“It such a luxury, bro!”
Itu kata teman saya, begitu tahu kalau saya diberikan ijin oleh perusahaan tempat saya bekerja untuk mengajar di salah satu universitas terbaik di Indonesia, di jam kerja. Mengingat rekan saya ini harus mendapatkan ijin dari regional director-nya saat menerima undangan sebagai dosen tamu di kelas Digital Marketing saya. Dan ada teman satu lagi berkata, “Udah, gak usah pindah kemana-mana lah. Jarang banget ada company yang ngasih luxury seperti ini. Stay aja bro!” 🙂

Deskripsi diatas menunjukkan kalau ruang untuk bertumbuh dan berkembang sungguh diberikan oleh perusahaan ini kepada saya, salah satu karyawannya. Dari satu sisi saya lihat hal ini sebagai retensi, or simply call it a ‘perk’, sesuatu yang tidak bisa dinilai dengan gaji, bonus, atau apapun dalam rupiah. Dari sisi saya sebagai karyawan, previlege ini jadi vehicle buat karyawan untuk selalu up date dengan informasi, trend, perkembangan di di dunia digital yang saling berkejar-kejaran antara ilmu dan perkembangan teknologi. Sehingga kita bisa berkontribusi lebih besar dan meaningful ke perusahaan tempat kita bekerja, bisa berkontribusi di bidang yang kita kuasai dengan baik, yang tidak dikuasai oleh banyak orang, for being unique to stay ahead of the game.
Gampangnya begini, kita bisa baca suatu buku tentang digital atau online marketing (dari sudut apapun itu-commerce, social media, financial tech, etc), namun begitu kita selesai membaca dan mengklaim diri kita sendiri mengerti akan hal digital tersebut, di luar sana bisa jadi teknologi sudah berubah. Ini sangat dinamis, tidak lepas dari perkembangan teknologi itu sendiri, pasar dan perilaku konsumen pun juga dinamis. Perubahan perilaku yang di-trigger oleh perkembangan teknologi akan menciptakan suatu gap (celah), atau bisa juga kita sebut problem, dan siapapun (atau perusahaan apapun) yang bisa menangkap esensi dari celah ini dan menerjemahkannya, sebagai peluang dari sisi pengusaha dan sebagai solusi dari sisi konsumen, maka besar kemungkinan ia akan menemukan bisnis baru. Ini sangat lumrah dengan apa yang terjadi di sekitar kita. Kemajuan teknologi mendorong timbulnya industri start up, yang juga mendorong munculnya investor-investor yang bersedia menanamkan uangnya ke bisnis-bisnis muda ini, dan juga industri-industri pendukung; logistic company, express delivery, dan sebagainya. Dan dengan sendirinya menciptakan ekosistem sendiri, yang tidak akan mungkin lepas dari peran pemerintah, selaku regulator, untuk memastikan ekosistem ini terus tumbuh dan berkembang.
Dan siapapun (atau perusahaan manapun) yang bisa menangkap dan mengerti perkembangan jaman (perubahan perilaku konsumen, gap antara consumer expectation vs. reality, trend perdagangan di dunia digital, dan sebagainya), akan selangkah di depan pesaingnya. Being ahead of the game. Or create a new game! It also happened to me personally, in my professional career stages. How so?
Jadi, saya sudah 12 tahun lebih berkecimpung di industri fast moving consumer goods, dairy frozen food category, memulai semuanya dari bawah, menjalani semuanya dengan sabar, sebagai bagian dari proses belajar yang tidak akan pernah selesai. Dari 12 tahun tadi, 5 tahun terakhir saya habiskan di posisi Marketing Communication Manager, yang buat saya sangat menantang. Kenapa? Karena saya handle pekerjaan yang mengawinkan pengalaman dan pengetahuan yang sudah pernah saya dapatkan sebelumnya dengan pengetahuan dan hal-hal baru yang tengah berkembang sekarang. Selalu diberikan ruang untuk berkembang dan melakukan improvement yang terukur, punya teman dan rekan kerja yang mudah diajak diskusi untuk melahirkan solusi atas suatu problem-top down-bottom up. Dan yang tak kalah penting, mendapatkan dukungan dari boss yang open minded. Dan buat saya, punya boss yang open minded dan supportive ini penting banget. I’d say, pick your own boss if you can. 🙂
Jadi cukup menjawab kenapa saya bisa bertahan di perusahaan ini selama belasan tahun? Saya berani untuk keluar, dan mencoba tantangan-tantangan dari lingkungan yang baru, saya juga tidak merasa keenakan berendam di hangatnya kolam comfort zone. Saya sendiri tidak pernah memikirkan untuk pindah kerja untuk melarikan diri dari pekerjaan yang tidak enak, membosankan karena rutinitasnya, dan alasan-alasan lainnya. Karena saat ini, saya punya pekerjaan yang menantang dan sangat dinamis. Saya cenderung membiarkan semuanya mengalir. Tawaran untuk bergabung ke perusahaan lain tentu saja ada, baik langsung dari principal ataupun para head hunters. Peluang untuk punya hidup yang, let’s say, lebih sejahtera dengan gaji dan tunjangan lebih besar, fasilitas lebih baik, asuransi kesehatan yang lebih menjamin, apa lagi?
Namun hampir semua dari perusahaan atau para head hunter yang mendekati saya, apabila sudah mendengar syarat dari saya, yaitu diberikan ijin mengajar di luar kantor, dua hari dalam seminggu, di jam kerja, akan mundur. Tidak melanjutkan proses rekrutmennya. Hal ini selalu saya sampaikan di awal, karena saya berpikir harus jujur dengan kondisi saya saat ini. Tentang keistimewaan dan kepercayaan yang diberikan perusahaan ini ke saya. Ditambah rencana saya untuk mengambil gelar doktoral tahun depan, hal ini juga tak luput untuk selalu saya utarakan. Namun keberatan selalu ada di poin pertama, menjadi pengajar di jam kerja (karena rencananya saya kuliah S3 di weekend saja). Hal ini pun saya hormati, karena saya tidak mungkin memandang perusahaan yang tidak melanjutkan proses rekrutmen ini sebagai perusahaan yang kolot, tidak memberikan ruang buat karyawannya untuk berkembang, dan lain sebagainya. Tidak. Karena pasti setiap perusahaan punya kebijakan dan aturan sendiri, yang mewajibkan karyawannya berkontribusi secara penuh, fokus 100% ke pekerjaannya.
Jadi, kesimpulan dari tulisan ini adalah; jika kamu bisa, pilih atasan yang open minded terhadap ide-ide baru, mendukung ide-ide kamu, dan membantu kamu mewujudkannya dengan melibatkan stakeholder yang lain. Jika sudah dapat atasan yang seperti ini, saya yakin pekerjaan yang kamu jalani adalah pekerjaan impian, pekerjaan yang diimpikan oleh banyak orang di luar sana. Pekerjaan yang saya yakini, membuat kita terus jadi passionate, punya semangat menggebu-gebu, dan di saat yang bersamaan bisa menikmati tekanan-tekanan yang didapatkan. Percayalah akan selalu ada ruang untuk dikembangkan, dan ruang untuk kamu bertumbuh dan berkembang. Ketiga, berawal dari ide-ide yang didukung tadi, kamu bisa berkesempatan untuk menduduki jabatan yang belum pernah ada di perusahaan tempat kamu bekerja sebelumnya. Alias merancang karir kamu sendiri. Dua jabatan yang saya pegang, Marketing Communication dan sebelumnya, Trade Marketing, adalah dua jabatan yang belum pernah ada di perusahaan saya sebelumnya, dan kedua jabatan ini saya pegang untuk pertama kalinya. Dan entah, mungkin di masa yang akan datang akan muncul jabatan-jabatan baru, misalnya: Digital Marketing Manager, E-commerce Manager, Social Media Manager (ada di bawah divisi digital marketing), dan entah jabatan-jabatan apalagi yang akan bermunculan seiring perkembangan dunia digital ini.