Hari terakhir di Kota Pontianak.
Mulai jatuh cinta dengan suasana kotanya, kulinernya, spot-spot wisatanya, airnya yang tidak selalu jernih, hawanya yang panas dan gerah, dan senyum saudara-saudara yang tinggal disini. Kata Bang Yan ke saya, “Kalau sudah pernah mencicip air dari sekitar tanah Sungai Kapuas, pasti akan kembali lagi.” Mungkin saya bisa setuju dengan ucapan kakak sepupu saya ini. Belum juga pulang, saya sudah berucap ingin kembali ke kota ini lagi, dan mampir lagi ke Kota Singkawang saat Cap Go Meh. Nah kan! 🙂
Selasa, 11 Juli 2017 (07.00 WIB)

Hari pertama, hari kedua, hingga hari ketiga penuh dengan asupan makanan bergizi! Jadi sebelum pulang saya harus sempatkan ambil sesi jogging, saya pikir 5 kilometer saja cukup. Ada 2 lokasi lari yang bisa jadi pilihan pagi itu, antara di dalam lingkungan kampus Universitas Tanjungpura, atau di seberangnya, Taman Digulis. Kedua lokasi ini ada di seputaran bundaran Tugu Bambu Runcing. Namun karena Taman Digulis tampak lebih menarik, saya putuskan lari disini saja. Dan ternyata, taman ini sudah dibuat sedemikian rupa, bagus banget! Sangat friendly untuk para pelari dengan jogging track keliling tamannya, tempat bermain anak, skateboarding ramp, dan spot-spot menarik yang bisa dipakai  berolah raga yoga dan meditasi. Tempatnya tenang dan nyaman.



Para pengunjung taman banyak berkumpul di sekitar platform yang tampak di foto, yang ternyata lokasi foto favorit. Jogging track di dalam lokasi taman juga ramai, agak penuh lebih tepatnya, sehingga saya sempat zig-zag saat lari. Dan jogging selama 38 menit pagi itu cukup membuat badan basah oleh keringat. Jersey lari New Balance merah saya pun sampai bisa diperas, dan keringat pun mengucur, mungkin karena hawa Kota Pontianak yang panas. Maklum, kota ini berada tepat di garis equator.
Selasa, 11 Juli 2017 (12.55 WIB)
Dan hari itu, saat makan siang, saya mencoba untuk pertama kalinya makanan khas Pontianak yang disebut choi pan, yang disebut juga chai kue (chai: sayur-kwe: kue, atau kue yang berasal dari sayur-sayuran). Choi pan ini menurut saya bisa dimasukkan ke golongan makanan dim sum, karena dimatangkan dengan cara dikukus, dan disajikan hangat dengan sambal yang cukup pedas. Penampilannya seperti pastel kecil-kecil dengan kulit yang transparan (seperti kulit goi cuon, lumpia khas Vietnam), dengan dilapisi minyak sayur dan taburan bawang putih goreng diatasnya, dengan isi macam-macam.
Saat mencoba pertama kali, saya dapat choi pan isi  buah bengkoang. Saya pikir tadinya rebung, tapi kok tidak tercium aroma khasnya seperti saat makan lumpia Semarang? Sekilas punya tekstur seperti rebung, dan saat dimakan rasanya cenderung manis (dari bengkoang) dan ada rasa asin yang berasal dari ebi yang masuk menjadi bahan isiannya. Interesting!


What’s more interesting is whan I try the garlic-chives stuffed inside the choi pan. Iya, isi daun kucai! Kucai yang masih masuk keluarga umbi bawang ini memberikan rasa asin dan sedikit pedas, yang kita dapat saat kita mengunyah bawang putih atau bawang bombay. Unik, tapi choi pan isi bengkoang tetap jadi pilihan saya. Siang itu kira-kira saya habiskan belasan choi pan, sehingga cukup menggantikan makan siang. Dan masih, mbak Uding memberikan kami satu box choi pan untuk dibawa pulang ke Jakarta 🙂
Selasa, 11 Juli 2017 (pukul 15.30 WIB)
Berkemas dan bersiap menuju bandara. Umumnya, jika berangkat travelling berangkat bawa 3 koper, pulang bawa 5 koper. Dan itu terjadi, dengan banyaknya oleh-oleh yang kami bawa maupun yang diberikan oleh saudara-saudara kami disana. Such a generosity! Tepat pukul 15.30 WIB kami beranjak berangkat ke Bandara Soepadio, yang jaraknya mungkin hanya 30 menit perjalanan. Tidak ada jalanan yang macet, lancar luar biasa. Kami diantar oleh Bang Agus (adik Bang Yan), beserta juga Bang Yan dan Mbak Uding dengan 2 mobil.
Pesawat kami, Lion Air JT725 dijadwalkan terbang dari Bandara Soepadio Pontianak pukul 17.15 WIB, namun setelah sampai di bandara, kami dapat pemberitahuan kalau pesawat kami tertunda keberangkatannya. Well, untungnya hanya delay 30 menit saja. Alhasil, kami baru boarding pukul 17.15 WIB dan pesawat take off tepat pukul 17.45 WIB. Off to Jakarta, fly me back home!



Jam 18.50 WIB pesawat kami mendarat dengan selamat di Bandara Soekarno-Hatta, Cengekareng. Puji Tuhan, selama kami dalam perjalanan, selama di Kota Singkawang dan Pontianak, juga saat kembali ke Jakarta, kami selalu diberikan kelancaran dan kemudahan. Sehingga saya, istri, bapak, dan ibu saya mendapatkan pengalaman yang luar biasa. Untuk bapak dan ibu saya yang sudah beberapa kali ke Pontianak pasti tinggal membanding-bandingkan saja kemajuan dari kota ini dari tahun ke tahun. Namun buat saya dan istri, the first timer, pengalaman yang kami dapatkan sungguh menarik, dan sangat layak untuk diulang kembali.
#PontianakTrip ini juga resmi ditutup setelah saya mengantar kedua orang tua saya, kembali ke Kota Malang via KA Jayabaya dari Stasiun Kereta Api Senen-Jakarta Pusat hari Jumat, 14 Juli 2017 pukul 12.00 WIB. Dan puji Tuhan juga, mereka sampai kembali ke rumah dengan selamat.

Yes, we will come again for sure! This is the end of my 2017 #PontianakTrip 🙂
Referensi:
- Sedapnya Kue Choi Pan Khas Kalimantan, Rasa Asin, Manis dan Pedas jadi Satu (kaltim.tribunnews.com)
- Choi Pan Atau Chai Kue Khas Pontianak (sashylittlekitchen.com)
nanti kalau ke pontianak lagi saya ajak kuliner satenya, seafood di kakap, mancing di pulau lemukutan dan pantai temajo di paloh
Siap pak! Terima kasih buat referensi kuliner dan wisatanya 🙂