Mendadak Bandung! (Mie Baso Akung-Jalan Dago-180 Coffee and Music)

Kota Bandung memang tidak masuk di top three kota favorit saya di Indonesia, tapi boleh lah ia masuk ke peringkat 4 setelah Kota Malang, Kota Semarang, dan Kota Bogor. Namun bagaimanapun, untuk short getaway, yang agak jauh sedikit dari Jakarta atau Bekasi, kami pasti memilih Bandung. And you know what, saya suka dengan ajakan: “Eh, jalan ke Bandung yuk!” Entah ajakan itu ditujukan ke saya, atau saya yang mengajak ke Bandung. 

Taman Vanda, Bandung

Saya ingat dulu pernah beberapa kali liburan singkat ke Bandung, berempat dengan kedua mertua saya. Jalan-jalan ke Bandung dengan rute: berangkat pukul 23.00 WIB untuk makan malam/jajan ketan bakar/colenak di Lembang, berendam air panas Sari Ater-Subang, sarapan pagi di RM. Ampera Lembang atau RM Ibu Haji Cijantung (Ciganea) di Jalan Merak, Bandung. Selepas sarapan istirahat sejenak di losmen sederhana di daerah Jalan Gatot Subroto, dan lanjut jalan-jalan di pusat kota Bandung, dan makan-makan di spot-spot kuliner yang lezat (tak harus mahal). Lokasi makan favorit kami selama di Bandung; Saung Punclut Sangkan Hurip 2-Punclut, Mie Baso Akung-Jl Lodaya, Mie Kocok Mang Dadeng-Jl KH Ahmad Dahlan, dan beberapa spot makan lainnya. Sebelum pulang kembali ke Bekasi, biasanya setelah makan makan bersama, kami kembali ke losmen untuk sekedar beristirahat. Tujuan istirahat ini sebenarnya buat saya sih, karena saya non-stop pegang setir selama #BandungTrip ini 🙂

Kenapa kok judulnya Mendadak Bandung?

Ya karena serba dadakan. Seperti sambel saja ya? Berawal dari selesai tanda tangan akad kredit rumah di BCA Pondok Indah, lalu bingung mau kemana. “Bandung enak nih!”, celetuk salah satu dari kami. Dan jadilah, hari itu kami ke Bandung. Saya ingat, kami tidak lewat Tol Cikampek dari arah tol JORR karena macet nya terlihat ‘sangat mengerikan’ di Google Maps. Jalanan berwarna merah tua! Ini artinya, saya harus ambil rute alternatif. Ambil jalur Pantura dari Bekasi sampai masuk GT Cikarang Utama, dan melaju ke Bandung kembali lewat Jalan Tol Cikampek.

Mie Baso Akung, Jl Lodaya 123-Bandung

Halo Bandung!

Lokasi pertama, makan mie bakso favorit saya di Jalan Lodaya 123. Apa lagi kalau bukan Mie Baso Akung. Warung mie bakso yang tutup tiap hari Jumat dan sepanjang bulan puasa ini hampir selalu saya datangi setiap kali ke Bandung karena 2 hal: rasa dan porsinya yang luar biasa! Jadi, semangkok mie bakso komplit terdiri atas mie ayam (bisa pilih mie yamin manis atau mie biasa-kering atau kuah), ditemani dengan rekan-rekannya. Kalau pesan komplit, akan dapat: 1 bakso besar, 2 bakso kecil, 5-6 ceker ayam, 2 siomay isi daging ayam suwir , 1 siomay besar, tahu bakso, dan potongan caisim/sawi hijau dalam mangkuk terpisah, dalam rendaman kuah tulang ayam yang wangi! Sebenarnya kalau untuk 2 orang, cukup pesan 1 mie baso komplit dan 1 mangkuk mie yamin polos saja. Ditambah 1 mangkuk kuah, kalau kurang. But well, we wanted to experience this Akung noodle heaven to the max!

Mie Baso Akung, Jl Lodaya 123-Bandung

Kekenyangan! Mangkuk berisi lauk mie komplit di sebelah kiri punya saya, dan punya istri saya di sebelah kanan, dengan taburan daging ayam suwir. Karena istri saya sedang tidak makan mie, jadilah ia pesan isiannya saja, komplit. Sangat banyak buat dia, dan alhasil saya juga yang membantu menghabiskan. Satu kebiasaan saya, saya bertanggung jawab atas makanan yang saya ambil/beli. Saya tidak ingin mubazir, buang-buang rejeki saja. And no wonder, I grew big and wide, just like flat screen TV, only a lot heavier 😀

Mie Baso Akung, Jl Lodaya 123-Bandung

Saya sering melihat bapak-bapak pemilik warung mie ini ikut menyiapkan hidangan yang dipesan pelanggan di meja racik mie-nya. Sama halnya saat saya makan mie Naripan, dimana bapak tua pemilik kedai masih bersemangat menyiapkan hidangan untuk setiap pelanggan setianya. Untuk 1 porsi mie bakso komplit, 1 isian komplit, dan 1 jus alpukat legit kami harus merogoh kocek Rp111.000,- (mie baso dan isian per porsi Rp42K, jus alpukat Rp17K, plus pajak 10%). Totally worth it!

“Lanjut ke Dago yuk!”

Jalan Dago, Bandung

Nggak buat belanja di factory outlet sih, cuma jalan-jalan saja dan ambil spot-spot romantis di sepanjang Jalan Dago untuk berfoto. Memang harus kita akui, semenjak Pak Ridwan Kamil menjadi walikota Bandung, kota ini jadi semakin cantik. Beliau paham, bahwa Bandung adalah kota wisata. Sehingga di masa jabatannya, banyak spot-spot menarik dibangun, yang dengan kekuatan media sosial membuat spot-spot menarik di Kota Bandung makin terkenal. Coba lihat gantungan bunga-bunga buatan warna merah dalam keranjang yang digantung di jalan-jalan utama Kota Bandung. Idenya sederhana saja, tapi mampu membuat jalanan terlihat cantik. Belum lagi deretan kursi bangku di pedestrian, dan instalasi-instalasi lainnya.

180 (One Eighty) Music and Coffee!

180 Coffee & Music, Jl. Ganeca Bandung

Go follow the maps if you want to feel their ambiance!

Satu hal yang jarang kami lakukan selama di Bandung adalah ngafe. Alias nongkrong di cafe yang tidak berada di mall. Dan kali ini, kami memilih cafe rumahan 180 Coffee Music di Jalan Ganeca No. 3, yang terkenal dengan seating area diatas kolam renang. Well, bukan kolam renang sih. Hanya kolam air sedalam kurang lebih 20cm, yang memberikan sensasi dingin di kaki saat menikmati suasana di cafe yang homy.

180 Coffee & Music, Jl. Ganeca Bandung

“Kok kaki jadi dingin ya?” kata istri saya. “Pindah ke atas aja yuk!”, pintanya yang saya langsung iya kan. Saya juga merasa agak aneh makan dengan kaki terendam. Lagipula, saya ingin buka laptop untuk sekedar cek-cek pekerjaan, ribet kalau tahu-tahu laptopnya jatuh (eh, kok jadi pencitraan?). Naiklah kami ke lantai 2, dengan melewati meja barista-bartender sebelum menapaki anak tangga memutar menuju ke lantai 2.

180 Coffee & Music, Jl. Ganeca Bandung
180 Coffee & Music, Jl. Ganeca Bandung

Dan lantai 2 juga tak kalah asyik kok.  Ada satu ruang VIP di lantai 3, dan satu set projector dan layar kalau lantai 2 di sewa untuk meeting. Malam itu, cafe ini tidak terlihat terlalu ramai, terutama di lantai 2. Jadilah kami berdua, dan beberapa group tamu cafe lainnya, baik di dalam maupun di luar. Yup, di lantai 2 ada seating area di luar.

180 Coffee & Music, Jl. Ganeca Bandung
180 Coffee & Music, Jl. Ganeca Bandung

Dan adanya panggung kecil bergaya ‘british’ di lantai 2 yang menjadikan cafe ini dinamakan demikian. Banyak spot di cafe ini yang instagramable. Sehingga tak jarang kami melihat pengunjung cafe memanfaatkan beberapa spot di cafe ini untuk berfoto. Tentu saja, termasuk kami 🙂

180 Coffee & Music, Jl. Ganeca Bandung

Dan secangkir butterscotch cappuccino a la 180 Coffee & Music tadi sanggup menjaga mata saya tetap melek sepanjang perjalanan kembali ke Bekasi, yang kali ini cukup lancar. Hanya perlu dua jam saja, dari GT Pasteur sampai  GT Bekasi Barat. Such a nice short getaway! See you around!

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s