Hari terakhir di kota Malang buat homecoming trip kali ini.
Pukul 06.00 WIB
Sama dengan pagi hari di hari sebelumnya, saya ajak istri dan keponakan-keponakan saya untuk olah raga. Hari Minggu pagi saya habiskan di car free day Ijen, hari Senin pagi (libur hari buruh) saya habiskan untuk jogging di lapangan Rampal. Lapangan ini ada di area markas TNI AD, jadi di sekitar area ini akan banyak ditemui pria-pria berambut cepak berbadan tegap sedang latihan fisik. Sejak menekuni olah raga lari, tempat ini jadi tempat yang harus dikunjungi di pagi atau sore hari untuk sekedar mencari keringat saat pulang kampung. Ada 2 jogging track di lapangan Rampal ini, satu jogging track kecil (jarak 1 putaran sekitar 400m-seperti hanya track atletik) dan jogging track besar (jarak 1 putaran sekitar 1100m), favorit saya. Karena dengan cukup berlari antara 9-10 putaran, saya sudah dapat 10 km.

Pukul 08.00 WIB
Sepulang dari Lapangan Rampal, kami berlima melanjutkan perjalanan keliling kota ke land mark kota Malang. Apalagi kalau bukan taman tugu balai kota? Semakin hari tempat ini semakin terawat, dan kini terlihat sangat bagus dan terlindungi. Saya masih ingat beberapa tahun yang lalu, dimana di sekitar kolam masih belum diberikan pagar rapat, anak-anak kecil masih bisa masuk dan menangkap ikan-ikan yang ada di dalam. “Untuk makanan bebek, mas!” kata mereka.


Namun keadaan tugu balai kota sudah sangat cantik sekarang. Begitu masuk, pagar di sekeliling area sudah terpasang rapi, demikian juga dengan pagar di sekeliling kolam (tidak ada yang bisa masuk, kecuali bandel locat pagar), dan deretan air mancur di dalam kolam. Ikan-ikannya pun besar-besar dan banyak, terlihat setiap saat kita berjalan berkeliling kolam. Demikian juga dengan tanaman teratai yang tersebar di seluruh penjuru kolam. Terlihat sehat dan terawat.



Dan memang pesona Kota Malang kini lebih banyak diketahui masyarakat luas karena efek viral unggahan-unggahan di media sosial dan internet. Seperti halnya yang saya lakukan sekarang, orang asli Malang yang mempromosikan pesona kampung halamannya. Dan kini, spot-spot wisata dan objek foto di kota Malang semakin banyak dan bagus-bagus. Selain lokasi ini, masih ada kampung warna warni Jodipan (belum sempat kami kunjungi), dan beberapa taman yang sudah dibuat bagus dan jadi ruang terbuka hijau modern. Diantaranya adalah Taman Slamet, yang terletak dekat dengan Jalan Ijen dan Jalan Semeru. Dulu, taman yang ada di Jalan Taman Slamet ini hanyalah taman biasa yang berada di tengah-tengah perumahan. Namun, setelah PT. Bentoel turun tangan dengan program CSR-nya, taman ini berubah drastis. Menjadi cantik, menarik para netizen untuk berfoto di sini, dan lalu mengunggahnya ke media sosial. Saya pun mengetahui Taman Slamet yang baru ini dari unggahan Instagram akun @lingkarmalang (follow deh!)
Pukul 08.30 WIB



Seperti halnya taman-taman yang sudah ‘hidup’, artinya banyak dikunjungi orang-orang-baik warga sekitar maupun dari luar lingkungan taman, pasti ramai dengan para penjual jajanan. Saya beberapa kali saat pulang kampung melihat jajanan seperti sate lilit. Well, sebenarnya Malang juga sudah terkenal dengan jajanan pentol bakar-cilok. Namun jajanan satu ini sangat menarik perhatian saya, dan saya baru mencobanya saat berada di Taman Slamet ini. Namanya: sempol 🙂

Jajanan ini terbuat dari adonan tepung, ayam, dan udang (menurut penjualnya), kemudian dililitkan ke tusuk sate. Sempol ini kemudian digoreng dua kali, pertama untuk menjadikannya setengah matang, lalu panas-panas dicelupkan dahulu ke kocokan telor ayam, dan digoreng lagi untuk mematangkannya.

Dan ternyata enak juga, adonannya sendiri sudah gurih, ditambah dengan celupan telor menjadikannya semakin gurih dan wangi. Sempol ini dicocolkan ke semacam saus yang terdiri atas kecap manis, saos tomat merah, dan saos cabe. Untuk sausnya, bisa diracikkan hanya dari saos tomat dan kecap saja, bila tidak terlalu suka pedas. Rasanya senang melihat kota Malang kian cantik dari hari ke hari. Juga agak kesal dengan traffic-nya yang semakin parah, ada beberapa titik kemacetan di beberapa lokasi, terlebih selama weekend, atau long weekend seperti ini. Tapi saya percaya, kemacetan adalah salah satu tanda pertumbuhan ekonomi yang semakin baik. Tinggal pemerintah kota Malang yang harus menata kota ini sebagai kota yang tetap nyaman untuk ditinggali, bukan hanya nyaman untuk dikunjungi turis.
Dan mohon maaf, tidak ada postingan foto makanan lagi di postingan blog ini, karena kami memutuskan untuk makan siang di rumah saja. Menikmati kelezatan masakan yang dibuat dengan tangan ibu kami sendiri. Simak perjalanan pulang kami ke Bekasi di tulisan berikutnya ya!