Menyetir jarak jauh buat saya menyenangkan. Kalau capek sih pasti, badan terasa pegal-pegal karena harus berada dalam posisi duduk selama waktu yang cukup lama. Saya ingat beberapa tahun yang lalu, menjangkau kota kelahiran saya, Malang, dari Jakarta kadang butuh waktu 24 jam atau lebih. Apalagi kalau bersama keluarga besar, seringkali berhenti sejenak di SPBU untuk sekedar toilet break, atau tidur sejenak. 10-15 menit cukup untuk membuang kantuk, mengisi tenaga.
Saat itu opsi untuk pulang ke Malang bisa melalui dua jalur, jalur pantai utara atau jalur tengah/selatan. Kalau lewat Pantura, kita tinggal menghabiskan jalur tol Cikampek, dan melanjutkan perjalanan di jalur Pantura, melewati kota Indramayu, Cirebon, hingga masuk Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Rute pantura lebih lebar dan cenderung lurus-lurus saja, pemandangan yang didapat adalah truk-truk dan bus-bus berukuran besar, dan terkadang terlihat air laut yang membiru di sisi kiri/kanan jalan. Rute yang lebih lebar ini (ada 2 jalur, lambat dan cepat), bisa dimanfaatkan untuk menyalip kendaraan besar yang mengambil jalur cepat. Tentu saja harus melihat-lihat dulu apakah ada motor, sepeda, atau kendaraan lain yang berjalan pelan di sisi kiri. Tambahan, jalur pantura cenderung lebih panas dan terik di saat siang hari.
Untuk jalur selatan, lebih mengasyikkan menurut saya, meskipun jarak tempuhnya lebih jauh. Untuk menempuh jalur ini, dari Tol Cikampek saya belok ambil Tol Purbaleunyi (Purwakarta-Bandung-Cileunyi), melaju terus sampai habis di Gerbang Tol Cileunyi, daerah Rancaekek, kemudian masuk ke jalur Nagreg yang berkelok-kelok dan naik turun, melaju hingga masuk perbatasan Jawa Tengah (terkadang mampir Kota Yogyakarta, menginap semalam), masuk Jawa Timur, dan memasuki Kota Malang dari arah Kota Batu. Pemandangan lebih segar di jalur ini. Lebih hijau karena banyak melewati areal persawahan dan perkebunan, hutan, dan perkampungan warga di kanan-kiri jalan.
Ada kesamaan yang ditawarkan kedua jalur ini, yaitu wisata kuliner di sepanjang perjalanan. Di tiap-tiap kota yang dilewati, pasti ada hidangan khas yang selalu menggoda kita untuk berhenti, lalu mampir dan mencicipi. Untuk jalur pantura, tentunya karena dekat dengan pantai, menu masakan yang mudah ditemui adalah boga laut yang diolah sedemikian rupa. Mulai dari cumi-cumi masak hitam, hingga primadonna, ikan asap yang dimasak pedas, alias mangut, favorit saya! Bagaimana dengan jalur selatan? Sepanjang perjalanan, menu masalah yang sering ditemui adalah sate. Baik itu sate ayam, sate kambing (paling banyak, termasuk olahan sop, tongseng, tengkleng, dan gule kambing), blengong (sejenis bebek-angsa), dan bakmi nyemek (bakmi yang dimasak dengan sedikit kuah). Menyenangkan sekali kan? Kita akan sangat menikmati kalau kita tidak terburu-buru. Bahkan saya ingin suatu saat saat menjelajah Pulau Jawa, ingin menikmati perjalanannya dibandingkan di kota tujuan. Berhenti sejenak di beberapa kota, menginap di kota-kota tersebut, explore potensi-potensi wisatanya (termasuk kuliner), mengumpulkan momen-momen berharga bersama orang-orang terdekat.

Namun di bulan Desember 2018 ini ada hal yang lebih menyenangkan. Yaitu saat Presiden Joko Widodo meresmikan ruas-ruas tol Trans Jawa tepat di tanggal 21 Desember 2018, hari dimana saya memulai perjalan mudik saya ke kota Malang. Yup, our #ChristmasHomecomingTrip has began that day, when a car can drive all the way from Merak to Surabaya (and later to Malang and Banyuwangi) via toll road, non-stop! Perjalanan mudik Jakarta-Malang yang biasa ditempuh dalam waktu 21-24 jam, bahkan bisa lebih, kini bisa ditempuh dalam waktu 12-14 jam saja, sudah termasuk istirahat. Tidak percaya? Mari kita coba!
21 Desember 2018, pukul 02.30 WIB. Masuk GT Tol Bekasi Barat.
Karena jalur tol Cikampek masih belum steril dari truk-truk besar, dan proyek jalan layan non-tol dan jalur MRT dan kereta cepat Jakarta-Bandung masih belum dihentikan sementara, alhasil perjalanan mudik agak terhambat dari Bekasi Timur hingga Karawang Barat. Perjalanan dari dua titik ini makan waktu kurang lebih dua jam. Lumayan makan waktu dan stamina, namun cukup kuat menahannya sampai akhirnya memutuskan untuk rehat sejenak di Rest Area KM 130 Tol Cikampek-Palimanan. Waktu istirahat ini saya pergunakan dengan baik untuk tidur sejenak, 15 menit. Saat melaju dari Bekasi, BBM sudah setengah tangki, KM 46.416. Saat isi bensin tiba, saya kembali melipir di Rest Area KM 166, sudah masuk daerah Majalengka, pukul 05.39 WIB. “Isi Pertalite Rp200.000,- ya, mbak”, ujar saya ke petugas SPBU.

Kami masuk Provinsi Jawa Tengah, melintasi kota Tegal pukul 07.12 WIB. Biasanya, kami keluar di GT Brebes, untuk melanjutkan perjalanan lewat jalur biasa hingga Kota Semarang. Namun kali ini tidak, kami melanjutkan perjalanan masuk tol Tegal Pemalang (baru dibuka beberapa bulan yang lalu) hingga masuk Kota Semarang. Ini jalanan tol yang pertama kali kami lewati. Titik terjauh kami melaju dengan mobil pribadi melintasi jalan Tol Trans Jawa, dimulai dari titik ini.

Jembatan Kalikuto. Jembatan yang melintasi sungai yang menjadi perbatasan wilayah antara Kota Pemalang dan Batang ini sungguh iconic. Warna rangka atas jembatannya yang merah menyala terlihat sangat jelas dari jalan arteri Pantura, sisi sebelah kanan kalau kita melaju ke arah Kota Semarang. Melintasi jembatan ini pukul 08.42 WIB, dan sudah terasa sangat cepat, karena sebentar lagi kami akan masuk wilayah Kota Semarang. Masih ingat kalau lewat jalan biasa, akan menghadapi kemacetan panjang di seputaran Terminal Mangkang hingga persimpangan jalan masuk ke jalan Tol Krapyak.
Lanjut terus, tidak mampir Kota Semarang. Padahal rasa lezat dan pedas menyengat Mangut Kepala Manyung Bu Fat sudah melambai-lambai sesaat kami melaju melewati kota yang cantik ini. Ah, nanti bulan April saja ya!

Beberapa ruas tol masih gratis. Termasuk ruas tol Batang-Semarang masih gratis, sehingga yang kami bayar hanya tarif tol Palimanan-Pemalang saja. “Lumayan ngirit nih”, batin saya. Dan selepas GT Kali Kangkung, kami beranjak menuju gerbang tol selanjutnya, yaitu Gerbang Tol Banyumanik, yang akan mengantar kami ke kota selanjutnya. Dan kami dapat rejeki lagi, jadi jalan tol ruas Salatiga-Kartasura baru saja resmi dioperasikan tanggal 21 Desember 2018. Sudah bisa dilintasi mulai pukul 06.30 WIB pagi tadi, dan masih gratis! Wah, selain jauh lebih cepat, perjalanan kami melintasi ruas-ruas Tol Trans Jawa baru ini masih banyak yang belum dipungut biaya. Ahey!

Perlu diakui, ruas tol Semarang-Salatiga-Kartasura hingga Sragen menyuguhkan pemandangan yang cantik luar biasa. Mulai ruas jalan tol yang membentang di atas perbukitan dan lembah, warna hijau pepohonan di kanan kiri kami, hingga GT Salatiga yang menyuguhkan latar belakang Gunung Merbabu yang pada saat cuaca cerah dapat terlihat indah. Sampai titik ini, jalanan tol yang masih sangat baru ini terasa mulus, hingga sesekali mobil Toyota Avanza Veloz 1.5 Matic dapat saya geber hingga 140 KM/jam dengan hanya sedikit terasa ‘bumpy’, efek dari jalan tol yang masih baru dibangun, masih dalam bentuk semen beton, belum dilapisi aspal.
Dan akhirnya, masuk perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur pukul 11.47 WIB. Kalau dibandingkan secara sederhana, waktu tempuh jika melalui jalan biasa, mungkin baru sampai Kota Pemalang. Belum juga masuk kota Semarang. Lagi-lagi, ini sesuai kebiasaan dan cara saya menyetir lho, yang sering berhenti di SPBU untuk toilet break, dan lain-lain (reminder, saya masuk Tol Cikampek via GT Bekasi Barat pukul 02.30 WIB, jadi kini dari kota Bekasi ke kota Ngawi hanya butuh 9 jam saja berkendara). A massive progress I must say! Hats off to you, Pak Jokowi!

Di kanan dan kiri ruas jalan tol, banyak saya temui rest area. Tentunya belum semuanya siap 100%, hanya beberapa saja yang terlihat sudah lengkap dengan rumah makan dan toilet permanen, dan juga SPBU. Beberapa saya temui masih dalam pembangunan, dan SPBU-nya juga darurat, hanya mobil tangki Pertamina dengan tenda untuk pengisian bahan bakar (tersedia hanya Pertamina DEX dan Pertamax) ke jerigen-jerigen plastik dengan beberapa petugas berjaga, ditemani oleh petugas keamanan, bahkan beberapa dijaga oleh petugas polisi.
Perjalanan pulang ke Malang sebelumnya, saya masih melintasi jalanan tol yang masih putus nyambung. Terlebih di daerah Mojokerto, alias Jalan Tol SOKER (Solo-Kertosono), hingga masuk ke Tol Mojokerto, yang sudah tersambung ke Tol Surabaya. Ini pun sudah sangat keren buat saya, meskipun harus masuk dan keluar jalan tol. Ujar saya ke istri saya saat itu, “Eh, enak kali ya kalau sudah jadi semua jalan tol-nya, kita gak usah keluar masuk tol gini lagi?”, kata saya. “Iya, tapi kan nanti gak bisa lagi makan Nasi Cumi Item di warung langganan di Jalan Raya Tegal-Pemalang, makan Nasi Rawon di Nganjuk, jajan bakso di SPBU deket-deket Kediri situ. Ya kan?”, balas istri saya. “Hmmm… Iya juga ya, kalau mau ya keluar tol dulu, kita makan, isi bensin, beli oleh-oleh, lalu balik masuk jalan tol lagi”, lanjut saya. Saya dan istri hampir kalau lewat Kota Kediri pasti mampir ke salah satu toko oleh-oleh, entah itu Bah Kacung atau Poo, untuk sekedar membeli tahu kuning khas Kediri, dan makanan favorit kami berdua, Stik Tahu. Sampai saat ini, menurut kami Stik Tahu buatan Bah Kacung yang masih paling enak. Renyah dan tidak terlalu asin. Namun, jika Stik Tahu Bah Kacung tidak ada, stik tahu buatan Poo masih ok juga buat dimana di sepanjang perjalanan, atau untuk oleh-oleh.
Ada plus ada minus. Plusnya, perjalanan kami jadi lebih cepat dan relatif lebih hemat dari sisi BBM. Karena bagaimanapun juga, kalau mobil terus melaju, tanpa sering berhenti, pemakaian BBM jadi lebih irit. Saya hanya mengisi BBM Pertalite 2 kali, yaitu Rp 200.000,- di Rest Area Tol Cipali KM 166 (sekitar Majalengka), dan Rp 200.000,- lagi di Rest Area Tol Semarang-Solo KM 429, sampai di Kota Surabaya masih setengah tangki. Mobil saya berangkat dari Bekasi dengan kondisi tangki separuh terisi. So, cukup irit ya? 🙂
Biaya tol berapa?
Tol Palimanan Rp 117.000,- kemudian Tol Kali Kangkung Rp 109.000,- lanjut ke Tol Warugunung Rp 253.000,- dan akhirnya tol ke arah Bandara Juanda, keluar di GT Rungkut Rp 8.000,- Memang perjalanan ini sangat irit, karena hanya menghabiskan Rp 400.000,- untuk BBM Pertalite dan Rp 487.000,- untuk bayar tol. Irit juga karena beberapa ruas tol Trans Jawa yang masih digratiskan. Perkiraan saya, biaya tol nanti jika sudah dibuka dan berbayar semua akan berkisar di Rp 600.000 hingga Rp 700.000,- Katakanlah biaya BBM dan tol untuk sampai ke Kota Surabaya dari Kota Bekasi ‘hanya’ Rp1.000.000,-, namun jika satu mobil berisi 3-5 orang (beserta bagasi tentunya), sangat ekonomis bukan? Untuk makan sih bisa di rest area yang ada (atau bawa bekal sendiri seperti kami), dan kalau mau bisa keluar tol sejenak untuk menikmati hidangan khas di kota setempat. Dibikin asik aja! Asiknya, kami sampai di Kota Surabaya, keluar di GT Rungkut pukul 14.30 WIB. Jadi pas perjalanan 12 jam dari GT Bekasi Barat sampai GT Rungkut, sudah termasuk macet kurang lebih 2 jam dari Bekasi Timur hingga Karawang Barat, dan beberapa kali rehat di rest area, termasuk tidur 10-15 menit 3 kali sepanjang perjalanan.

21 Desember 2018, pukul 14.30 WIB. Keluar GT Rungkut, Surabaya.
Dan tahu nggak, apa yang menyambut kami sesaat kami sampai di Kota Surabaya? Kamar hotel yang super nyaman di Hotel Santika Jemursari dan Nasi Bebek Khas Surabaya, ala Bebek Wahid Hasyim, Jalan Jemursari No. 17, Surabaya. Top notch!


Time to crash! Lanjut nanti di unggahan Christmas Homecoming Trip 2018 selanjutnya ya!
Referensi:
- Tol Trans Jawa Sudah Bisa Diakses Mulai Jumat 21 Desember 2018. Diakses: Jumat, 18 Januari, pukul 09.28 WIB
- Tol Trans Jawa Lengkap, Berkah Bisnis Bus AKAP. Diakses: Jumat, 18 Januari, pukul 09.28 WIB.
- Jalan Tol Trans Jawa. Diakses: Jumat, 18 Januari, pukul 09.28 WIB.
- Perjalanan Tol Trans Jawa Akhirnya Nyambung dari JKT sampai SBY. Diakses: Jumat, 18 Januari, pukul 09.28 WIB.
Pengalaman yang menarik ya pak.
Pengalaman yang menarik ya pak..keep travelling
Sure thing pak, thank you for reading 🙂
Jadi kalau ke malang bisa tol terus sampai kota malangnya ya? Rencana mau nyoba liburan sekeluarga dari Bandung..tq infonya
Hi, mbak Wuri. Mohon maaf baru saya balas.
Bisa, langsung masuk tol Cikampek-Cipali-dst-sampai keluar GT Singosari (lurus arah Kota Batu, kiri masuk Kota Malang, kanan arah Surabaya) atau GT Pakis (dekat Bandara Abdulrahman Saleh). Safe trip ya! 🙂
Pak saya sangat tertarik dengan bahasan ini. Di era di mana blogger semakin surut, tulisan ini sungguh menginspirasi. Salam
Terima kasih atas apresiasinya. Just sharing what I know, Pak Hamid 🙂