Malang Trip di Bulan Juni (bagian 3-Dari Warkop Satu ke Warkop Lainnya)

Baru kali ini, saya pulang ke Malang tanpa mendatangi tempat-tempat keramaian favorit kami sekeluarga. Tidak main ke pantai, tidak ke mal, apalagi ke taman wisata populer di Kota Batu. Kondisi pandemi yang membuat kita semua serba was-was ini, membuat kami sekeluarga sangat berhati-hati. Namun tidak berarti kami hanya diam di rumah saja ya đŸ™‚

Istri saya, dan salah satu sudut Lapangan Rampal, Malang

Kami masih menyempatkan diri berolah raga ringan, baik di Perumahan Vila Bukit Tidar yang terletak tidak jauh dari rumah, atau bahkan di Lapangan Rampal. Sekedar jalan kaki, atau jogging menjadi pilihan utama. Terutama buat saya yang baru saja sembuh dari cedera lutut.

Olah raga buat saya sangat penting. Saya suka aliran endorphin sesaat setelah selesai berolahraga, menimbulkan perasaan bahagia. Olah raga juga saya anggap sebagai detox, membuang hal-hal yang buruk dari dalam tubuh lewat keringat yang mengucur deras. Termasuk membuang pikiran buruk, yang bisa menurunkan level imun. Saat berjalan jauh, atau bahkan berlari, disitulah saya berkontemplasi. Mendatangkan dan mengingat-ingat pikiran bahagia, dan berusaha membuang kekhawatiran-kekhawatiran yang datang.

Tapi ngopi jalan terus dong? Jelas! Prokes? Wajib dong!

Kopi Sontoloyo, Merjosari-Malang

Kami pilih tempat-tempat ngopi yang tidak terlalu ramai, yang lokasinya cenderung dekat-dekat dengan rumah saya. Kami menemukan unggahan di fitur search Instagram, tentang warung kopi bernama Kopi Sontoloyo yang ada di Kota Batu, dan somehow masuk bucket list kami. Saya simpan di akun Instagram, under Coffee and Roastery.

Dan saat melintas di area Merjosari, arah pulang ke rumah, saya melihat warung kopi dengan brand yang sama di sebelah kiri jalan. “Lho, ada Kopi Sontoloyo juga disini?”, tanya saya ke istri. “Lho, ga tau. Gak lihat tuh. Coba lihat di Instagram-nya deh”, ujarnya. “Kita sempatkan mampir kalau gitu”, niat saya.

Kopi Sontoloyo, Merjosari-Malang

Bangunan seperti rumah joglo di bagian depan, sekaligus sebagai bangunan utama sudah menyambut kami. Melangkah masuk, kami melihat ada meja kayu panjang dan deretan kursi, untuk mereka yang ingin menghabiskan waktu nongkrong, atau produktif di bagian indoor. Begitu mengalihkan pandangan ke halaman belakang yang luas, terlihat gubug-gubug kecil, dan kursi-kursi dan meja kayu di beberapa tempat. Jalan setapaknya yang terbuat dari potongan-potongan kayu. “Syahdu sekali suasana ngopi disini menjelang sore”, batin saya.

Kopi Sontoloyo, Merjosari-Malang

Saya, istri, dan salah satu keponakan saya, Adelia, yang saat itu mampir ke warung kopi yang juga menyediakan makanan berat dengan harga terjangkau ini, merasakan nyaman saat duduk di bagian outdoor dari warung kopi yang boleh dibilang baru saja dibuka ini. Kami pesan Es Kopi Susu Sontoloyo, Es Sinom, dan Es Suklat saja sebagai teman nongkrong kami. Sebenarnya mereka, istri dan keponakan, menemani saya mengikuti internal refreshment training dari kantor. “Huft, tetep ya ngikutin training, orang lagi cuti juga”, ujar istri saya. Yang saya balas dengan tawa kecil.

Kopi Sontoloyo, Merjosari-Malang (update harga 22 Juni 2021)

Alasan saya tetap mengikuti virtual training ini adalah untuk mendukung salah satu anggota team yang menggantikan saya, membawakan materi training yang sudah saya susun sebelumnya, dan sudah sempat saya bawakan di tiga sesi training sebelumnya, dengan audience yang berbeda-beda dari kantor-kantor cabang di Pulau Jawa. Bersyukur, rekan saya bisa menggantikan saya dengan cukup baik saat saya sedang cuti.

Saat ngopi pun, kami masih memperhatikan jarak antar pengunjung di meja-meja sebelah kami. Mengenakan masker saat meninggalkan meja, baik saat ke toilet, ke meja pesan dan kasir. Hand sanitizer pun selalu kami bawa, dan cuci tangan tidak pernah ditinggalkan. Dan karena hanya mengajak salah satu keponakan saja, dan saya yakin kalau dua keponakan yang lain pasti iri, saya janji untuk mengajak mereka semuanya, makan malam bersama di warung kopi ini, di hari Kami, di malam terakhir sebelum saya dan istri melaju pulang ke Bekasi, lewat Kota Solo.

Coffee shop hopping!

Menikmati hirupan kopi enak, bercengkrama, foto bersama, ngobrol ngalor ngidul saat cuti kali ini menjadi agenda utama. Setelah mencoba kopinya Amstirdam Coffee di Pasar Pintar Joyoagung, dan kopi sajian Kopi Sontoloyo, yang letaknya sama-sama tidak jauh dari rumah, kami ingin mencoba warung kopi yang letaknya agak jauh dari rumah. “Hari ini jalan-jalan ke Batu ya”, tanya saya yang segera diiyakan oleh ketiga keponakan saya. Kami hanya pergi berlima, meninggalkan keponakan yang paling kecil, Giovanni di rumah bersama dengan Mbah Kung dan Mbah Ti-nya. Bapak ibu saya.

Cafe Monstera, Kota Batu
Cafe Monstera, Kota Batu
Cafe Monstera, Kota Batu

Cafe Monstera terletak di Jalan Sawah De Krup, Bukukerto, Kota Batu. Cukup terpencil, dengan jalan akses yang agak masuk ke dalam. Namun sangat mudah untuk menemukan lokasinya via Google Maps. Saat sampai, kita akan disuguhi pemandangan bukit dan gunung sebagai latar belakang. Ciamik soro, kalau kata teman saya. Dan setelah melihat review-nya yang cukup bagus di Google, dan unggahan user yang juga keren-keren di Instagram, kami pun menjatuhkan pilihan untuk ngopi bersama di warung ini. Kami berlima datang menjelang warung kopi buka, sekitar pukul 09.45 WIB. Waiter dengan ramah mempersilahkan kami masuk dulu, dan duduk dulu. “Baru bisa order mulai jam 10 ya, kak”, lanjut mbak barista. Selalu diiringi dengan senyum ramah.

Cafe Monstera masih sepi saat itu, hanya ada lima pengunjung saja di bangunan utama warung kopi. Pas banget, batin saya. Warung kopi yang biasanya ramai saat liburan, kami datangi saat hari biasa, dan pagi-pagi pula. Pas banget buat foto-foto! đŸ™‚

Cafe Monstera, Kota Batu
Cafe Monstera, Kota Batu
Cafe Monstera, Kota Batu

“Boleh lah pemandangan di spot #cobakopiBatu kali ini”, ujar saya. Pemandangannya cakep, suasana dan ambiance warung kopi pun hijau dan adem, karena banyaknya tanaman hias rimbun yang terlihat sehat terawat di sudut-sudut warung kopi. Green is the new black, salah satu slogan yang terpampang di salah satu sudut warung kopi, yang menurut saya diterjemahkan jadi: hijau juga keren kok.

Cafe Monstera, Kota Batu

Sudah puas ngopinya? Tentu saja belum.

Adik bungsu saya, Antok, sempat mengajak kami mengunjungi warung kopi salah satu kenalannya. Loe Mien Toe Coffee nama warung kopinya. Dia bercerita kalau ada warung kopi yang aesthetic, dan Instagrammable, di daerah Tlogomas. Dekat rumah masa kecil saya. Langsung saya iyakan saja ajakan tersebut. Warung kopi tersebut beralamat di Jalan Tata Surya 2, Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Akses masuk dari samping kampus Universitas Islam Malang (Unisma), masuk ke perumahan dosen Universitas Brawijaya (Unibraw).

Loe Mien Toe Coffee, Malang

Di Kota Malang kini banyak ditemukan warung-warung kopi, dimana kita bisa menikmati secangkir kopi hangat nikmat dengan harga paling murah di kisaran Rp9 ribuan, hingga harga setara warung kopi waralaba asing. Masing-masing punya keunikan tersendiri, unique selling point kata anak-anak brand. Salah satunya ditemukan di warung kopi Loe Mien Toe, yang didirikan di sebuah rumah, di pinggir Sungai Brantas. Kami datang menjelang malam, sekitar pukul 18.30 WIB, menjadikan suasana di dalam warung kopi terasa sangat berbeda. Kenapa demikian? Karena seisi warung kopi diisi dengan barang-barang antik, koleksi si empunya warung kopi, yang tentunya punya nilai historis masing-masing.

Coba saja tengok pintu masuknya, nuansa Peranakan, atau pecinan jaman dulu sangat terasa. Wait until you enter the cafe, until the very end. To its most interesting corner. Kami memilih tempat duduk di bagian ujung, di sebelah jendela besar, dimana terlihat daun-daun bambu yang bergesekan tertiup angin, dengan gemericik aliran sungai terdengar sangat jelas. Yup, kami sangat dekat dengan sungai.

Loe Mien Toe Coffee, Malang
Loe Mien Toe Coffee, Malang
Loe Mien Toe Coffee, Malang
Loe Mien Toe Coffee, Malang

Harga makanan dan minuman di warung kopi ini tentunya terjangkau. Lihat saja ukuran cangkir teh saya, dan keempat cangkir lainnya, ukuran jumbo! Karena sudah kenyang minum kopi sedari pagi, saya putuskan pesan Teh Mint, agar perut saya terasa hangat saja. Makanan kecil berupa tahu dan tempe goreng, serta pisang bakar keju kami pesan untuk meramaikan suasana ngobrol bareng.

Loe Mien Toe Coffee, Malang

Very impressive, kalau menurut saya bangunan dan interior warung kopi ini. Sebagian orang, dan salah satunya saya, akan beranggapan bahwa warung kopi ini punya suasana seram, mistis, dan singup. Namun diluar semua itu, saya malah berikan apresiasi untuk si empunya warung kopi, yang sudah menunjukkan kecintaannya terhadap barang-barang antik. Saya yakin, perlu ketelatenan, kesabaran, persistensi, dan tentunya waktu yang sangat lama untuk mengumpulkan barang-barang antik tersebut.

Loe Mien Toe Coffee, Malang

Hari keempat di Kota Malang, dan masih ada dua hari lagi untuk dihabiskan dengan mereka. Dua hari lagi untuk menikmati suasana kota kelahiran yang selalu ngangeni ini. Dan masih ada satu warung kopi yang belum kami kunjungi, warung kopi yang didirikan dan dikelola oleh rekan-senior-teman basket saya, Didhie Sapari, yang juga seorang pecinta kopi. Klodjen Djaja, nama warung kopinya. Terletak di perempatan Pasar Klojen, di tempat penjual daging sapi yang sangat tersohor di Kota Malang. Warung kopi yang sangat iconic!

Saya ingin sekali mampir kesana. Tapi setiap kali lewat, selalu urung karena terlihat ramai pengunjung yang duduk-duduk di bagian depan warung, ngobrol ngalor ngidul dengan teman, keluarga, dan rekan-rekannya. Asik bener, batin saya. So, Klodjen Djaja is definitely my bucket list on my next #MalangTrip!

Silahkan lanjut ke unggahan berikutnya, jika berkenan. Terima kasih sudah menyempatkan membaca.

2 Comments Add yours

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s