Malang Trip di Bulan Juni (bagian 4-Pulang ke Bekasi via Solo)

Sebelum kembali ke realita, alias pulang kembali untuk ‘nguli-nyangkul’ di battle ground Jakarta-Bekasi, saya sempatkan untuk makan bareng dengan keluarga. Namun tidak seperti makan malam bersama di #MalangTrip sebelumnya, kami pilih spot yang tidak jauh dari rumah. Yup, kami kembali lagi ke Kopi Sontoloyo Merjosari.

Hari Kamis, 24 Juni 2021, hujan sudah turun deras dari pukul 17.00 WIB, padahal saya sudah reservasi untuk kami bersepuluh jam 18.00 WIB. Meskipun dekat dengan rumah, dan kami ada kendaraan untuk membawa delapan orang, masih ada beberapa anggota lainnya yang harus menempuh perjalanan dengan sepeda motor dari kediaman masing-masing. Diantaranya adalah Antok, adik bungsu saya dengan putranya, Giovani, yang harus check up ke dokter anak, sore itu.

Kopi Sontoloyo, Merjosari-Malang
Kopi Sontoloyo, Merjosari-Malang

Tetap mematuhi protokol kesehatan, saya pilih lokasi makan yang terpisah dengan bangunan utama Kopi Sontoloyo. Saya reserve ruangan di bangunan yang disebut Rumah, serupa rumah joglo yang terletak di halaman belakang, dekat dengan toilet. Kota Malang yang sehabis disiram hujan, masih dingin dan hujan rintik-rintik, membuat suasana cenderung romantis. Syahdu!

Kopi Sontoloyo, Merjosari-Malang

Pukul 19.00 WIB, kami sudah berkumpul semuanya. Menikmati sajian sederhana khas masakan rumahan yang disediakan Kopi Sontoloyo, namun lezat di lidah. Soto Seger, Nasi Goreng Sontoloyo, Nasi Ayam Sontoloyo, Bakmi Goreng Sontoloyo menjadi menu yang kami pesan. Makan malam di malam terakhir sebelum saya dan istri pulang kembali menjadi momen untuk mengucap syukur atas kebersamaan yang sudah kami dapatkan, dan juga kesehatan yang sesungguhnya adalah karunia terbesar. Kami masih bisa bernafas normal, tidak dengan selang-selang dari tabung oksigen. Kami masih tinggal di rumah, tidak di rumah sakit atau tempat rawat pasien yang lain. Sangat patut untuk disyukuri.

Rumah Palmira Graha-Merjosari, pukul 08.30 WIB, sesaat sebelum berangkat pulang

Good bye Malang!

Tol Malang-Pandaan

Kami masuk GT Singosari tepat pukul 09.00 WIB, dengan cuaca super cerah (membuat saya terus menerus pakai sunglasses), dan masuk perbatasan Jawa Timur-Jawa Tengah tepat pukul 13.00 WIB. Sempat rehat sejenak di Rest Area KM 726 B (Tol Surabaya-Mojokerto) untuk toilet break dan 2 large cups Kopi Kenangan Mantan, dan Rest Area KM 626 B (Saradan), untuk kembali toilet break dan isi Pertalite.

Oh iya, sebelum berangkat pulang, ibu saya sempatkan masak makanan favorit keluarga, Cumi Hitam. Sehingga kami berangkat dengan sarapan dengan masakan eksotis tersebut, dan sempat membawa satu plastik untuk bekal makan siang di perjalanan. Istimewah!

Setelah GT Solo, arah Bandara Adi Soemarmo, pukul 13.30 WIB

Kami sudah reservasi satu kamar untuk menginap semalam di Kota Solo, di Ramada Suites by Windham Solo. Hotel yang terletak di Jalan Adisucipto itu kami pilih selain karena fasilitas yang cukup komplit, review dari para pengunjungnya pun sangat bagus. Kami ikuti pilihan rute dari Google Maps saja untuk sampai di hotel, lewat bandara yang satu lingkungan dengan area militer TNI-AU ini. Cukup dekat dari GT Bandara Adisoemarmo-Solo, 15 menit kemudian kami sudah check in.

Ramada Suites by Windham Solo
Ramada Suites by Windham Solo
Ramada Suites by Windham Solo

Lalu apa rencana siang ini? Strolling around untuk mencoba aneka kuliner Kota Solo yang kaya!

Di seberang hotel tempat kami menginap ada RM Bebek Goreng Pak Slamet dan tak jauh ada juga RM Taman Sari, rumah makan prasmanan yang menyediakan ratusan menu yang bisa kita pilih langsung. Kami pernah mencoba kelezatan menunya beberapa tahun yang lalu, saat Tol Trans Jawa baru dibangun sampai GT Bawen saja. Alhasil harus menyusuri jalan provinsi hingga sampai ke Malang.

Sebenarnya lewat jalan Tol Trans Jawa atau lewat jalan biasa ada plus minusnya. Plusnya kalau lewat tol tentunya waktu tempuh perjalanan lebih cepat, namun digantikan dengan biaya ekstra untuk tarif tol. Jika lewat jalan biasa, waktu tempuh akan lebih panjang. Salah satunya jika kita sudah masuk suatu kota, akan bertemu dengan traffic lights di sepanjang jalan, membuat kendaraan kita banyak lakukan pemberhentian.

Nilai plusnya? Kita akan temukan banyak spot-spot kuliner dan oleh-oleh di sepanjang jalan. Jujur, saya kangen sekali dengan mampir beli oleh-oleh Gethuk Goreng H. Tohirin di Sokaraja, minum Es Dawet Ireng di Kutoarjo, makan sate-gule-tongseng kambing di Tegal, dan masih banyak lagi. Kangen euy!

Tugu Makutha, Kota Solo

Sesuatu yang mendorong kami untuk mampir-mampir di kota-kota sepanjang perjalanan adalah food vlogger, yang merekomendasikan banyak pilihan kuliner khas daerah. Khusus untuk kuliner di Kota Solo, ada beberapa referensi. Antara lain: Babahe-Kamus Kuliner dan Jalan-Jalan, Dyodoran, dan JKW Kuliner Makan-Makan di Solo. Yang terakhir adalah akun Youtube Pak Presiden Jokowi sendiri, yang mengangkat spot-spot kuliner favorit beliau di kota ini.

Spot 1: Babi Kuah Pak Djum

Nah, referensi ini saya dapat dari food vlogger lokal Kota Solo dan sekitarnya, Babahe. Dari namanya, sudah jelas kalau kuliner ini non-halal. Dari konten video yang beliau unggah di channel Youtube-nya, sering ditampilkan makanan ini. Sangat sederhana penyanjiannya. Potongan-potongan daging babi (daging, kulit, tulang muda, saren, hingga jerohan) yang dimasak sampai empuk dalam kuah kecap, dipotong-potong, lalu disiram kuah kecap yang terasa light (tidak kental), dalam wadah ‘pincuk’ dari daun pisang.

Babi Kuah Pak Djum-Solo
Babi Kuah Pak Djum-Solo
Babi Kuah Pak Djum-Solo

Kami pesan 2 porsi, saya pilih bagian jerohan, kulit, dan samcan (perut babi), dan istri pesan campur, dengan semua isian yang disediakan disajikan di wadah pincukan. Harganya cukup membuat kami tercengang! Seporsi Babi Kuah tersebut dibandrol dengan harga Rp12.000,- saja. Wow!

Babi Kuah Pak Djum-Solo

Total kami membayar Rp28.000,- untuk 2 porsi Babi Kuah dan 1 bungkus nasi putih, yang awalnya kami sangka Rica-Rica Babi, seperti yang kami lihat di video. Tapi, ternyata Babi Kuah Pak Djum ini berbeda dengan yang kami lihat. Mungkin ini cabangnya, tapi mungkin hanya namanya saja yang sama. Babi Kuah Pak Djum yang kami nikmati ini ada di Jalan Lumban Tobing.

Dan saat kami mencoba mencari di Jalan Ir. Juanda, kami menemukan warung Babi Kuah Pak Djum yang sebenarnya kami cari. Namun saat lewat, mereka sudah beberes. Well, next #SoloTrip ya!

Spot 2: Warung Pokwe Nuke

Tempat makan ini sama sekali malah tidak masuk di video-video kuliner yang kami lihat di ketiga food vlogger tersebut. Saya berkunjung sekalian untuk mengunjungi kawan lama saya, Chrisma Rendrawan, rekan seangkatan saya saat awal berkarir sebagai Management Trainee di perusahaan tempat saya berkarya sekarang. Warung Nuke ini, dikenal juga dengan sebutan Pokwe Nuke, alias ‘njupuk dewe‘, atau prasmanan kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Anda tinggal ambil sendiri nasi-lauk pauk, tumisan, dan sayur yang disediakan (ada puluhan macam pilihan), lapor ke kasir sekaligus pesan minuman, bayar, dan nikmati. Lokasi ‘pokwe’ ini ada di dekat Singosaren Plaza, atau dekat dengan Pasar Triwindu, dimana ada salah satu soto favorit Pak Jokowi di salah satu sudutnya.

Saya dan Chrisma, di Desember 2015 vs Juni 2021

Warung makan tentunya terdampak pandemi Covid-19 ini. Si empunya toko saat saya temui, mengaku income-nya menurun drastis karena banyaknya karyawan yang dirumahkan, atau bekerja dari rumah. Termasuk anak-anak kuliahan yang biasa makan di ‘pokwe’ ini, yang berkurang jumlahnya karena harus kuliah di rumahnya masing-masing. Sempat saya sarankan ke beliau untuk buka merchant account di GO-FOOD, SHOPEE FOOD, atau GRAB FOOD. Dengan demikian, para fans berat Warung Nuke yang bekerja dari rumah masih bisa menikmati kelezatan masakannya, tanpa harus datang ke tempatnya langsung. Semoga keadaan makin membaik ya, Chris!

Spot 3: Grandis Barn

“Nanti malem, mampir kesitu yuk”, ajak istri saya saat wara-wiri dari hotel ke Kota Solo. Melihat bangunan cafe dari kaca, yang stand out dari arah jalan raya. Cafe yang dimiliki salah satunya oleh pembalap nasional Rio Haryanto ini punya ambiance yang tenang, dengan tampilan bagian depan yang iconic, membuat tak jarang pengunjung berfoto di depannya. Perut kami yang kenyang dengan kulineran di siang-sore hari, membuat kami hanya ingin ngopi dan ngemil-ngemil ringan saja.

Grandis Barn, Solo
Grandis Barn, Solo
Grandis Barn, Solo

Maksud hati ingin ngopi-ngopi lucu (karena parut masih terasa kenyang), yang datang malah porsi jumbo. Hahahahaha.. Baik Cafe Latte maupun Avocado Coffee yang kami pesan hadir dalam ukuran besar. Pun demikian dengan sandwich platter (saya lupa apa namanya), yang dipesan istri saya, hadir dalam porsi yang cukup besar. Saya sendiri pesan 1 slice vanilla crepes saja. Rasanya ok, dan harga makanan dan minuman cukup reasonable. Suasana yang tenang, membuat betah untuk ngobrol sambil main HP, jepret sana sini berlama-lama. Datang lagi? Pasti!

Pulang ke Jakarta-Bekasi!

Terima kasih, Kota Solo! Tentunya akan mampir lagi, di sela-sela #MalangTrip. Kami check out dari hotel cukup pagi, pukul 09.00 WIB, tanpa sempat mencoba kesegaran air kolam renang hotel yang membiru. Kami sengaja tidak pesan kamar hotel dengan sarapan, atau sarapan pagi di Solo, karena cukup yakin, kami akan diminta untuk sarapan dulu sebelum beranjak pulang di rumah Mbah Jah di Ambarawa. Yes, kami mampir Ambarawa dahulu sejenak, untuk menjemput Tante Rini dan Rensi, untuk bersama-sama pulang ke Jakarta.

GT Colomadu, Solo, pukul 09.30 WIB

Kami kembali melewati salah satu ruas jalan tol dengan pemandangan tercantik di Indonesia, di ruas Bawen-Salatiga. Lagi-lagi, kami diberkahi dengan cuaca yang sangat cerah di sepanjang perjalanan. Dari GT Colomadu-Solo hingga GT Bawen kami tempuh dalam waktu kurang dari 60 menit, dengan kecepatan sedang.

Rumah Mbah Jah-Ambarawa

Setelah dijamu dengan masakan Tante Sri, pukul 10.45 WIB kami pun melanjutkan perjalanan kembali. Memang beda ya? Kalau masakan disiapkan oleh keluarga sendiri, dengan sepenuh hati, rasanya lebih istimewa, meskipun masakan yang disiapkan sederhana saja. Pesannya adalah sesuatu yang dibuat dengan sepenuh hati, akan sampai juga ke hati. Kira-kira demikian. Menu masakan pagi itu; nasi, pecel sayur, dengan saren (darah ayam/sapi) goreng. Kami santap dengan lahap!

Tol Solo-Boyolali

Kekhawatiran yang sempat saya sampaikan di unggahan pertama, tentang aquaplanning, puji Tuhan tidak terjadi, tidak saya temukan. Kami hanya menemui hujan rintik saja, sesekali di sepanjang perjalanan. Dan pukul 17.00 WIB, kami sudah melintasi Kota Bekasi dari jalan layang tol Cikampek, menuju rumah Tante Rini. Enam jam saja dari GT Bawen ke GT Cikunir (JORR). Puji Tuhan diberikan kelancaran dan sehat.

Sehat? Yup. Sebelum sampai ke rumah, kami sempatkan untuk tes antigen, untuk memastikan kami berdua aman untuk berkumpul kembali dengan keluarga dan rekan-rekan di kantor. Kami pun juga lakukan hal yang sama sehari sebelum berangkat ke Malang. Puji Tuhan, hasil kedua tes antigen baik saya dan istri, sama-sama menunjukkan hasil negatif.

Before Malang Trip: 18 Juni 2021 (negative)
After Malang Trip: 26 Juni 2021 (negative)

Terima kasih Malang, terima kasih Ambarawa, dan terima kasih Solo. Kami tiba kembali di rumah dengan sehat dan selamat. Saatnya bebersih rumah, setelah satu minggu lebih ditinggal jalan-jalan. See you on our next trip!

4 Comments Add yours

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s