Masih di Kabupaten Kulon Progo.
Kulon berarti barat dalam Bahasa Jawa, dan Progo adalah nama Sungai di sebelah barat kota Yogyakarta. Berarti kalau kita ingin ke daerah ini, kita pasti akan menyeberangi Sungai Progo. Seperti kabupaten lainnya di provinsi D.I Yogyakarta, Kulon Progo juga banyak menyimpan potensi wisata yang keren-keren. Kabupaten ini hampir punya semuanya, lokasi wisata pantai hingga pegunungan mereka punya semuanya.
Setelah puas makan undur-undur laut di Pantai Glagah (saya harus mengakui sempat merasa agak pusing akibat terlalu banyak makan sajian laut ini), kami beranjak ke Waduk Sermo, yang semakin terkenal sejak adanya objek wisata foto Kalibiru. Sebenarnya simple saja, yang dijual adalah latar belakang pemandangan yang sangat indah dari ketinggian. Untuk mendapatkan foto sempurna, pengunjung diharuskan naik ke platform-dengan alat pengaman, dan tinggal ber-pose menghadap kamera. Dan voila! Hasil jepretan bisa langsung diunduh (baca: dibeli) dan diunggah ke media sosial favorit.
But first, Waduk Sermo!

Waduk yang terletak di dataran tinggi ini pun juga terlihat cantik begitu saja. Jika kita berhenti sejenak di area parkir yang sudah disediakan, sebelum masuk ke area waduk, kita akan melihat pemandangan yang sangat cantik. Coba berfoto dengan menggunakan wide lens di depan giant signage Waduk Sermo deh!


Sebenarnya kami ingin ke Kalibiru, berfoto di platform yang sangat terkenal tersebut. Tapi dari penuturan tour guide merangkap tukang parkir di area tersebut, kalau sudah sore biasanya mereka sudah tidak terima pendaftaran foto lagi. Karena antrian sudah demikian panjang, dan pasti tidak nyaman juga menunggu giliran foto sedemikian lama. Jadi, kami akan explore area sekitar waduk saja. Dalam hati sudah siap-siap kecewa sih, hanya melihat-lihat genangan air luas bernama Waduk Sermo saja.
But wait!
Dengan segera kekhawatiran tersebut berubah jadi senyum cerah di wajah kami masing-masing. Sempat sih, melihat belokan dan tanjakan terjal ke arah objek foto Kalibiru, dan yakin mobil saya kuat untuk menanjak, tapi sudah lah, waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB. Memang sudah terlalu sore sih kedatangan kami. Namun saat melihat signage Bukit Pethu, dengan platform untuk foto lengkap dengan tali temali dan karabiner, kami langsung parkir dan turun ke lokasi tersebut.

Jadi, Bukit Pethu ini semacam tempat berfoto juga, dimana masing-masing spot foto disewakan untuk foto-foto dengan tarif yang bermacam-macam, mulai Rp10.000,- per orang. Pengunjung bebas menggunakan kamera sendiri (HP, DSLR, mirrorless, dan lain-lain) untuk menangkap moment berharga. Namun pihak pengelola lokasi foto juga menyediakan fotografer, lengkap dengan kamera DSLR, yang nantinya akan dijual per fotonya ke para pengunjung. Saat kami turun, bapak pengelola Bukit Pethu ini menyambut kami dengan sangat ramah. Di lokasi foto, terlihat seperangkat laptop dimana pengunjung bisa meng-copy-paste (baca: beli) foto-fotonya dengan harga Rp5.000,-/file foto, electone keyboard yang dimainkan untuk mengusir kebosanan saat pengunjung sedikit, dan mini cafetaria yang menjual makanan ringan dan minuman dingin. Setelah deal ingin ‘sewa’ platform foto yang mana saja, si bapak dengan sigap memberikan alat pengaman ke kami, yang cukup dikenakan seperti celana saja. Nanti pengait yang ada di bagian depan tinggal dihubungkan dengan karabiner dan tali.
Yuk, mari kita mengabadikan moment ini! Platform pertama ini, disewakan dengan harga Rp15.000,-/orang. Karena yang ikut foto hanya dua saja, saya dan istri, maka cukup membayar Rp30.000,- Ini spot foto yang paling mahal di antara spot foto yang lain. Mungkin karena latar belakang yang paling cantik, ditambah jembatan goyang warna-warni yang somehow juga bisa dijadikan objek foto.



Dan mari kita lihat seberapa ‘4L4Y’ hasil foto a la pre-wedding yang dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah selama 10 tahun ini. Be surprise! 🙂



Not bad ya?
Hahahahaha.. Agak puas sih saya lihat foto-foto a la pre-wedding di lokasi ini. Sudah terlihat tidak kaku lagi seperti jaman melakoni foto pre-wedding, di bulan ini tepat 10 tahun yang lalu di beberapa spot di Kota Malang. Selain kami berdua, kedua keponakan kami, Kayla dan Naneth, yang ikut jalan-jalan hari itu pun tidak ingin kalah. Mereka berani naik platform yang tinggi tersebut untuk sekedar mendapatkan foto ciamik berlatar belakang Waduk Sermo.

Bukit Pethu ini bisa jadi alternatif anda yang tidak ingin antri foto di Kalibiru, tidak perlu naik ke jalanan terjal ke atas (apalagi sewa mobil jeep Rp200.000,- s/d Rp300.000,- untuk naik ke atas dari lokasi parkir/rest area), namun masih ingin mendapatkan kualitas foto yang menawan. Saran dari mas fotografer, jam terbaik untuk mendapatkan foto paling cerah adalah saat pukul 14.00 WIB, dengan catatan cuaca sedang cerah. Untuk menjangkau nya pun tidak susah, tinggal menyusuri jalan yang mengelilingi Waduk Sermo, pasti akan ketemu. Jalan yang sama, yang mengelilingi waduk ini juga merupakan jalan alternatif yang bisa membawa anda tembus ke Kota Wates, menurut penuturan bapak pemilik lokasi wisata foto ini.
Dan baru ingat, sudah tanggal 30 Desember saja. Yang artinya, keesokan harinya saya dan istri harus kembali lagi ke Bekasi, untuk merayakan tahun baru sebagaimana layaknya 2 orang dewasa yang sudah sering melewati tahun baru bersama. Mencuci setumpuk pakaian kotor dan bersih-bersih rumah yang sudah 10 hari ditinggal mudik dan jalan-jalan. 🙂

Diiringi senyum bapak ibu mertua, keponakan-keponakan, sepupu, oom dan tante, kami pun berangkat meninggalkan Kota Yogyakarta tepat pukul 10.30 WIB, melewati jalur Muntilan (menyempatkan belanja oleh-oleh Tape Ketan, jenang, dan jajanan getuk khas Muntilan)-Magelang-Weleri-Kendal-Pemalang-Pekalongan (makan sore-malam di RM. Ayam Goreng Mbok Berek)-Tegal-Brebes-(belanja oleh-oleh telur asin)-masuk Tol Cikampek- Palimanan dari GT Brebes, hingga sampai kembali di Republik Bekasi. Atau, planet Bekasi? 🙂

Setelah kurang lebih 12 jam menempuh perjalanan (sebagian besar diguyur hujan besar), kami pun kembali dengan selamat di Kota Bekasi, diiringi dengan bunyi petasan dan kembang api yang mewarnai langit sekaligus memekakkan telinga. Dear 2018, we’re ready for you!
Sampai ketemu di blog post tentang #Travelling saya selanjutnya!
2 Comments Add yours