Saya beruntung bisa menghadirkan dua merek papan atas di industri Fast Moving Consumer Goods di kategori frozen food di tahun ini, Campina Ice Cream dan Belfoods dalam sesi learning by doing bagian 1; Role Play Pitching. Sesi pertama ini pun saya anggap bisa kami lalui bersama-sama dengan sangat baik, salah satu ukurannya adalah respon dari team marketing dan R&D masing-masing merek ini, yang sangat terkesan dengan cerdasnya mahasiswa/i ini. Kemampuan mereka menganalisa permasalahan dan kondisi aktual, menceritakan strategi apa yang perlu diambil untuk mencapai kondisi ideal yang mereka rancang bersama-sama dalam kelompok.
Interpersonal skill mereka pun juga terlatih. Bagaimana tidak? Mereka harus melakukan pendekatan ke sebuah brand UMKM dengan target market anak-anak muda yang beberapa diantaranya belum mereka kenal sebelumnya, mengetuk pintu untuk kemudian memperkenalkan diri, mengajak si brand owner berbincang tentang merek yang dikelolanya, dan sekaligus menjalankan peran sebagai digital consultant, memberikan set of solutions atas permasalahan yang diceritakan.
Dan untuk lanjutan dari proses learning by doing ini, saya melanjutkan apa yang sudah dilakukan oleh kakak-kakak tingkat mereka, yaitu terjun langsung ke lapangan untuk mengimplementasikan apa yang sudah mereka pelajari di kelas dan di luar kelas. Tugas ini saya masukkan dalam nilai UAS mereka, yang mendapatkan porsi 30% dari total nilai mereka untuk mata kuliah Pemasaran Digital Terpadu. Dari dua kelas, dari 9 kelompok (4 kelompok dari kelas Selasa dan 5 kelompok dari kelas Jumat), dibahas bersama 9 brand UMKM yang punya karakteristik masing-masing.
Lalu, apa saja keasyikan yang kami alami selama setengah semester ganjil 2021 ini? Here we go.

Team Ads Pro, mengambil crochet brand milik teman seangkatan mereka sendiri, teman satu kelompok mereka, Lynea Gianni, yang memiliki side hustle usaha rajutan dengan merek Benang Rame. Mengusung konsep slow fashion yang made to order, merek ini bisa menghadirkan rajutan yang custom made, dibuat berdasarkan figur tubuh si pemakai. Side hustle ini tentunya menyita waktu dan tenaga si brand owner yang masih duduk di banngku kuliah. Lack of focus and resources yang sebenarnya menjadi masalah utama.

Team Grain Dust, yang terpilih sebagai team terbaik oleh Belfoods di sesi Pitching Role Play membawakan merek manik-manik Modni. Kedua merek yang dibahas oleh dua kelompok pertama, AdsPro dan Grain Dust punya kesamaan, yaitu sama-sama mempunyai target market kaum perempuan, usia muda, tinggal di perkotaan, dan suka dengan hal-hal berbau fashion. Tampilan media sosial dan strategi content marketing yang bisa mencuri perhatian kaum perempuan menjadi fokus mereka. Pun demikian dengan strategi paid ads, dengan melibatkan KOL (key opinion leader) atau selebgram, mereka tahu harus melibatkan siapa-siapa saja untuk membawakan pesan mereka.

Merek UMKM yang dibawa oleh team More & More ini pun mengusung konsep slow fashion, by Charlotte. Rajutan atau crochet adalah produk andalan mereka, sama halnya dengan Benang Rame. Satu hal yang menjadi pembeda adalah, merek UMKM ini ingin rebranding, mengambil nama merek lokal sebagai identitas barunya; Rantai Renda. Team More & More yang ikut handling persiapan proses rebranding ini di tahun 2022, seperti mendapatkan boost, karena pasti apa yang mereka kontribusikan untuk merek ini pasti akan stand out.

Team terakhir di kelas Selasa, Noroi, membawakan merek cake and pastry rumahan, Felico Cakes. Merek UMKM ini awalnya adalah usaha sang ibunda dari rekan mereka yang masih duduk juga di bangku kuliah. Usaha rumahan ini sudah ada selama bertahun-tahun dengan konsep made to order, alias pesan dulu, dan ramai pesanan menjelang festive season, Ramadan-Idul Fitri dan Natal-Tahun Baru. Felico Cakes saat ini belum punya offline store, hanya rumah yang dijadikan dapur untuk produksi semua cake, pastry, dan cookies. Kini, mereka mencoba untuk hadir meramaikan katagori Croffle (Croissant-Waffle), sebuah tren yang belakangan ini muncul. Hadirnya generasi kedua, putra dari sang pemilik merek, menjadikan merek ini semakin dikenal karena kehadirannya di media sosial dan e-commerce. Cool!
Di kelas Selasa, ada 4 kelompok yang berlaga, dari 22 mahasiswa/i. Di kelas hari Jumat, ada 5 kelompok dari 35 orang mahasiswa/i. Entah kenapa, kelas di hari Jumat sangat populer, banyak sekali mahasiswa/i yang memilih mengambil kuliah di hari ini. Mungkin menjelang akhir pekan, jadi sekalian menghabiskan energi yang tersisa. Mungkin…
Berikut profil kelima kelompok dari kelas Jumat dengan merek UMKM-nya masing-masing.

Magre.id adalah thrift shop brand yang diangkat oleh team 09 Creative, yang terpilih sebagai team digital agency terbaik di sesi Pitching Role Play oleh merek Go!Mango dari Campina Ice Cream. Industri thrift shop pun kini berkembang cukup pesat. Kita tahu bahwa di Jakarta ini ada pusat thrifting activity yang sangat besar, yaitu di Pasar Senen-Jakarta Pusat.
Berburu pakaian bekas pakai ini membuahkan keasyikan tersendiri, karena kalau kita jeli, kita bisa mendapatkan pakaian bekas bermerek yang masih bagus, dan dijual dengan harga sangat murah. Harga murah bisa jadi karena sang penjual tidak tahu merek pakaian yang dipajang. Saya sendiri pernah mendapatkan pengalaman mendapatkan home jersey Liverpool era lama (yes, I’m a football jersey collector) yang kondisinya masih sangat bagus, dengan harga jauh dibawah harga pasarnya. Call me lucky. Saya pun menceritakan pengalaman ini di kelas.

Ah! Akhirnya ada juga yang bahas comfort food orang Indonesia, bakso! Team Kaluna Inc., yang masuk menjadi runner up di pitching role play session memilih sebuah warung bakso yang masih terbilang baru di kawasan Depok, yaitu Zona Bakso Depok. Salah satu challenge-nya adalah menciptakan awareness ke warung bakso ini lewat media sosial dan Google Search. Dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tahu menjadi suka, dan kemudian mencari tahu tentang merek warung bakso ini. Yang mencari tahu, menemukan konten dari Zona Bakso ini, dan kemudian mencoba mencari tahu lokasinya, dan voila! New customers are arriving!

We finally have a clothing brand in the house! Mass Media Murder (MMM) diangkat oleh Kami Creative, karena kedekatannya dengan dunia anak muda. Kami Creative sendiri punya rekam jejak yang sangat baik dalam copywriting, mereka menghasilkan nama campaign yang sangat catchy, mudah diingat dan berkesan di brand manager Go!Mango, yaitu: “Halo, Ada Mangga?” Saya pun masih mengingat dengan baik nama campaign yang bisa dijadikan tag line produk ini.
Tentang MMM sendiri, sangat menarik untuk membahas clothing brand ini, karena mereka berkolaborasi dengan sebuah band kekinian yang beranggotakan anak-anak UI, Reality Club. Dari kolaborasi ini, lahirlah co-branding clothing line baru, Mass Media Murder x Reality Club, mengangkat tagar #TellMeImWrong.

Kita pun punya warung kopi yang dibahas di UAS Project kali ini. Kopi Ruwang, sebuah warung kopi rumahan di bilangan perumahan Harapan Indah, Bekasi Utara, diangkat oleh team Womative, yang terkenal sangat detail dalam persiapan deck-nya, terlebih di hasil data survey-nya. Challenge mereka adalah bagaimana meningkatkan awareness ke warung kopi yang terletak di dalam perumahan ini lewat pendekatan di digital media, sekaligus membuka jalan agar mereka yang tinggal cukup jauh dari lokasi warung kopi, masih bisa mendapatkan dan merasakan kopi, teh, dan aneka pilihan makanannya lewat layanan e-hailing.

Paxe adalah merek tas serut dan berbagai tas lainnya, dengan andalan tipe tas bridget bag, yang dimiliki dan dikelola oleh salah seorang teman seangkatan mereka, dalam mengisi waktu luangnya selama masa pandemi yang lalu. Alasan team Wolf of Wallstreet (WOW) memilih merek UMKM ini salah satunya karena masih berskala kecil, sehingga mudah untuk dilakukan perbaikan, sesuai dengan hasil perbincangan mereka dengan si pemilik merek.
Nah, itu dia profil kesembilan team digital agency di kelas Pemasaran Digital Terpadu, dengan merek UMKM-nya masing-masing. Lalu selanjutnya bagaimana?
Proses presentasi awal ini dilakukan di tanggal 2 dan 5 November, memperkenalkan merek UMKM yang akan dibahas selama separuh semester di depan kelas. Dan tanggal 23 dan 26 November, mereka kembali tampil melaporkan progress yang sudah dibuat, dalam skema WIP, atau work in progress. Jadi, setidaknya mereka terus melakukan update progress walau sekecil apapun. Lewat skema WIP ini, tiap team harus mempresentasikan kembali apa-apa saja yang sudah mereka lakukan bersama-sama untuk merek UMKM yang dibahas, selama 2 minggu selepas presentasi awal.









Ini adalah tulisan pertama tentang aktivitas learning by doing bagian kedua di kelas Pemasaran Digital Terpadu semester ganjil 2021 ini. Sila klik tautan berikut ini untuk membaca kelanjutan ceritanya. Sampai mereka presentasi di saat UAS, sekaligus menutup semester ini. Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca.
One Comment Add yours