Day 3!
Yes, this is the last day of the biggest and the first e-commerce summit and expo ever held, and I’m glad I’m a part of it. As participant, off course 🙂
Saya datang agak terlambat di hari Jumat ini di Indonesian E-commerce Summit and Expo 2016, tanggal 29 April. Dan pikiran saya langsung tertuju pada sesi key note speech Pak William (atau lebih tepat koh William – since he’s at my age or perhaps younger than me), dari Tokopedia. Kalangan penggiat e-commerce pasti tahu siapa beliau ini, seseorang yang berhasil mendapatkan suntikan dana sebesar US$ 100 million untuk scalling up bisnis market place-nya. And I just wonder how he managed to convince the man whom trust him and have faith in his ideas.

Saya bayangkan menjalankan bisnis e-commerce ini seperti menaiki tangga, yang seringkali terjadi disrupt, sehingga mungkin kita tidak menaiki tangga tersebut satu per satu, namun bisa terjadi loncatan-loncatan yang menjadikan kita menaiki dua, tiga, atau lebih anak tangga sekaligus. Pertanyaannya, apakah kita siap dengan loncatan-loncatan tersebut? Apakah kita mampu meloncati langsung dua atau tiga anak tangga sekaligus?
Dan satu hal lagi, kita belum tahu apa yang akan kita temui di atas nanti. Entah saat kita sampai di ujung tangga, atau saat kita baru sampai di tengah perjalanan. Be prepared, then…

Itu yang sebenarnya saya alami saat mendapatkan tugas untuk mengembangkan e-commerce website di perusahaan ini. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi kedepan di awal tahun 2013 yang lalu, saat saya pertama kali memegang project ini. It may sounds cliche, but you have to be a believer when you are handed a job developing this channel. Karena belum ada orang yang pernah melakukannya sebelumnya. Belum pernah ada orang yang sukses melakukannya sebelumnya. And that makes you a pioneer.
I am an Aries, and people said that an Aries is good at pioneering something! 🙂
Now look at what we, me and my team has accomplished, so far. Online channel ini menjadi satu-satunya channel dengan performa terbaik, dengan tingkat pertumbuhan selalu mencapai triple digits selama 2 tahun berturut-turut! It means we grew like almost four times comparing to last year! It’s now time to scale this up, into a bigger e-commerce website which provide selective goods, ice cream and ice cream cake.
Kembali ke #IESE2016, saat mendengarkan key note speech dari Pak William, saya duduk bareng Pak Rendi Peterson Salim, rekan saya sesama penggiat digital marketing dari Frontier Group. Saya menyampaikan pertanyaan yang ada di benak saya, “Bagaimana caranya Pak William dari Tokopedia ini meyakinkan investornya untuk menanamkan modal sebesar US$ 100 million?” Kalau menurut beliau, start up e-commerce (contohnya : market place) harus punya pertumbuhan at least triple digit, jumlah visitor atau hits per day-per week-per month harus besar supaya layak diperhitungkan, dan jumlah transaksi per hari-minggu-bulan juga harus diperhitungkan. Menurut versi beliau, sekarang Tokopedia bisa meraup keuntungan rata-rata sekitar Rp 36 milliar per bulannya. Itu profit ya? Bukan omzet atau penjualan. Great…
Pak William Tanuwidjaja melanjutkan speech-nya dengan bercerita tentang beberapa pertanyaan yang diajukan oleh calon investornya saat itu :
- Sebutkan satu saja orang Indonesia yang bisa kaya raya dari hasil berbisnis e-commerce (beliau mengaku tidak bisa menjawab pertanyaan ini, karena memang saat itu belum ada orang Indonesia yang sukses di e-commerce).
- Bagaimana tingkat persaingan di bisnis e-commerce ini, mengingat sudah ada pemain yang sudah sukses (bukan bisnis baru), seperti e-bay.com dan sejenisnya diluar sana? This everyone can easily copy!
- Bagaimana kalau ada pemain besar yang suatu saat masuk ke Indonesia dengan modal besar? Bagaimana kamu akan berkompetisi dengan mereka (ini juga pertanyaan yang Pak William belum bisa jawab, namun sudah terbukti saat ini dengan masukknya Alibaba.com yang ‘merasuki’ Lazada, dan raksasa e-commerce lainnya dari China, JD.id ke pasar online store/market place Indonesia).
- Apa dan bagaimana background sekolah, keluarga, dan lain-lainnya? (Pak William sudah menjadi tulang punggung keluarga sejak jaman beliau masih kuliah).
- Sudah punya pengalaman apa saja? (ini pertanyaan yang biasa ditanyakan oleh calon angel investor, mengingat dari pengalaman, entrepreneur akan dinilai kecakapannya dalam membuat strategi bisnis yang clear jika ia diberikan modal – angel investment tersebut).
Speech dari Pak William ditutup dengan quote, “Kalau kamu punya cita-cita, buatlah cita-citamu setinggi bulan. Karena kalaupun kamu gagal, setidaknya kamu masih ada di sekitar bintang-bintang”. Nice one, pak!

Sesi key note speech berikutnya, diisi oleh Ibu Nadia Tan dari Facebook (Small Medium Enterprise Head Facebook South East Asia), tentang Connecting All Business To It’s Customers. Connecting dengan Facebook tentunya 🙂
Mengawali sesi presentasinya, Ibu Nadia menceritakan fenomena digital yang beliau temui saat ‘blusukan’ ke Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Menyusul big boss-nya, Mark Zuckerberg yang lebih dahulu ‘blusukan’ dengan Presiden Joko Widodo beberapa waktu yang lalu ke lokasi tersebut. Yang menarik yang beliau temukan adalah ; selain harga kios ukuran 2m x 1m yang sangat mahal (sampai milyar-an Rupiah), ada kios khusus disana yang menawarkan jasa foto Instagram. Kios foto ini sudah menyediakan model untuk foto baju-baju dan perlengkapan lain yang hendak dijual via platform Instagram ini. Uniknya, model anak-anak hingga dewasa sengaja disiapkan oleh pengelola untuk membantu visualisasi produk jual, dengan banderol harga Rp 75.000,- per sesinya.
Salah satu contoh UKM yang tumbuh besar dengan bantuan Facebook adalah penjual batik asal kota Cirebon, Dea Valencia yang awalnya berjualan via akun Facebook pribadinya. Karena sudah sangat banyak, dan dengan bantuan dari Facebook, disarankan untuk membuka fanpage khusus untuk melayani penjualan batik-batiknya. Fanpage Batik Kultur Dea bisa dilihat disini. Dengan menggunakan tool Boost Post di Facebook, Dea Valencia bisa meningkatkan reach dari tiap post-nya sehingga bisa menjangkau pengguna Facebook yang mungkin belum pernah melihat atau mengetahui keberadaan toko batik online-nya ini.
Untuk mendukung sektor usaha, terutama UKM, di Facebook punya lima vitamin, yang oleh Bu Nadia Tan disampaikan sebagai “5M”, yaitu :
- Mobile presence – brand patut dan harus menjaga presence-nya di mobile, karena 95% waktu yang dihabiskan dalam mengakses mobile phone (kurang lebih 3 jam) dipergunakan untuk mengakses aplikasi mobile. dan menurut data Facebook, 88% dari 95% tersebut dihabiskan pengguna smartphone untuk mengakses Top 5 Apps berikut ini : Line, Whatsapp, BBM, Instagram, dan Facebook!
- Money – Yes! It’s all about money 🙂
- Man power – buat bisnis UKM yang menggunakan digital platform sebagai sarana penjualan, wajib berinvestasi ke man power sebagai sales person. How come? Iya, sales person yang tugasnya merespon atau menjawab comment atau unmentioned post dan mentioned post dengan handle dari brand, entah itu yang hanya mencari informasi atau langsung membeli (or anything in between).
- Market access – bayangkan kalau anda bisa mengakses 10% saja dari 82 juta orang Indonesia di Facebook (if your market are Indonesians or those who lives in this beloved country), atau 15% saja dari total 22 juta pengguna Instagram di Indonesia. Mereka sign up menjadi fans atau followers brand anda. Imagine the power you will have! Targeting bukan hanya secara demografis dan by internet behavior, namun juga by bandwith (2G, 3G, 4G, dan selanjutnya 5G). Jadi anda bisa mengarahkan iklan anda pada mereka yang hanya bisa mengakses internet via jaringan pita lebar 2G saja, dan sebagainya.
- Mentorship – vitamin M kelima dari Facebook ini tentang pemberian bimbingan kepada para start up dan pengusaha UKM lainnya. Ini juga sangat dibutuhkan oleh para UKM dan start ups dalam mengembangkan bisnisnya, selain modal tentunya.

Dari gambar diatas, bisa dilihat bahwa menurut data Facebook, 70% dari web traffic datang dari mobile (mengalami kenaikan sebesar 41% dibanding tahun lalu). Sedangkan traffic yang datang dari desktop (PC-laptop) turun 41% dibanding tahun lalu, mengkontribusikan hanya 28% dari total web traffic. Tablet PC? Sepertinya trend-nya semakin menurun. Entah karena ukurannya yang menjadikan tablet PC kurang handy (tidak bisa dimainkan dengan satu tangan saja), meskipun lebih puas browsing dengan layar yang tajam dan besar seperti yang ditawarkan produsen gadget saat ini.

Now, it’s time for key person from blibli.com to have a presentation. Ibu Lisa Widodo selaku Head of Operation dan Head of Product Management membawakan materi tentang operasional e-commerce, dari hulu ke hilir. Customer Experience Through Selection – Payment – Shipment. Dari image diatas, dapat dilihat bahwa sistem pembayaran COD (cash on delivery) yang dihadirkan oleh beberapa pemain besar e-commerce memiliki kelemahan, selain tentunya bertentangan dengan ide ‘cashless society’. It’s pain points vs. draw backs 😀
Ada satu slide yang menarik dari Bu Lisa, yaitu di bagian akhir presentasi. Key take away from blibli.com :
- Pertumbuhan bisnis e-commerce didorong oleh pelayanan ke kedua belah pihak, penjual (merchants) dan pembeli (customers).
- Penjual yang bergabung dengan platform market place mendapatkan keuntungan dari segi solusi teknologi, model supply chain management, aktivitas komunikasi dan promosi penjualan, dan layanan penjual.
- Penting untuk pembeli dan pengelola e-commerce menikmati berbagai macam keuntungan, namun jangkauan pengiriman dan banyaknya pilihan pembayaran adalah koentji.
- Masa depan e-commerce di Indonesia didukung oleh pertumbuhan jumlah metode pembayaran (non-bank) dan infrastruktur yang semakin baik (logistik).
(Tulisan bersambung ke bagian 2, sila klik disini untuk melanjutkan membaca)