Singapore Trip-Day 1 (Bandara Soetta-Bandara Changi-Foch Road-Bugis Street)

Let the adventure begin!

Begitu ujar saya begitu kaki menginjak lantai landasan bandara Soetta pagi hari tanggal 22 Mei 2017 (10.51 WIB). Berdua saya dan istri naik pesawat Air Asia QZ269 dari Soetta ke Changi, salah satu bandara tercantik di dunia. Katanya. Dan ini adalah perjalanan pertama kami bersama ke luar negeri, dan dimulai ke negeri Singapura.

Bandara Soetta

Kami terlebih dahulu merencanakan kemana-mana saja di perjalanan pertama ke Singapore ini, dimana Sentosa Island (termasuk di dalamnya Universal Studios) tidak masuk ke bucket list kami. Yang pasti masuk adalah: berkeliling Singapore dengan MRT, LRT, dan public bus yang super bersih dan nyaman itu. Lokasi-lokasi populer yang masuk di bucket list kami: Gardens by The Bay, Merlion Park, Marina Bay Sands, Bugis Street, Orchard Road, dan lokasi favorit turis lainnya. Iya, turis!

Touch down Changi Airport!

Bandara Changi

Kami tiba di Bandara Changi pukul 13.00 WIB, setelah menempuh 1,5 jam perjalanan. Dan benar apa yang dikatakan orang-orang, Bandara Changi ini benar-benar luar biasa. Saya dapat ambiance sebuah mall super mewah saat berada di dalamnya. Setelah melewati gerbang imigrasi, kami menyerahkan kartu imigrasi yang sudah kami isi sebelumnya, dan mengantre untuk menghadapi petugas imigrasi (yang terlihat tegas dan sedikit galak) memindai paspor dan sidik jari kami. Setelah semuanya selesai, kami menghadapi persoalan baru. Kami tidak tahu dimana harus naik MRT atau public bus menuju ke kota, dan bagaimana cara membayarnya. Dan beruntung, kami banyak terbantu oleh petugas informasi dan petugas bandara lainnya untuk menemukan lokasi pembelian tiket MRT dan lokasi stasiun MRT menuju kota, yang ternyata bisa diakses lewat Terminal 2 (T2), setelah terlebih dahulu naik sky train gratis dari Terminal 1 (T1) Changi.

Singapore Tourist Pass

Setelah sampai di MRT office di lantai basement T2, kami ‘membeli’ kartu  Your Singapore Pass untuk perjalanan kami selama 3 hari, senilai $30 (atau setara Rp300.000,-) per orang. Kartu tersebut bisa dipakai untuk naik MRT, LRT, dan public bus, dengan cara tapping di mesin pembaca kartu (card reader) yang ditemui menjelang masuk stasiun dan di setiap bus. Tap dua kali, pada saat masuk dan keluar. It worth every penny! Karena kami memanfaatkan betul kartu ini untuk berkeliling menjelajah Singapore, tanpa harus repot menyiapkan uang receh! Super excited!

Peta MRT
Inside MRT

Pengalaman kami naik MRT? Super impressive! Jadi setelah tapping kartu pertama di MRT Station T2 Changi menuju ke  MRT Station Kallang (melewati 8 stasiun MRT), kami mengamati dan mempelajari habit pengguna MRT yang sangat dinamis dan sangat tertib. Mulai dari menggunakan travelator dan eskalator dari sisi kiri jika hanya berdiri (artinya tidak tergesa-gesa), untuk memberikan jalan di sisi kanan untuk mereka hingga berdiri di sisi luar pintu masuk-keluar MRT, mempersilahkan penumpang yang keluar terlebih dahulu. Juga kebersihan baik di dalam lingkungan stasiun termasuk toilet-nya. Keamanan pun sangat terjaga, karena CCTV bertebaran dimana-mana dan ada petugas keamanan yang siap berjaga, meskipun jumlahnya tidak banyak.

 

Tapping machine di public bus

Kami turun di stasiun Kallang Road, dan melanjutkan perjalanan dengan public bus nomor 21 menuju ke Foch Road, lagi-lagi dengan tap Singapore Tourist Pass. Kami dibantu oleh petugas di ruang tiket MRT, yang tergolong sudah senior  (disebut warga emas) namun tetap aktif bekerja, ditunjang dengan penguasaan bahasa Inggris yang bagus dan sangat hafal jalanan di Singapore.

Hotel 81 Elegance

Jauh hari, istri saya sudah booking kamar di Hotel 81 Elegance, yang terletak di Foch Road, yang juga dekat dengan bus stop Jalan Besar. Sebenarnya lokasi hotel kami ini cukup strategis. Dekat dengan bus stop dan LavenderMRT Station, juga cukup sekali bus saja untuk sampai di Bugis Junction. Juga sangat dekat dengan tempat makan, seperti hawker center dan juga beberapa tempat makan yang terlihat cukup terkenal, yang sangat ramai dikunjungi di jam-jam makan siang ataupun makan malam. Hotel yang kami tinggali selama 3 hari 2 malam ini bukan hotel mewah, bukan juga hotel berbintang. Sudah menjadi kebiasaan kami untuk memilih hotel biasa saja, kalau hanya dibuat tidur saja. Apalagi kami sangat senang keluar menjelajah tempat baru, mencari dan menemukan keunikannya. Kamar kami di lantai 5, kamar nomor 25, kamar tanpa jendela.

Perempatan Jalan Besar & Kitchener Road
Bangunan seberang Hong Nam Building bus stop (Jalan Besar)

Setelah beristirahat sejenak, kami memutuskan untuk jalan-jalan ke Bugis Junction sore itu. Literally walking from Foch Road to Bugis Junction, yang ternyata lumayan jauh. Kami menemukan keteraturan lagi, dimana semua yang hendak menyeberang jalan besar, seperti di perempatan Kitchener Road dan Jalan Besar ini, wajib menunggu hingga ‘green man’ muncul. Green man ini adalah lampu hijau tanda pejalan kaki diperbolehkan menyeberang jalan, sama halnya seperti lampu merah. Dan keteraturan lain yang belum saya sebutkan adalah: tidak ada orang jalan sambil merokok dan makan permen karet, tidak ada yang meludah sembarangan, dan tidak ada yang membuang sampah sembarangan. Di sepanjang jalan yang kami susuri, memang jarang ditemui tempat sampah, namun hampir tidak ada sampah yang kami temui di sepanjang jalan dari Foch Road hingga kami sampai di Bugis Junction. Awesome!

ABC Bargain Center-Bugis Street
ABC Bargain Center-Bugis Street

Ada beberapa shopping mall di Bugis Junction ini, dan sejumlah toko-toko yang menjual barang-barang kelontong dengan harga super murah, yaitu ABC Bargain Center. Untuk belanja cokelat, permen, dan jajanan lainnya dengan harga miring, saya merekomendasikan tempat ini. Saya sudah mengunjungi Mustafa Center di keesokan harinya, namun masih lebih bagus (baca: murah) harga di ABC Bargain Center. Sedangkan untuk makanan, kami sengaja memilih hawker center (semacam food court) yang tersebar di berbagai sudut kota. Selain harganya yang bersahabat, pilihan makanan dan minuman banyak, rasanya juga enak-enak! Rata-rata kami menghabiskan $6-$7 untuk sekali makan berdua. Di Bugis Junction ini, kami mencoba pork organ soup di salah satu kedai, di Albert Center. Untuk 1 porsi soup dan 1 gelas besar soy bean milk with pearl, kami cukup merogoh $4.5 dari kantong.

Albert Center hawker center (seberang ABC Bargain  Center)
Bugis Street

Puas belanja jajanan permen dan cokelat dengan harga super murah di ABC dan menyantap makan sore, kami lanjutkan perjalanan dengan berkeliling di beberapa shopping mall yang ada di sekitar Bugis Street. Dan untuk kembali ke hotel, kami memilih naik MRT dari Bugis Street, turun di Lavender Street, lalu berjalan menyusuri Horne Road (melewati Jalan Besar Stadium), belok kanan ke Trywhit Road, melewati Beatty Lane dan sampai kembali di Foch Road. Lumayan dekat.

Lalu, apa saja yang bisa kami dapatkan di hari pertama di negeri Singapore ini?

Bugis Junction
Perempatan Kallang Road dan Horne Road

Yang pertama, buat yang belum pernah mengunjungi Singapore, tidak perlu khawatir. Informasi ada dimana-mana, dan anda bisa bertanya ke orang-orang yang anda temui, atau bertanya ke petugas pemerintah di stasiun MRT, dan tempat-tempat umum lainnya, tentunya dengan bahasa Inggris, dan anda mengerti logat Singlish (Singapore English) yang banyak dipakai warga Singapore. Yang kedua, fasilitas transportasi umum sudah sangat bagus, baik itu MRT dan public bus yang sudah terintegrasi, sehingga cukup membaca peta saja, anda bisa langsung tahu harus naik public bus nomor berapa, atau pindah/transit di MRT stasiun mana untuk menjangkau tempat yang anda tuju. Yang ketiga, kartu Singapore Tourist Pass sangat membantu, anda bisa mengambil kuota kartu sesuai dengan waktu kunjungan anda. Harga untuk 1 hari: $10, untuk 2 hari: $16, dan 3 hari $30. Memang terasa mahal di awal (untuk 3 hari harga kartu hampir senilai dengan Rp300.000,-), namun jika anda sering menggunakan transportasi umum seperti yang kami lakukan selam 3 hari disini, harga akan terasa lebih murah. Sesuai dengan tag line Singapore Tourist Card: Discover More for Less. Dan terakhir, yang keempat, kami melihat warga emas, para lansia masih bekerja di beberapa tempat. Misalnya: food court sebagai petugas pembersih, mengambil tray, piring, dan perlengkapan makan lainnya, lalu juga kami temukan di stasiun-stasiun MRT sebagai petugas informasi, dan di restoran-restoran sebagai petugas masak.

Pada awalnya, kami tidak tega melihat opa-oma masih bekerja sedemikian rajinnya di usia senja mereka. Namun satu hal positif yang saya lihat, mereka masih produktif di usia senja mereka, badan masih sehat karena terus bergerak, pikiran juga masih segar karena setiap saat masih dipergunakan-melayani pertanyaan para turis yang bertanya tujuan mereka di tiap stasiun MRT. Dan negara Singapore pun juga memperlakukan mereka dengan baik, salah satunya dengan memberikan harga khusus setiap kali mereka naik transportasi umum, dan entah apa lagi. Itu saja sekelumit hasil pengamatan saya selama hari pertama di Singapore.

Saya akan lanjutkan tulisan saya tentang petualangan saya di hari ke-2 di tulisan berikutnya. Simak terus ya! 🙂

 

 

2 Comments Add yours

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s