Saya ingin menjawab kembali sebuah pertanyaan yang saya lontarkan untuk saya sendiri di unggahan ulang tahun sebelumnya.
“Jadi, kamu mau ngapain lagi di sisa umur kamu, Yoga?”
Jawaban saya untuk tahun ini:
“I want to be happy, I want to be worry-free.“
Menjadi diri yang lebih bisa membahagiakan orang lain dan diri sendiri, dan menjadi diri yang punya sedikit saja kekawatiran. Kalau saya menoleh ke belakang, saya merasa beberapa tahun terakhir, saya sudah berada di jalan yang benar.
Saya sudah lebih mementingkan kebahagiaan, self-fulfilment, dan kesehatan saya sendiri. Dan kebahagiaan keluarga saya kemudian. Bukan saya menomorduakan keluarga, tetapi jika saya bahagia dulu, merasa penuh dulu, dan kemudian selalu sehat, saya merasa kalau saya bisa melakukan apapun untuk membahagiakan orang-orang terdekat saya.

Beberapa tahun ke belakang, saya mulai tidak memperdulikan hal-hal yang bisa mengganggu ketentraman pikiran, mulai mengacuhkan detail-detail yang sebenarnya ada di luar kendali kita, dan lebih fokus pada apa yang bisa kita kendalikan. Fokus pada apa yang ada di dalam jangkauan kita.
People sit and worry about the future. Live your life ”cause the now is all there is.
Kalimat diatas adalah sepenggal lirik dari lagu Forever Now, yang dibawakan grup band beraliran pop, rock, and jazz-funk, Level 42, yang digawangi oleh Mark King dan Ghoul bersaudara. Sepenggal lirik yang sangat mengena untuk saya saat ini, jika relate ke salah satu tujuan saya: to be worry-free. Terlalu khawatir tentang masa depan, yang belum terjadi, sampai tidak bisa menikmati saat ini, momen-momen yang sedang terjadi di depan mata.
Jadi bagaimana caranya ‘to be happy, to be worry free’?
Buat saya, ini tentang punya kendali atas pikiran kita. Apakah mau membiarkan diri kita terus menerus tidak bahagia, sementara ada pilihan untuk menjadi bahagia, dengan alasan-alasan yang sangat sederhana. Lalu, apakah kita mau terpenjara dengan kekhawatiran yang tidak beralasan, akan sesuatu yang belum terjadi, sementara kita bisa fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan. Seperti tidak mendengarkan-tidak mengambil hati omongan orang lain yang menurut kita punya tone ofensif, dan membiarkannya berlalu begitu saja. Memilih untuk fokus pada hal-hal yang bisa membuat kita merasa bahagia, penuh, utuh, dan sehat jasmani dan rohani.
Kalau tidak mau kecewa, turunkan ekspektasi kita, akan segala hal. Dengan menurunkan ekspektasi kita, kita jadi tidak punya beban pikiran. Membiarkannya mengalir saja. Segala hal yang diluar jangkauan dan kendali kita, saya percaya akan terselesaikan oleh sesuatu yang lebih besar dari kita. Alias dengan campur tangan semesta, jika Tuhan mengijinkan.
Semakin saya dewasa, saya merasa cukup penting untuk bersikap ‘cuek’ atau tidak terlalu peduli akan beberapa hal. Kalau dulu selalu peduli dan memikirkan segala hal, sekarang bisa lebih melepaskan hal-hal yang mungkin sudah tidak waktunya ada bersama kita.

Live your life ”cause the now is all there is.
Sekarang, saya hanya ingin menikmati masa-masa sekarang. Diri saya yang sedang berusia 42 tahun. Dan saya sudah mendapat jawaban tentang beberapa pertanyaan dimasa saya beranjak dewasa dulu. Bagaimana tampang saya? Bagaimana kondisi diri saya, fisik, mental, dan spiritual? Bagaimana wajah orang terdekat saya? Sudah cukup keren belum pencapaian-pencapaian yang sudah saya buat di saat berusia 40-an? Ah, belum.
Cheers!
One Comment Add yours