Yuk, Jalan-Jalan ke Ambarawa Lagi! (bagian 4)

“Yah, hari ini pakdhe pulang ke Jakarta lagi. Gak ketemu lagi dong…”, ujar Adelia keponakan saya dengan nada sedih pagi itu. Sesaat setelah ia bangun, duduk melamun seperti anak kecil pada umumnya, yang katanya lagi ‘loading’ sesaat setelah bangun. Yup, pagi itu tanggal 16 Mei 2022, saya dan istri bersama Budhe Rini, akan bertolak kembali ke Jakarta. Sedangkan keluarga saya akan kembali ke Kota Malang, berangkat dari Griya LD Ambarawa bersama-sama, untuk kemudian berpisah di simpang susun GT Bawen.

Mereka sudah sedih saja. Padahal semalam baru haha hihi di Alun-Alun Ambarawa, keliling naik motor matic mini.

Sebelum beranjak pulang, ibu mengajak jalan-jalan sebentar pagi itu ke Pasar Projo Ambarawa. Ibu dan adik saya berburu kepala ikan Manyung asap, untuk dibawa dan dimasak sesampai di Kota Malang. Masakan pedas bersantan yang teramat lezat, yang tentunya tidak akan saya nikmati.

Hari itu, penjual kepala dan daging ikan Manyung yang biasa kami jumpai di bagian depan pasar tidak menyediakan barang yang kami cari. Gak dapet barangnya, kata penjual, Namun, ia menunjukkan lokasi satu orang penjual di los ikan segar di bagian belakang pasar. Setelah sejenak mencari langsung ke bagian belakang pasar, kami langsung bertemu dengan penjualnya. Yang saat kami datang bahkan belum memajang daging dan kepala ikan Manyungnya, yang langsung diborong habis ibu dan adik saya.

Saatnya sarapan pagi di Warung Pecel Mbok Kami.

Tepat di depan Terminal Ambarawa, ada jalan masuk yang sangat terkenal, jalur menuju Goa Maria Kerep, Ambarawa. Warung pecelnya para turis dan peziarah ini sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu, dan bertahan sampai sekarang dengan aneka masakan iconic-nya, Nasi Pecel dan Bubur Campur Kombinasi, kegemaran ibu saya.

Warung Pecel Mbok Kami, Ambarawa

Sebenarnya, saya lebih tertarik dengan gorengannya yang ‘mupruk’ alias menggunung. Beberapa diantaranya masih tampak hangat dan renyah. Selain gorengan sebagai side dish, disediakan juga sate keong sawah. Kalau di Jawa Timur terkenal dengan Sate Bekicot, terutama di daerah Blitar, Kediri, dan bahkan Malang sendiri. Namun di Ambarawa, Bawen, Salatiga, dan sekitarnya lebih mudah ditemukan sate keong sawah ini. Teksturnya yang kenyal dan rasa yang gurih membuat saya ambil sampai 5 tusuk pagi itu.

Warung Pecel Mbok Kami, Ambarawa

Karena sebelumnya sempat mampir ke Pasar Warung Lanang untuk membeli nasi kuning dan pecel gendar lagi untuk keluarga yang tidak ikut jalan-jalan pagi, saya dan istri memutuskan untuk pesan 1 piring Nasi Pecel untuk dimakan berdua saja. Nasi Pecel, aneka gorengan, sate keong, dan masih ditambah dengan Bubur Kombinasi punya ibu saya yang tidak habis disantap beliau. Warung Pecel legendaris ini cukup ramai pengunjung saat itu.

Saatnya berpisah.

Griya LD Ambarawa (minus Giovani yang tidak mau berfoto)

Saya, istri saya, dan Bude Rini sudah bersiap untuk beranjak pulang. Dan demikian juga dengan mereka, keluarga tercinta saya. Keponakan-keponakan saya terlihat sangat sedih saat harus berpisah. Mobil Toyota Avanza Veloz dan Toyota Hi-Ace kali ini tidak menuju arah yang sama, berpisah sebelum simpang susun GT Bawen. Deryl, keponakan saya yang paling besar nampak sangat sedih. “Gak seneng aku pisahan ngene iki”, ujarnya sambil hampir menangis. Menyesali kenapa saya dan istri tidak ikut ke arah Malang saja hari itu.

Lanjut melewati Jalan Tol Trans Jawa, kami bertiga masuk tepat pukul 08.54 WIB, dan bertemu dengan Gerbang Tol Kali Kangkung pukul 10.08 WIB. Melewati kembali Jembatan Kalikuto yang dengan warna merahnya yang iconic. Praktis sepanjang jalan kami hanya sesekali berhenti untuk sekedar ke toilet dan meregangkan badan dan kaki, lanjut terus dari rest area satu ke rest area lainnya. Lanjut terus hingga sampai di Kota Cirebon pukul 13.16 WIB.

Makan siang hari itu kami putuskan di Empal Gentong H. Apud, di salah satu cabangnya. Saya pesan Empal Gentong dengan isian iso dan kikil saja. Sementara istri dan Budhe Rini memilih isi campur saja. Saya ingat, kami masih punya bekal nasi putih yang kami bawa dari rumah Oom Agus, kakak dari Budhe Rini, sejenak sebelum kami pulang.

Makan siang dan rasa kantuk yang menyerang. Hal yang sudah biasa. Meskipun sudah ada kopi, namun tetap saja mata saya harus diistirahatkan sejenak. Padahal jarak Cirebon hingga Jakarta jika lancar hanya 3-4 jam saja. Namun karena banyak istirahat saat kantuk menyerang dan sedikit macet di titik-titik menjelang gerbang tol dan adanya perbaikan jalan di beberapa titik di ruas Tol Cipali hingga Cikampek, perjalanan agak tersendat.

Kami sampai di Jakarta, mengantarkan Budhe Rini sampai ke rumah tepat pukul 17.30 WIB. Berangkat dengan odometer menunjukkan angka 130.645 dan pulang kembali dengan odometer menujukkan angka. Kurang lebih 1.077 kilometer tertambah ke jarak tempuh mobil saya ini.

Demikian akhir perjalanan Bekasi-Jakarta-Ambarawa-Salatiga-Ambarawa-Semarang-Ambarawa-Bekasi di bulan Mei 2022. Terima kasih sudah menyimak!

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s