Belitung Trip. The First Ever! (Bagian 3-Pulau Leebong dan Danau Kaolin)

Hari ketiga! Hari Pulau Leebong!

“Kok ada Pulau Leebong? Biasanya kan cuma ke Pulau Lengkuas dkk, ini pulau baru?”, tanya saya ke Pak Yuli via whatsapp saat berkonsultasi seputar perjalanan kami ke Belitung beberapa waktu yang lalu. “Betul pak, ini pulau baru. Bagus banget pemandangan dan suasananya. Saya ada paket tour 1 hari ke pulau ini, dapat pulau pasir luas dan Pulau Leebongnya sendiri, dijamin berkesan pak!”, tambah Pak Yuli meyakinkan saya. “Ok kalau gitu, angkut deh pak!” 

Dan jadilah hari ketiga kami di Belitung ini, berpetualang di Pulau Leebong. Jadi Pulau Leebong ini adalah salah satu pulau tak berpenghuni di bagian selatan Pulau Belitung. Kemudian 4 tahun yang lalu, ada beberapa pihak yang membeli hak guna pulau seluas 37 hektar, 3 kilometer saja dari Pulau Belitung ini, dan membuka resort disini. 2 tahun pertama dihabiskan untuk ‘bersih-bersih’ pulau dari binatang liar, dan memulai proses pembangunan resort. Tahun 2018 ini adalah tahun kedua resort Pulau Leebong dibuka. Dan untuk menjangkau pulau ini, kita perlu menyeberang dengan menggunakan perahu motor dari Pelabuhan Tanjung Ruu (Belitung Selatan) selama kurang lebih 15 menit saja.

Jalanan mulus dari Tanjung Pandan ke arah Pelabuhan Tanjung Ruu, Belitung Selatan

Kami sampai di Pelabuhan Tanjung Ruu pukul 09.00 WIB, setelah berangkat dari MaxOne Belstar Hotel Belitung pukul 08.30 WIB. Dan ternyata, kami harus menunggu selama 1 jam, karena jadwal penyeberangan perahu motor ada di jam 10.00 WIB setiap harinya. But it’s ok. Sambil menunggu, kami menghabiskan waktu melihat-lihat pemandangan di pelabuhan yang airnya cukup jernih di bawah, dengan ikan-ikan kecil berenang ke sana ke mari. Kami juga melihat aktivitas bongkar muat batu bara dari kapal tongkang dengan menggunakan crane raksasa, ke truk-truk kecil untuk dibawa ke PLTU Belitung yang letaknya tak jauh dari pelabuhan.

Pelabuhan Tanjung Ruu, Belitung Selatan

Pelabuhan Tanjung Ruu, Belitung Selatan

Sunglasses, cute hats, sunblocks, wetsuit? All set! Let’s go! Tepat pukul 10.00 WIB, kapal motor berangkat dari Tanjung Ruu namun tidak langsung menuju ke Pulau Leebong, kami mampir ke Pulau Pasir Leebong yang merupakan hamparan pasir putih luas dengan beberapa instalasi untuk foto. Ingin tahu? Sabar ya! Untuk menjangkau pulau pasir ini, dibutuhkan waktu 20 menit dikarenakan perahu motor harus mengambil arah memutari pulau-pulau di sekitarnya. Dan setelah sampai, takjublah kami! It’s the most beautiful sight seeing we’ve ever see in our life, yet! Why the ‘yet’ thing? Because we haven’t see another side of paradise these islands have. Wow! 

Pulau Pasir Leebong, 10.30 WIB

Pulau Pasir Leebong
Pulau Pasir Leebong

Hamparan pasir yang maha luas, langit biru cerah dengan gugusan awan, dan air laut biru tenang menjadikan background foto yang diambil di Pulau Pasir Leebong ini terlihat fantastis! Ada efek infinite atau tak berbatas jika kita lihat perpaduan antara langit, pasir putih, dan laut biru. Once in a lifetime experience!

 

Pulau Pasir Leebong
Pulau Pasir Leebong
Pulau Pasir Leebong

 

Pulau Pasir Leebong
Pulau Pasir Leebong

Sudah puas main di Pulau Pasir Leebong? Belum lah! Namun bagaimanapun juga kita harus segera beranjak ke Pulau Leebong yang sesungguhnya, dimana semua kesenangan dan kegembiraan akan kami dapatkan. Hmmm.. Perjalanan berlangsung mulus ke Pulau Leebong? Tidak! Di tengah perjalanan, hujan lebat turun. Meskipun sisi samping perahu sudah ditutupi terpal plastik, namun masih saja air hujan masuk lewat bagian depan, ditambah angin yang cukup kencang.

Pulau Leebong, 11.25 WIB

Pulau Pasir Leebong (hujan deras!)

Alhasil, topi bapak mertua saya terbang tertiup angin. Agak panik beliau melihat cuaca yang sedemikian cepat berubah dari panas terik ke hujan angin. Yang saya khawatirkan, beliau sakit apa apa ditengah perjalanan kami ini. Mengingat usianya yang sebentar lagi menginjak 80 tahun. “Ya kalau gak ada hujan ya namanya bukan piknik, rasanya biasa saja”, ujar beliau menenangkan saat kami melangkah masuk ke area resort lewat dermaga panjang diselingi hujan gerimis yang cukup deras, dengan baju yang basah kuyup. Salut untuk ketenangan beliau menghadapi situasi ini. His name is Hieronimus Da Silva, by the way.

Sesampainya di area restoran, kami disambut dengan senyum ramah para crew Leebong Resort yang menawarkan kopi dan teh hangat (free flow) untuk sekedar menghangatkan perut kami yang baru saja terkena hujan deras. Juga salah seorang dari mereka menawarkan apakah makan siang bisa disiapkan sekarang, mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 11.45 WIB. “Boleh”, jawab saya. “Silahkan disiapkan mas”.

Pulau Leebong
Resto Leebong Island

Tanya saya dalam hati, “Gak salah nih? Buat 4 orang aja lauk sama nasinya segini banyak?” Di depan saya ada Cumi Goreng Tepung, Ayam Goreng Saus Inggris, Bakso Tahu Ikan, Cah Kangkung, Pepes Ikan khas Leebong, dan Ikan Kuwe Bakar. 5 macam lauk dan 1 macam sayur. Tapi santai saja, kalau gak habis ya dibungkus buat dimakan kemudian. Dan setelah kami selesai berganti pakaian kering, langsunglah kami berempat duduk di meja makan, dan menyantap habis hidangan yang ada. Seriously, habis!. Well, hanya menyisakan nasi putih dan 3 pepes ikan saja yang kami bungkus untuk dibawa pulang.

Pulau Leebong

Perlahan hujan berhenti, dan tinggallah kami yang kekenyangan ini. Dan for your info, semua hidangan yang disajikan semuanya tidak ada yang tidak enak! Enak semua! Beneran! Di sela-sela gerimis, masih terlihat garis pantai yang jauh menjorok ke lautan, lagi-lagi kami bertemu dengan pantai landai (lagoon). Dari kejauhan terlihat hammock dan ayunan yang ada di pantai, yang bisa dibuat swafoto. Banyak yang bisa kita lakukan dan maksimalkan di pulau ini jika cuacanya cerah. Kita bisa bermain kano di sekeliling pulau ini-atau setidaknya di pantai bagian depan ini,  bersepeda berkeliling pulau, bermain voli pantai atau sepakbola pantai, berenang di pantai yang landai ini, dan karaoke sepuasnya.

 

Pulau Leebong
Leebong Island

Ada 2 sisi pantai yang ‘dijual’ oleh pengelola resort ini, yaitu pantai di bagian depan pulau, dimana ada fasilitas hammock dan sebagian besar bangunan resort (penginapan, dermaga utama, hingga restoran), dan 1 lagi pantai di bagian belakang pulau. Pantai ini, Pantai Cikas atau Chicas Beach mereka sebut demikian, karena di sisi pantai ini banyak ditemukan pohon cikas (sejenis palem) di sepanjang garis pantai. Di sisi pantai bagian ini, pengelola resort menbangun sebuah cafe bernuansa tropis, yang disebut Pirate Cafe!

Pulau Leebong (Pantai Cikas)

 

Pulau Leebong (Pantai Cikas)

Unik, kenapa dinamakan demikian? Ternyata dari penuturan Kak Geril, salah satu staf resort, pada saat pembukaan pulau ini, banyak ditemukan guci guci besar dari RRT (China), dan barang-barang berharga lainnya yang diperkirakan ditimbun untuk disimpan sementara di pulau tak berpenghuni ini oleh para perompak. Wow! Menarik sekali cerita dibalik pembukaan resort di pulau ini ya?

Dan sudah menjadi kebiasaan, para tamu yang datang (tidak menginap) akan pulang kembali ke Pulau Belitung saat waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB. Sebab setiap pukul 17.15 WIB, setiap hari, pengelola resort akan melakukan fogging, untuk membasmi nyamuk pantai yang terkenal ganas. Hal ini sudah dilakukan setiap hari selama bertahun-tahun untuk melindungi penghuni pulau, baik crew Leebong Resort maupun para pengunjung pulau. Sesuai jadwal pula, kami pun menyeberang kembali, berpamitan dengan crew Leebong Resort, yang dengan baiknya mengantarkan kami semuanya sampai ujung dermaga. Terima kasih! 🙂

Ada 2 tujuan lagi di sore hari itu saat kami semua sudah mendarat di Pulau Belitung, sampai di Pelabuhan Tanjung Ruu kembali. Danau Kaolin dan Mie Belitung Atep.

Danau Kaolin, 16.55 WIB

Danau Kaolin, Belitung

Siapa yang tidak kagum dengan kombinasi warna tosca dari tambang kaolin yang masih aktif ini? Cantik benar! Apalagi kalau kita suka dengan warna biru, pasti akan merasa damai ada di tempat ini. Well, meskipun mempesona, namun tempat ini juga bisa membahayakan pengunjungnya apabila tidak berhati-hati, karena kedalaman danau dari tambang yang masih aktif ini sendiri. Oleh karena itu, kini Danau Kaolin dipagari rapat dengan himbauan-larangan masuk ke area tambang. Sayang sekali sih..

Danau Kaolin, Belitung
Danau Kaolin, Belitung

Belitung tidak ada habisnya! Saya yakin 3 hari 2 malam di Belitung (hingga sore ini), kami belum menyaksikan semua keajaibannya. Namun pengalaman sejauh ini sungguh membuat kami bersyukur, bahwa Indonesia sangat bagus dan kaya. Kami pun bersyukur diberikan cukup rezeki dan kesehatan untuk bisa menginjakkan kaki di pulau yang demikian kaya dan cantik ini. Termasuk kaya akan warisan kuliner, salah satunya: sajian seafood dan Mie Belitung!

Mie Belitung Atep, 17.54 WIB

Banyak penjaja Mie Belitung di Kota Tanjung Pandan ini. Namun jika bertanya pada warga sekitar, semua referensi pasti tertuju ke Mie Belitung Atep, yang berlokasi di Jalan Sriwijaya No.27, Parit, Tj. Pandan, Kabupaten Belitung, Kepulauan Bangka Belitung 33411, tepat di sebelah toko-toko yang menjual oleh-oleh dan makanan khas Belitung, diantaranya kerupuk-kerupuk berbahan dasar ikan laut. Mie Belitung ini tergolong halal, meskipun banyak penjualnya adalah etnis Tionghoa. Bahan dasarnya adalah: mie kuning, ditaburi potongan bakwan goreng-tahu goreng-mentimun, lalu disiram kuah udang yang berwarna coklat agak kental, dan diakhiri dengan taburan emping melinjo. Yuk, disantap!

Mie Belitung Atep, Tanjung Pandan

Warung Mie Belitung Atep ini sangat terkenal nampaknya. Di sepanjang dinding warung, terpasang foto-foto para selebritis lokal dan mancanegara yang pernah datang dan mencicipi makanan khas ini. Di warung ini juga menyediakan makanan-makanan khas Belitung lainnya yang bisa anda coba saat menikmati sepiring Mie Belitung hangat-hangat. Diantaranya adalah Ketam Isi, yaitu cangkang kepiting/rajungan yang diisi adonan seperti otak-otak berbahan dasar ikan. Saya pernah coba, dan rasanya memang enak! Silahkan coba kalau datang ke Belitung.

Mie Belitung Atep, Tanjung Pandan
Mie Belitung Atep, Tanjung Pandan
Mie Belitung Atep, Tanjung Pandan
Mie Belitung Atep, Tanjung Pandan

“Malam ini mau kemana lagi, pak?”, tanya Yordan. “Kayaknya cukup jalan-jalannya hari ini mas, ini sudah makan malam. Tinggal balik ke hotel, tidur. Istirahat”, jawab saya. Saya kepikiran juga kesehatan kedua bapak-ibu mertua saya yang siang tadi kehujanan hingga basah kuyup, apakah mereka masuk angin atau malah sakit. Namun ternyata meskipun keduanya sudah sama-sama berusia lanjut, kesehatan dan staminanya masih luar biasa. Jadi, terima kasih dan rasa syukur saya haturkan ke Tuhan YME, atas karunia kesehatan dan rejeki yang diberikan atas kami berempat.

Simak perjalanan kami di Belitung Trip besok, di hari keempat (hari terakhir) disini. Kalau terlewat membaca perjalanan kami di hari kedua selama di Belitung Timur, anda bisa juga menemukannya disini. Thank you!

 

2 Comments Add yours

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s