Kok Tumben, November Sudah Pulang Kampung?

Karena biasanya, di masa sebelum pandemi dahulu, bulan-bulan November adalah momen dimana saya lagi kengen-kangennya pulang. Sudah tidak sabar masuk bulan Desember, dimana saya dan istri hampir pasti pulang kampung ke Malang untuk merayakan Natal bersama dengan keluarga disana. Kali ini, bulan November terasa berbeda. Akibat Covid-19, saya tidak bisa lagi leluasa pulang kampung seperti dahulu, sebentar-sebentar tiba-tiba datang dan mengejutkan orang-orang rumah. Awal bulan Maret adalah momen pulang kampung saya yang terakhir, 9 bulan sudah tidak pulang kampung.

Kangen? Ya, pasti lah! Terbersit keinginan untuk pulang, namun karena lebih mementingkan keselamatan bersama, kami pun selalu menunda-nunda untuk pulang. Keinginan untuk pulang di long weekend di bulan Oktober dengan terpaksa kami batalkan. Kenapa? Karena mendengar berita tentang tempat-tempat istirahat di sepanjang tol Trans Jawa ditutup karena khawatir penuh sesak, dan menjadi cluster baru penyebaran Covid-19. Demikian juga di Kota Malang, kotanya turis saat akhir pekan, pasti juga akan macet parah.

“Love your parents. We are so busy growing up, we often forget they are also growing old”

“Kayaknya minggu depan aku kudu pulang. Rabu sampai Minggu. Mau nengok bapak sama ibuk”, demikian ujar saya ke istri. “Kalau kamu ikutan, aku naik mobil. Kalau nggak, aku pesen tiket bus malam PP”, tambah saya. “Aku ikut deh”, balas istri saya. Dan demikianlah, perbincangan singkat via WhatsApp di pertengahan bulan November lalu berbuah perjalanan panjang, 11 jam, masuk dari GT JORR Kalimalang keluar di GT Malang-Sawojajar. Tol Trans Jawa, here we come!

Jalan layang Tol Cikampek, 18 November 2020, pukul 05.25 WIB

Oh iya, buat anda yang belum pernah menjelajah tol Trans Jawa, terutama di musim penghujan seperti ini, anda wajib berhati-hati. Di beberapa area, misalnya di area perbatasan Jateng-Jatim, saat melintas di kota kabupaten Kediri, Nganjuk, Ngawi, hingga Sragen, saat hujan deras sangatlah ekstrem. Air tercurah hingga jarak pandang hanya sekitar 4-5 meter saja, genangan air ada di sisi kanan dan kiri jalan. Sehingga jika ada kendaraan lain melintas agak kencang, akan mengakibatkan cipratan air yang lumayan banyak ke arah kendaraan kita. Kaca mobil mendadak ‘gelap’ tertutup air selama beberapa detik, sementara kendaraan kita masih melaju. Agak seram ya? 😮

Kuncinya adalah, jika kita berada di kondisi tersebut, jagalah jarak dengan kendaraan lain di depan kita, dan jaga kecepatan. Tidak menyalakan lampu hazard, cukup nyalakan semua lampu (lampu kecil, lampu kabut, dan lampu besar) sebagai tanda keberadaan kendaraan kita, agar terlihat. Lampu sein adalah alat komunikasi penting ke pengemudi kendaraan lain, saat kita ingin mengambil lajur kanan dari kiri, atau sebaliknya. Di saat hujan deras, saya biasa mengambil lajur kiri/lambat dengan kecepatan sedang. Genangan air bisa berbahaya buat kita, apabila jika melaju dengan kecepatan tinggi. Bisa mengakibatkan mobil tergelincir, karena ban mobil tidak langsung menapak ke aspal, melainkan hanya menyentuh genangan air saja. Demikian tips dari saya. Semoga bermanfaat.

Pit Stop 1: Nasi Grombyang H. Warso, Kota Pemalang

Melaju masuk GT JORR Kalimalang pukul 05.20 WIB, istirahat pertama untuk makan pagi di Kota Pemalang, mencoba kuliner khasnya, Nasi Grombyang! Kenapa disebut demikian, karena nasinya sedikit tapi kuahnya banyak! Ada-ada saja. Kami keluar di GT Pemalang tepat pukul 09.00 WIB, dengan beberapa kali pit stop kecil di rest area sebatas untuk meregangkan kaki sejenak dan buang air kecil.

Nasi Grombyang H. Warso, Pemalang
Nasi Grombyang H. Warso, Pemalang
Nasi Grombyang H. Warso, Pemalang

Nasi Grombyang disajikan dalam mangkok kecil, seukuran mangkok Soto Kudus. Terlihat sedikit di permukaan, tapi mantap di kedalaman. Gak seberapa mantap sih, sebenarnya. Buat saya 1 porsi saja pasti kurang. Nasi Grombyang disajikan dengan satu piring sate daging dan jerohan sapi, dengan siraman melimpah kuah manis gurih. Bumbu manis gurih pun disiramkan diatas nasi, potongan besar daging sapi, dan kuah, menyebabkan cita rasa gurih manis. Masakan lebih cenderung ke manis, untuk anda yang kurang suka dengan rasa masakan yang manis, mungkin akan kurang cocok. 1 porsi dibandrol harga Rp18.000,- dan 1 tusuk sate dihargai Rp6.000,- Happy tummy! Very recommended!

Majestic view. Tol Semarang-Salatiga, 18 November 2020, pukul 11.44 WIB

Melihat ruas jalan ini saja sudah cukup membuat saya bahagia. Hamparan jalan tol yang panjang membelah lahan, dengan lembah di sisi kiri dan kanan, dan langit biru cerah dengan sedikit awan menggantung. Betah lama menyetir, dan merasa mendapat suntikan tenaga dengan indahnya pemandangan yang memanjakan mata. Pit stop berikutnya, area istirahat yang konon tercantik se-Indonesia, dengan jembatan yang menghubungkan sisi rest area arah Jakarta (bagian B) dan arah Surabaya (bagian A).

Pit stop 2: Rest Area Pendopo KM 456 A.

Rest Area Pendopo KM 456 A
Rest Area Pendopo KM 456 A
Rest Area Pendopo KM 456 A

Perjalanan sejak masuk GT JORR Kalimalang hingga keluar GT Malang Sawojajar cenderung cerah, dan sangat lancar! Benar-benar 11 jam, waktu tempuh dengan kecepatan kami, dari Bekasi hingga sampai Malang. Saya belum pernah keluar GT Malang, setelah sebelumnya selalu keluar di GT Singosari, lalu lurus lewat Karangploso, atau belok kiri lewat Arjosari dan seterusnya. Sempat agak kagok, karena sudah lama tidak main ke area Sawojajar bagian belakang ini.

Menuju GT Malang-Sawojajar, tanggal 18 November 2020 pukul 16.30 WIB

Lega akhirnya, setelah sampai di kota kelahiran! Dan seperti biasa, agenda selama kurang lebih 2 hari dan 3 malam di kota Malang akan diisi dengan jalan-jalan dan makan-makan. Kemewahan buat anak rantau seperti saya.

Lokasi pertama, Pasar Oro-Oro Dowo Malang. Pasar yang sudah biasa saya kunjungi di masa kecil saya ini, semakin cantik dan bersih di bagian dalam dan luarnya. Bagian depan ada kedai Nasi Bug Madura Bu Supina langganan saya. Kalau enggan mencoba kenikmatan yang bisa membuat bersalah (karena lauk Nasi Bug ini dominan daging dan jerohan sapi), bisa juga memesan aneka bubur campur dan jajanan pasar lainnya yang tak kalah enaknya!

Jogging bersama, agenda pertama di hari kedua, 19 November 2020, pukul 06.05 WIB
Pasar Oro-Oro Dowo Malang, kenangan masa kecil
Nasi Bug dan Bubur Khas Madura, Pasar Oro-Oro Dowo, Malang
Nasi Bug dan Bubur Khas Madura, Pasar Oro-Oro Dowo, Malang

Pernah dengar lokasi wisata Lembah Indah Malang, yang tepat ada di kaki Gunung Kawi? Saya mendengarnya dan tahu dari keponakan-keponakan dan adik-adik saya, yang ingin diajak kesana. Dan seperti ‘mestakung’, atau semesta mendukung, adik bungsu saya kebetulan ada acara disana, dan berangkatlah kami semua kesana. Tempatnya yang ada di kaki bukit, membuat kendaraan kami yang full passenger (4 orang dewasa, dan 4 anak-anak) agak empot-empotan saat menanjak. But all is well. Sampai di lokasi dengan selamat.

Dear readers, this is the beautiful Lembah Indah Malang!

Lembah Indah Malang, Gunung Kawi, Malang
Lembah Indah Malang, Gunung Kawi, Malang
Lembah Indah Malang, Gunung Kawi, Malang
Lembah Indah Malang, Gunung Kawi, Malang

Lokasi ini dibangun diatas kontur tanah yang menurun, untuk tujuan glamping (glamour camping), di tenda-tenda semi permanen berbentuk kubah/dome. Ada juga semacam vila yang ditawarkan dengan bentuk rumah panggung di salah satu sudut. Dan memang, lokasi ini cocok untuk berburu foto untuk konten media sosial, menikmati hawa dingin pegunungan dengan menggelar makanan dan minuman bekal dari rumah (piknik), dengan menikmati secangkir latte hangat di warung kopinya. Sempurna!

Lembah Indah Malang, Gunung Kawi, Malang

Kota Batu tidak pernah lolos dari perhatian kami. Dan kali ini, tempat wisata swafoto Santerra Delaponte, Pujon, Kabupaten Malang menjadi salah satu tujuan (dan beberapa tujuan lainnya). Penggila konten pasti suka dengan tempat ini, yang menyuguhkan background bangunan ala-ala Eropa. Lokasi yang masih dibilang terletak di area pengunungan juga sangat mendukung, dengan hawanya yang masih super sejuk!

Santerra Delaponte, Pujon, Kabupaten Malang
Santerra Delaponte, Pujon, Kabupaten Malang
Santerra Delaponte, Pujon, Kabupaten Malang
Santerra Delaponte, Pujon, Kabupaten Malang
Santerra Delaponte, Pujon, Kabupaten Malang

“Besok pakdhe dan budhe pulang ya?”, ujar saya selesai acara jalan-jalan hari ini. “Lhoooooooo….. ya jangan. Kan masih weekend, pakdhe?”, balas salah satu keponakan saya. Saat itu masih hari Jumat, dan mereka ingin saya pulang hari Minggu saja. “Kalau pulang hari Minggu, pakdhe gak sempat istirahat dong, kan besoknya langsung masuk kerja lagi”, balas saya.

Deryl, salah satu keponakan saya
Deryl, salah satu keponakan saya

Sebenarnya sedih juga, pulang diiringi isak tangis keponakan-keponakan, yang masih mau jalan-jalan dengan saya dan budhe-nya. Tangis pecah saat saya hendak masuk mobil, untuk beranjak pulang ke Bekasi (dengan rencana tersembunyi; mampir Kota Semarang untuk jalan, ngopi, makan, dan rehat sejenak). Deryl, keponakan saya yang paling besar ini sudah memendam rasa ingin yang sangat besar, untuk bisa kembali jalan-jalan ke Semarang, Ambarawa, Bawen, Yogyakarta. Dan alasan utama dia menangis, karena ingin sekali masuk ke mobil untuk masuk kembali ke tol Trans Jawa, dan melihat bus-bus, dan truk-truk besar melintas di sepanjang perjalanan.

Jalan Tol Surabaya-Solo, 21 November 2020, pukul 09.03 WIB, on our way to Semarang!

There will always be next time, I promise! 🙂

10 Comments Add yours

  1. awansan says:

    Waini baru namanya mudik berkualitas 😁😁

    1. haryoprast says:

      Haha, terima kasih mas Awan 🙂

  2. Avant Garde says:

    2020 adalah tahun yang menyadarkan kita untuk bersabar ya mas 🙂 salam sehat untuk seluruh keluarga ….

    1. haryoprast says:

      Siap, salam sehat untuk keluarga mas juga.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s