Kota Solo, Yang Selalu Dirindukan

Manu masakan Babi Kuah dan wedangan HIK khas Solo, baik yang branded seperti Shi-Jack maupun non-branded, menjadi bucket list kunjungan #SoloTrip kami. Jalan-jalan ke Kota Solo, yang selalu dirindukan.

Warung Babi Kuah Pak Jum, Solo

Kota Solo, disebut-sebut sebagai kota paling ‘woles’ karena gaya hidup masyarakatnya yang sama sekali jauh berbeda dengan penduduk ibu kota. Terlihat sangat santai, tidak tampak tergesa-gesa seperti umumnya warga Jabodetabek. Ingin segera sampai tepat waktu ke kantor saat harus melewati rute yang diwarnai kemacetan, bergegas mencari rute alternatif agar bisa datang ke lokasi meeting lebih cepat, hingga ingin pulang pun masih tergesa-gesa agar cepat sampai rumah kembali, dan mengulangnya di keesokan hari.

Woles-nya Kota Solo juga terlihat dari banyaknya warung makan yang menyediakan menu non-halal hampir di setiap penjuru kota. Tidak terlokalisir di suatu area (Pecinan, misalnya), namun tersebar hingga mudah menemukannya hanya berbekal Google Maps saja. Sebut saja menu Babi Kuah (sekba), Chineese food, bakso babi, angkringan yang menyediakan menu mengandung babi, dan juga tak jarang ditemui, Rica-Rica Guguk atau RW (kalau yang ini saya tidak makan).

Woles dalam arti tidak terlalu terlihat warga yang mempermasalahkan, atau bahkan memprotes warung-warung makan yang menyediakan menu non-halal ini. Kalau mau makan ya makan, kalau tidak bisa makan yang jangan makan.

Bekasi, 10 Juli 2022, pukul 05.15 WIB

Selepas subuh, kami bertolak ke arah timur setelah saling berpamitan. Ke arah Kota Semarang dahulu untuk rehat, jalan-jalan, dan makan siang sejenak, sebelum beranjak ke Kota Solo, tujuan utama kami hari itu. Selepas berpamitan ke bapak dan ibu mertua, kami pun langsung menuju Tol Cikampek, masuk via Gerbang Tol JORR Kalimalang agar bisa langsung naik ke layang tol MBZ. Perjalanan kami ditemani cuaca yang sangat cerah, tidak ada hujan, dan lancar.

Sempat beristirahat sejenak menikmati dimsum kukus yang sudah istri saya siapkan dan Rest Area KM 166A (Majalengka-Jabar) dan toilet break sejenak di Rest Area KM 379A (Batang-Jateng), dan mengisi bahan bakar.

Rest Area KM 379A Gringsing, Batang, Jateng, pukul 10.23 WIB (feat. Toyota Avanza Veloz B 2531 SOU)

Setelah berkendara selama 6 jam dari Bekasi, akhirnya kami sampai juga di Kota Semarang, dengan pit stop pertama, Nasi Pindang Kudus & Soto Sapi Gajahmada. Warung makanan khas Kudus yang buka di Semarang ini pun masuk bucket list saya, yang saya ketahui dari para food vlogger. Karena dasarnya suka dengan makanan berkuah, dan ada sentuhan daun melinjo yang dimasukkan ke kuah panas pindang, membuat saya semakin berselera!

Nasi Pindang Kudus dan Soto Sapi Gajahmada, Semarang
Nasi Pindang Kudus dan Soto Sapi Gajahmada, Semarang

Sekilas, nasi pindang ini mirip brongkos (ada kandungan keluwek dan santan), namun lebih light. Dalam satu porsi berisi nasi putih, potongan daging, dan daun melinjo yang direndam kuah panas bersantan. Sayang sekali, saya lupa berapa harga per porsi, dengan ekstra daging-jerohan tambahan. Selain pesan nasi pindang daging sapi, saya juga pesan ekstra iso dan paru sapi, untuk melengkap makan siang kami. Secara umum, saya mendapatkan pengalaman yang cukup memuaskan dan menyenangkan selama makan siang di warung makan ini. Terlebih dengan harga yang seingat saya tidak menguras isi kantong. Kembali lagi? Pasti!

Ah, apalah artinya main ke Semarang tanpa jalan-jalan sejenak ke kawasan Kota Lama. Pemikiran tersebut yang mendorong kami untuk kembali mengunjungi kawasan wisata khas ini.

Gereja Blenduk, Kota Lama Semarang

Selain berfoto di sekitaran Gereja Blenduk, saya mengajak bapak dan kedua keponakan saya melihat-lihat masuk ke Pasar Antik Semarang, yang terletak di belakang gereja. Tidak hanya menawarkan barang-barang antik, pasar antik yang memaksimalkan peran bangunan gudang lama ini pun menawarkan aneka panganan, dan jajanan yang kekinian. Tak ayal, mengundang kedatangan anak-anak muda ke Galeri Industri Kreatif Semarang, baik yang penggemar barang antik, ataupun yang sekedar berjalan-jalan saja.

Pasar Antik, Kota Lama Semarang
Pasar Antik, Kota Lama Semarang

Puas dengan Nasi Pindang dan Kota Lama Semarang, saatnya gas pol ke Kota Solo. Sekitar pukul 13.00 WIB kami masuk tol kembali via GT Krapyak, sampai di Solo pukul 15.00 WIB. Lokasi pertama yang kami tuju adalah Warung Babi Kuah Pak Djum di Jalan Juanda. Namun apalah daya, di kedatangan kami yang ketiga kalinya ini, kami lagi-lagi belum beruntung. Entah sudah habis, atau tutup di hari itu. Dan alhasil kami pun mengandalkan Google Maps untuk mencari kuliner khas ini dengan kata kunci; babi kuah, di sekitaran Jalan Juanda, dan ketemu!

Warung Babi Kuah Pak Jum, Solo
Warung Babi Kuah Pak Jum, Solo

Kelezatan dalam satu pincuk. Potongan daging-jerohan-kepala babi yang sudah dimasak dalam kuah rempah dan kecap, dipotong-potong setelah kita pilih apa yang menjadi keinginan kita, disajikan dengan guyuran kuah kaldu dengan kecap yang light. Anda juga bisa pesan darah babi (saren) yang demikian lembut, dan tambahkan sambal dan kucuran jeruk nipis untuk menambah cita rasa. 1 porsi dijajakan hanya Rp12 ribu saja. Murah banget kalau menurut saya.

Ramada Suites Hotel by Windham, Solo

Kami kembali menginap di Ramada Suites Hotel by Wyndham, kali kedua untuk saya dan istri menginap di hotel yang cantik ini. Dengan miniatur bangunan Candi Borobudur yang iconic, kolam renangnya yang luas dan lega, kamarnya yang estetik, dan fasilitas lainnya. Kami pun menyempatkan diri duduk-duduk sambil menikmati minuman hangat di keesokan harinya, setelah kami bangun tidur. Karena kami pesan kamar tanpa sarapan, jadilah kami makan pagi di RM Taman Sari. Rumah makan khas Jawa bertema ‘pokwe’ (njupuk dewe) ini menyediakan aneka pilihan masakan yang enak-enak. Enak dilihat dan enak juga di lidah. Cocok pokoknya!

Saya mengambil 2 tusuk sate kikil yaang potongannya besar-besar, dengan sayur bobor daun singkong, tempe plus sambal yang membuatnya sungguh menggoda selera. Karena rumah makan ini sudah sangat terkenal, maka harganya pun mengikuti,

RM Taman Sari, Colomadu, Solo

Seusai sarapan pagi dan berenang sejenak, kami pun melanjutkan perjalanan ke Kota Malang. Ibu saya ternyata nitip 2 menu makanan untuk oleh-oleh, Babi Kuah dan Gudeg Solo. Saya baru tahu pagi itu kalau ada titipan Gudeg khas Solo, yang punya perbedaan keistimewaan dibanding Gudeg khas Yogyakarta. Karena saya belum dapat referensi yang cukup tentang Gudeg Solo, jadilah hanya Babi Kuah yang kami bawa ke Malang sebagai oleh-oleh.

Pilihan kami jatuh pada Babi Kuah Mbak Mun, yang jaraknya hanya 400 meter saja dari Babi Kuah Pak Djum, yang lagi-lagi batal kami nikmati. Saya beli 750 gram dibagi menjadi 3 kemasan, untuk ibu saya dan kedua adik saya. Rencananya saya mau beli masing-masing 500 gram, namun berubah pikiran setelah melihat porsi 250 gram sudah cukup banyak.

Babi Kuah Mbak Mun, Solo
Babi Kuah Mbak Mun, Solo

Yuk ah, sudah cukup jalan-jalan di Kota Solonya. Saatnya ‘gas pol rem blong’ kembali ke Kota Malang! Perjalanan dari GT Karanganyar-Solo hingga GT Singosari-Malang, kami tempuh hanya dalam waktu 3 jam saja, masuk pukul 12.15 WIB dan keluar tol pukul 15.30 WIB. Saya bergegas pulang, untuk memenuhi janji saya ke Adelia, keponakan saya yang berulang tahun 1 hari sebelumnya, untuk menghadiri pesta kecil-kecilan ulang tahunnya hari ini.

Exit di GT Singosari, pukul 15.30 WIB

Pulang, yeay!

4 Comments Add yours

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s