Jujur sih, di awal tahun 2018 ini tidak punya pikiran sama sekali kalau bakal jalan-jalan ke Belitung. Malah barusan pulang kampung, merayakan Natal di Malang. Baru saja balik malah di tanggal 31 Desember 2017. Kembali dan lagi-lagi merayakan tahun baru di rumah, berdua saja selayaknya 2 orang dewasa, tertidur sampai pergantian tahun. Dan besoknya, tanggal 1 Januari 2018 saya harus ‘aktif bekerja’ untuk cek sebuah event dimana brand es krim saya hadir sebagai salah satu merchant. Disitulah saya dapat rejeki. Dapat rejeki tiket murah ke Belitung pulang pergi untuk 2 orang seharga ‘hanya’ Rp 800 ribuan saja. Rp 200 ribuan saja per orang, man! Thank you, Sriwijaya Air! 🙂
Tanggal keberangkatan? 14 Mei dan tanggal pulang di 17 Mei 2017. So, we get 4 days and 3 nights at Belitung! How exciting! Sambil mempersiapkan semuanya, saya coba mengontak rekan kerja saya dulu, yang mengundurkan diri di tahun 2014 karena ingin berwirausaha di kampung halamannya, Kota Tanjung Pandan, Belitung. Pak Yuliyadi ini adalah orang asli Belitung yang sempat merantau ke Jakarta, dan kini membuka agen perjalanan di Belitung dengan nama Belitung in Paradise. Istri saya sibuk browsing hotel budget di sana, dan juga lakukan perbandingan antara travel agent satu dan lainnya untuk membandingkan harga-harganya. Dan akhirnya, pilihan jatuh ke Belitung in Paradise untuk agen perjalanan yang akan mengawal dan mengantarkan kami berpetualang di Pulau Belitung dan pulau-pulau cantik di sekitarnya, dan pilihan hotel jatuh ke MaxOne Hotel-Belstar Belitung! All is set, let’s go!

We got a surprise! Ternyata kedua mertua saya, ingin ikut juga jalan-jalan di Belitung. Sehingga jadilah kami berempat berangkat. The more the merrier, kata saya! Segala pikiran bahagia ada di benak kami berempat , saya yakin. Karena kami akan berangkat ke negeri laskar pelangi, yang ada di pulau dimana air biru tosca jernih dan gugusan batu granit raksasa berada. Dan tak lupa satu lagi, sajian seafood!
Bandara H.A.S Hanandjoedin, Tanjung Pandan-Belitung, pukul 17.08 WIB.



Sejak perjalanan menuju ke Bandara Soetta, saya sudah mengontak tour guide kami, Mas Michael Yordan (demikian namanya, bukan pakai nama Jordan saja ya?) untuk detail kedatangan kami nanti, yang ternyata mengalami keterlambatan kurang lebih 1 jam, dari awalnya boarding pukul 14.55 WIB menjadi pukul 16.05 WIB. But it’s ok, at least we will only miss sunset at Pantai Tanjung Pendam. How pitty!
Dan setelah 50 menit mengudara, sampai juga akhirnya kami di Bandara H.A.S Hanandjoeddin-Tanjung Pandan. Lega rasanya, setelah menghirup udara selepas hujan di Belitung ini. Udara bersih dan segar! Oh iya, karena bulan Ramadhan akan datang sebentar lagi, bisa dipastikan di hari terakhir kami di sini, kami akan mendapatkan pengalaman berlibur di pantai atau pulau yang sepi pengunjung. Ibaratnya berlibur di pantai pribadi kami sendiri. Hehehehehe.. Just stay tune! Dari kejauhan, saat hendak menuju pintu keluar, saya sudah melihat anak muda dengan kulit tanned (terbakar matahari), mengenakan polo shirt warna putih sudah melambaikan signage bertuliskan “Welcome to Belitung Mr. Haryoprast” dengan senyum lebar. “Ah, pasti ini yang namanya Yordan!”, batin saya 🙂


Dan ternyata benar, saya bertemu dengan Yordan yang sudah saya kontak sejak berangkat ke bandara tadi siang. Anak muda inilah yang akan menghantarkan kami selama 4 hari 3 malam liburan kami berempat. Dari awal kami sudah ‘klik’ dengan tour guide kami ini karena ramah, helpful, dan super friendly! Tujuan pertama, sang tour guide membawa kami ke Restoran Raja Seafood, yang menurut dia, ini salah satu restoran seafood yang terbaik, yang dekat dengan Bandara Tanjung Pandan. Cukup unik, tatanan meja dan kursi di restoran ini menyerupai tatanan jamuan pesta, dengan meja bundar dan kaca bulat yang dapat diputar dengan 6-7 kursi mengelilingi. “Makan apa kita?”, tanya bapak mertua. “Makan yang enak, yang belum pernah kita coba lah”, jawab saya.

Pilihan menu jatuh pada Gangan Ikan (saya belum pernah coba), Tumis Kangkung Terasi (saya ingin merasakan hidangan dengan terasi Bangka/Belitung yang sudah terkenal), dan cumi goreng tepung. Karena saya ingin kerupuk, jadilah saya ke toko oleh-oleh milik restoran ini juga, untuk membeli kerupuk cumi (saya suka sekali cumi-cumi) dan kerupuk kemplang, agar saat makan ada bunyi ‘kriuk’. Rasa dari masakan gangan ini cukup unik, dominan manis ternyata. Rasa manis bertambah saat saya menyertakan potongan-potongan nanas segar di dalam mangkuk sup kecil saya. Daging ikan (entah saya lupa namanya, salah satu ikan khas Belitung) yang diambil adalah dari bagian kepala, favorit saya. Kuah manisnya pun terasa manis dengan rasa gurih di sela-selanya. Rasa terasi saya temukan kuat di cah kangkung yang saya pesan.
Untuk hal makan, saya ada catatan selama makan di Belitung ini;
- porsi nasi yang mereka berikan sangat banyak. Jadi kalau tidak terlalu makan banyak, (misalnya) untuk berempat cukup pesan 2 porsi nasi putih saja,
- harga makanan di restoran seafood di Belitung cukup mahal (terutama untuk ikan dan kepiting), namun sepadan dengan rasa dan kualitas masakannya.

Ok, mari kita istirahat sejenak sekarang. Check in di MaxOne Belstar Hotel Belitung tepat pukul 19.00 WIB, dan langsung masuk kamar kami masing-masing. Suasana budget hotel ini cukup nyaman, hotel ini sudah lengkap dengan kolam renang di samping restoran di lantai 1, namun sayang tidak ada fitness center-nya (iya deh, yang anak gym). Kamar tidak terlalu luas (Hey, you stay in a budget hotel buddy! No complain!) namun cukup nyaman dari sisi lighting, suhu udara, kebersihan kasur dan bed cover, kamar mandi, hingga pilihan channel TV. Pas lah, kalau hanya untuk tidur dan mandi saja, mengingat kami hanya menghuni kamar ini saat malam hingga pagi hari saja.
Saya sudah bilang ke Yordan kalau malam ini kami ingin sekedar jalan-jalan, nongkrong di tempat yang paling hits di Kota Tanjung Pandan ini. Dan referensi mas Yordan pun langsung jatuh ke Kong Djie Coffee di Jalan Siburik, depan Sekolah/Gereja Katolik Regina Pacis. Ini lokasi awal dari kedai kopi yang sudah buka dari tahun 1948 ini, yang kini sudah buka franchise bukan saja di Belitung, namun juga ada di Jakarta dan Bekasi. Pak Yuliyadi yang iseng-iseng saya ajak nongkrong sambil ngobrol bareng di Kong Djie Coffee lewat Mas Yordan pun mengiyakan ajakan saya. Nostalgia!

Dari kejauhan, saya sudah mengenali sosok Pak Yuli ini yang sama sekali tidak berubah sejak beliau resign dari perusahaan tempat saya bekerja sekarang. He’s still a nice guy. Kami bercerita tentang kehidupan kami masing-masing, pekerjaan saya dan pekerjaan beliau sekarang, teman-teman lama termasuk pak bos yang dulu sempat menyayangkan kepergian beliau untuk pulang kampung, namun setelah pak bos berkunjung ke Belitung dan melihat bagaimana suksesnya mantan anak buahnya dulu di bidang pariwisata, beliau lega. “Pak Adji sempat datang bareng keluarga ke Belitung, 2 tahun lalu kalau tidak salah. Dan beliau akhirnya melihat kehidupan saya sekarang”, terang Pak Yuli. Yup, beliau sudah sukses sekarang, setelah memutuskan beralih dari karyawan menjadi seorang entrepreneur. Saya pun bercerita tentang kawan-kawan lama saya, teman satu angkatan Management Trainee Campina Ice Cream angkatan 4 (tahun 2005) yang beberapa kini sudah menjadi wirausahawan sukses di kampung halamannya. Salah satunya adalah Chrisma Rendrawan di kota Solo, yang kini sudah menjadi pengusaha kuliner dan penginapan bulanan khusus karyawan. Senang rasanya menceritakan kabar baik tentang kawan-kawan lama kita bukan?
Kami ngobrol panjang lebar di warung kopi paling terkenal di Belitung, tapi belum lengkap kan kalau belum mencicipi seperti apa racikan kopinya? Well, saya sebenarnya sudah memutuskan ‘pensiun ngopi’ sejak Oktober 2017 yang lalu karena gangguan asam lambung akibat perilaku minum kopi saya yang berantakan. Namun bolehlah malam ini saya buat pengecualian. Saya pun pesan kopi susu ukuran kecil untuk menemani acara ngobrol kami. “Kopi Belitung itu kuat, mas Yoga. Jadi kudu ada teman ngopinya, saya pesenin cemilan ya?” kata Pak Yuli setelah tahu sejarah antara saya, kopi, dan asam lambung. “Boleh pak, pisang atau singkong goreng enak juga”, jawab saya. Kopi hitam dengan susu kental manis di bagian dasar gelas pun disajikan. Pramusaji juga membawakan susu kental manis ekstra untuk mereka yang suka kopinya punya rasa lebih manis. Setelah saya coba kopinya, saya merasa seperti bertemu kembali dengan kawan baik yang sudah lama tidak saya temui. “Hi, kopi! Apa kabarmu?”, batin saya terharu. Benar, kopi Belitung racikan kedai Kong Djie ini memang benar-benar enak! Saya merasakan racikan warung kopi dengan rasa seperti ini sebelumnya di Warung Kopi A Siang di Pontianak, saat #PontianakTrip tahun lalu. Kopi A Siang ini diracik hanya oleh barista sekaligus pemilik warung kopi dengan cara yang khas, tanpa henti-tanpa mengenakan baju. Hanya bertelanjang dada dan bercelana pendek saja, Ingin tahu? Simak ceritanya disini.


Kedai kopi paling terkenal ini bisa ditemukan dengan mudah, karena punya ciri khas tiga ceret besar untuk memasak air dan kopi/teh di bagian depan kedai, lengkap dengan lampu neon diatasnya. Spot ini menjadi spot foto wajib untuk para turis lokal/mancanegara di Belitung, termasuk kami.


Ngopi pun usai, saatnya kembali ke hotel untuk beristirahat. Besok dan 2 hari setelahnya pasti akan padat, super menyenangkan! For your info, besok kami akan menjelajah Belitung Timur. Yup, kami akan main ke replika SD Muhammadiyah Gantong, Rumah Keong (Conch House Belitung), Kampoeng AHok (so glad to be there), Museum Kata Andrea Hirata, makan siang di RM Seafood Fega, dan Pantai Tanjung Pendam sebagai penutup hari. Simak terus perjalanan #BelitungTrip kami selanjutnya disini.
One Comment Add yours