Convenience store itu bernama 7Eleven

It’s  from my own perspective. As a shoppers, consumers, and also a trade marketing enthusiast 🙂 Thus, expect less from this writings.

Convenience store 7 Eleven yang pertama saya kunjungi adalah 7Eleven Sahardjo, saat itu baru saja grand opening.

Sevel Sahardjo (view from 2nd floor)

Hmmm, rasa penasaranlah yang membawa saya ke 7Eleven. Mangamati perbincangan di twitter, anak-anak muda yang menyebut nama 7Eleven dengan nama ‘sevel’ sampai terbentuk komunitas baru yang berbasis lokasi toko. Lazim ditanyakan ke sesama anak muda, “Anak sevel mana lo?”

Saat di Sevel Sahardjo itu, saya benar-benar excited. Kenapa?

1. Saya melihat sesuatu yang benar-benar baru, bukan lazimnya masuk ke dalam Alfamart atau Indomaret. Atau bahkan sesama convenience store seperti CircleK atau Alfa Express.

2. Satu toko berisi anak-anak muda (kisaran 15 sd 19 tahun), yang sibuk ngobrol, snacking (yang kemudian saya tahu kalau tiap bungkus snack yang dibeli-dimakan itu diisi dengan cheese cream sauce berlimpah, gratis!), nyolok-nge-charge laptop, handphone-smartphone (mostly blackberry), nge-bir (wew!), dan merokok (smoking area, atas dan bawah luar). Anak-anak muda itu benar-benar menikmati ‘the experience of hanging out’

Youth, communitized. At Sevel Sahardjo 2nd floor

3. Minuman dan makanan melimpah untuk diracik dan disajikan sendiri. Nama-nama minuman pun sangat familiar didengar ; big gulp, mini gulp, slurpee, big bite, chicken katsu, dan sebagainya.

Slurpee machine, Sevel Sahardjo.

4. Big bite ini, wah! Tinggal pesan sosis berukuran jumbo yang kita ingin, beef atau chicken, yang terus dipanaskan. Lalu mas/mbak store crew akan menaruhnya ke tengan hot dog bun. Dan yang paling seru, kita bisa apply bermacam-macam topping –> chili, cheese sauce, mustard, dan potongan bawang bombay dan tomat yang sudah diiris kecil-kecil. Yum!

My Big Bite, chicken.

5. Slurpee. Siapa yang tidak tertarik melihat slushes soda beraneka rasa yang terus dimix agar tidak menggumpal dan siap tuang dalam 3 ukuran gelas styrofoam itu? Well, it’s soda. We realize that it’s quite unhealthy due to it’s high sugar containment. Namun jika di ‘bungkus’ sedemikian rupa, kita mungkin bisa lupa. It’s soda, but it’s good to have it this ‘Slurpee’ way :p

My Slurpee 🙂

6. Value. Konsumen Sevel merasa memperoleh value lebih as a consumers, karena salah satunya mereka bisa menghabiskan berjam-jam waktu untuk hang out di salah satu gerai Sevel langganannya. Doing anything, with less annoyment. Terlebih, jika bisa beli 1 bungkus snack dan menuangkan limpahan cheese cream ke dalam isi bungkus snack itu. It’s totally free and creamy. Suka chili? No problem. Bisa juga dituangkan ke dalam bungkus snck mereka. Padahal… harga snack di 7ELeven lumayan mahal lho… Margin tebal, bisa untuk menutup gimmick cost untuk cheese cream, dan sebagainya (IMO).

Kenapa saya tertarik menulis tentang 7Eleven ini? Well, beberapa hari ini, kawan @ksantoso mengajak diskusi via twitter tentang #minimarket dan #7Eleven ini. Bagaimana 7Eleven berhasil mempunyai diferensiasi yang sungguh unik. Jika dibandingkan dengan minimarket yang sudah common di Indonesia, dan juga convenience store yang lain.

Terlebih @ymulyana via milis KamClubID sharing thoughts tentang 7Eleven ini, jika dikutip begini tulisannya :

Sebagaimana kita ketahui masuknya 7-Eleven ini bekerjasama dengan PT Modern PutraIndonesia, yang mana kita ketahui perusahaan ini bukan berfokus dibisnis retails akan tetapi perusahaan pemilik Fuji Image Plaza dan M Photo Studio, yang mana berpengalalaman dalam mengembangkan retail foto di Indonesia.

Definisi Convenience Store menurut 7-Eleven yang terlahir 1927 di Dallas Texas tersebut adalahpelayanan yang paling utama, terutama untuk stock produk-produk yang pelanggan butuhkan, begitu juga untuk kebutuhan darurat pelanggan terhadap prefensi mereka. Atau dengan kata lain pelayanan dimulai dengan berbagai macam produk dan produk selalu tersedia selama 24 jam.

Secara ada 5 fundamental mengenai CS menurut 7-Eleven, yaitu :

1.  Product Assortment (Category Management)
2.  Quality
3.  Cleanliness
4.  Fast and Friendly service
5. Value

Nah yang jadi pertanyaan, apakah 7-Eleven bisa jadi waralaba ?

Hepi Reading, ini ada 7-Eleven Magazine ..

Regards
Yayan Mulyana

Bahkan, untuk meng-engaged youth dan netizen, target market 7Eleven ini, keluarlah media majalah ONLY AT, yang khusus dirilis untuk memuat apa-apa saja kegiatan, promosi, dan sebagainya yang ada di 7Eleven. Link-nya :

http://xa.yimg.com/kq/groups/23531064/1480779900/name/sevel0.pdf

Nah, kalau dibahas sedikit, 5 fundamental convenience store menurut 7Eleven :

1. Product Assortment :

7Eleven tidak bermain di banyak SKU layaknya minimarket. Namun kebanyakan SKU yang ada adalah mostly groceries (food and beverages, dan  ‘just in case’ stuffs yang tersedia 24 jam. A really short product assortment, but good availability.

2.  Quality

Product ready to eat atau ready to drink-nya punya kualitas yang lumayan bagus. Dengan penamaan-penamaan yang catchy. They also brew fresh coffee, on the go. Jadi bisa juga ngopi-ngopi disini, dengan harga yang nggak semahal ehm… (no mention) :p

3.  Cleanliness

Convenience store yang bersih, dengan 3rd party clening staff yang selalu siap membereskan sisa-sisa makanan minuman yang ditinggalkan pengunjung gerai. Berasa dimanjakan. Seringkali, so far, masuk gerai 7Eeleven dengan lantai yang bersih, dan demikian juga dengan toiletnya. Cukup bersih. Mungkin di gerai Sevel lama yang ramai dikunjungi, misalnya Blom M, Senayan, banyak bekas rokok di toilet.


4.  Fast and Friendly service

Cepat? Iya. Friendly? Iya. Perhaps all Sevel crew are trained that way. As a service people. Designed to give service to it’s customer. More like fastfood restaurant. But hey! Isn’t 7Eleven has a restaurant permit instead of minimarket or grocery store permit? Yes it is! Ijin yang dikantongi 7Eleven adalah ijin restoran, no wonder mereka lebih fokus ke RTD dan RTE-nya dibanding kategori lain. Misalnya, es krim. Di tiap gerai 7Eleven, hanya ada 1 public freezer (I called it that way, since there are no brand on it’s freezer. Just plain white box freezer), isinya ada 3-4 brand ice cream. Wall’s, Campina, Tropical Sling, dan Binggrae (if I’m not mistaken). Ada juga upright freezer, juga public-unbranded one. Untuk merek-merek es krim yang dijual.

Ice cream freezer, Sevel Sahardjo

5. Value

7Eleven customers feels a good value, that’s why they keep on coming. Again and again. Hanging out. Again and again.

A good business attract consumers and customers. And also, ‘mee too’ player 🙂

Let’s see what will happen in this convenience business in years to come.

5 Comments Add yours

  1. Tri says:

    CMIIW, 7Eleven dibuka di Indonesia dengan perijinan sebagai restoran, bukan sebagai retail store seperti Circle K atau Alfamart dan saudaranya Indomaret. Somehow, it becomes blessing in disguise untuk PT. Fuji yang dirangkul oleh 7Eleven. Di tengah sepinya core bussiness mereka, I mean, siapa sih yang masih cuci cetak foto hari gini..??? Jadi memang menarik menyaksikan sepak terjang 7Eleven di Indonesia. Amazingly it grows pretty fast in here. Di Bintaro saja, dalam waktu berdekatan mereka buka 2 outlet, yang boleh dibilang setiap saat selalu ramai. Menarik mencermati kombinasi yang dimiliki 7Eleven dalam hal produk dan positioning-nya, serta melihat bagaimana retail store berusaha bersaing dengannya. Maybe as a marketer, you know it better. So let’s watch the fight till the end.

    1. haryoprast says:

      Thank you for the comment and review, mas 🙂
      Memang pasar Indonesia yang sangat adaptif terhadap hal yang baru, ditambah faktor anak muda sebagai buzzer dan generator, juga uniqueness menjadikan 7Eleven punya daya survival dan kompetitif yang tinggi.
      Setuju banget, Fuji Film mendapat blessing in disguise dengan outlet mereka yg converted menjadi gerai 7 Eleven, dgn tetap menyediakan mini studio untuk cetak foto, dsb.

  2. daniel says:

    simplenya gw lihat ada 3 hal : Branding, Location & Life Style yang pas banget dengan pola kehidupan warga Jakarta khususnya, dari Mall baru sampai gadget terbaru pun pasti langsung diburu apalagi konsep Sevel yang tergolong masih langka dan bisa dicapai berbagai kalangan, hanya bermodalkan 1pc Snack ( walaupun harganya mahal dibandingkan toko sebelah ) bisa nongkrong 24 jam ( kalo ambeien free…hehe).
    Sekaligus membuktikan bahwa masyarakat Jakarta khususnya, haus akan sesuatu yang baru yang menjadikan hal tersebut suatu kebutuhan…setuju dengan pendapat2 om tentang bagaimana kelangsungan Sevel karena suatu saat pasti akan mengalami satu titik jenuh apabila tidak menjaga komunitasnya yang sudah terbentuk dan pesaing2 yang akan atau sudah muncul untuk meniru kesuksesan Sevel.

    lah iki anakku udah ngerti minta nongkrong di Sevel sekalian beli slurpee…Onϑế •(⌣.⌣”)• Mªnϑế ♌•͡˘.˘ •͡♌

    nice blog om yoga

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s