang
Nostalgia, atau sekedar menikmati suasana Malang tempo dulu di cafe legendaris ini. Saya mampir kembali ke toko yang sudah buka dari jaman kolonial ini karena ajakan kerabat saya yang datang jauh dari Pontianak, Kalimantan Barat, yang ingin merasakan pengalaman ngopi di tempat ini. Saya teringat saat pertama kali masuk ke toko atau kedai ini, sekitar tahun 2009 kalau tidak salah. Saat itu, Toko OEN masih menjual makanan berbahan dasar daging babi (dimasak bistik) dan beberapa minuman yang mengandung alkohol. Namun di kedatangan saya yang kedua di bulan Desember 2018 yang lalu, di menu Toko OEN kebanyakan hanya tersedia makanan dan minuman halal, kecuali minuman bir dalam kemasan botol dan kaleng saja.

Kalau bingung mencari lokasi Toko OEN ini, anda tinggal pergi ke daerah Kayutangan, di dekat Alun Alun Kota Malang. Alun-Alun Kota Malang ada 2, salah satunya terletak di depan Balaikota Malang, sedangkan satunya lagi ada di daerah Kayutangan, yang dikelilingi oleh tempat-tempat ibadah, bekas penjara, pasar besar, dan gedung pemerintahan. Nah, Toko OEN ada di sebelah Toko Buku Gramedia, seberang Gereja Katolik Kayutangan. Cukup mudah kok menemukannya.

Selain makanan berat, Toko OEN juga menyediakan cemilan-cemilan berupa kue-kue kering dan bolu/roti yang dapat anda pesan per ons atau per potong. Kue-kue kering inipun merupakan kue jaman dahulu, yang mungkin biasa dinikmati oleh para tuan nyonya, dan noni-noni Belanda di jamannya. Dan toko ini pun juga menyediakan es krim home made yang selalu dibuat segar setiap harinya.

Sayangnya, ekspektasi kami yang tinggi untuk minuman kopinya pun harus berujung pada sedikit kekecewaan. Kopi yang disediakan tidak diseduh, melainkan hanya dituang air panas dari dispenser saja, sehingga tak ubahnya kami minum kopi biasa di rumah, termasuk varian kopi mereka, Kopi Khas OEN (kalau tidak salah), yang terasa seperti cappucino kemasan sachet. Well, untungnya Malang sudah punya banyak warung kopi yang menyediakan kopi-kopi latte enak 🙂
Baiklah, itu tadi lokasi-lokasi yang sempat saya kunjungi saat pulang kampung ke Kota Malang bulan Desember 2018 yang lalu. Untuk tulisan kedua, saya akan lebih ulas tentang pengalaman jalan-jalan dan berkumpul dengan keluarga besar dari Pontianak-Kalimantan Barat, Bekasi, Yogyakarta, Bogor, dan Jakarta.
4 Comments Add yours