Cerita saya selama trip ke Kota Semarang di hari pertama bisa dibaca disini.
Tanggal 1 April 2017, saya terbangun pukul 01.45 WIB. Yup, saya melewatkan lagi moment dimana umur saya berkurang 1 tahun lagi, seperti yang sudah-sudah. 37 tahun boss! 3 tahun lagi akan masuk usia 40 tahun, where people say that life begins at 40! Hahaha! Baiklah, saya melewatkan lagi moment pergantian usia, namun saya tidak mau kehilangan moment lari pagi pertama di usia saya yang baru! Hup!

Setelah bangun dan bersiap-siap, saya meninggalkan hotel tepat pukul 05.30 WIB, menuju kawasan Kota Lama Semarang. Well, sebenarnya saya sudah Google-ing lokasi jogging pagi yang enak. Komplek kampus Undip Tembalang dan beberapa spot lari favorit lain di kota Semarang sempat jadi pilihan. Namun sepertinya, ide lari pagi di Water Polder Tawang ini sangat menarik!

Sesampai di lokasi, dan setelah melakukan beberapa gerakan pemanasan, saya mulai berlari. Nampak di sekeliling kolam air masih ada ‘sisa-sisa kehidupan malam’, antara lain: tukang angkringan yang tengah membereskan gerobak dagangannya, beberapa orang yang masih lelap tertidur di beberapa bangku di sekitar lokasi, dan beberapa ‘pemandangan menarik’ lainnya. Satu putaran di water polder ini kira-kira berjarak 450m, hampir sama dengan 1 putaran lapangan atletik standar. Jadi lumayan, saya dapat 5,16 km (dari hasil tracking Endomondo apps saya) dari 11 lebih putaran. Cukup sepertinya membakar kalori yang kemarin saya timbun hasil makan malam di Warung Seafood Pak Sangklak 🙂
Olah raga pagi cukup. Kembali ke hotel, bersiap untuk jalan-jalan ke Kota Ambarawa!

Sebelum berangkat ke Ambarawa, keluarga saya ingin dibawa jalan-jalan sebentar ke kawasan Kota Lama Semarang. Melihat lokasi dimana saya lari pagi tadi di seberang Stasiun Semarang Tawang, melihat sekilas Stasiun Semarang Poncol (yang kebetulan di jalan yang sama), Gereja Blendhuk (disebut demikian karena bentuk kubahnya yang unik), Kantor Pos Semarang, dan bangunan-bangunan tua lainnya di kawasan Kota Lama Semarang ini. Sejenak kami juga kagum atas usaha yang dilakukan pemerintah kota dan warga kota Semarang yang melestarikan kawasan ini sedemikian rupa.



Setelah berputar-putar sebentar melihat kawasan Kota Lama ini, kami pun melanjutkan perjalanan ke arah jalan tol Semarang-Bawen untuk menuju ke kota Ambarawa. Pemandangan selama melintas jalan tol ini juga sangat menarik, membuat kami tidak bisa berhenti mengagumi apa yang kami lihat. Tidak lama, kami pun sampai di pintu keluar tol Bawen. Setelah exit tol, ada pertigaan dengan lampu merah, kami belok kanan sampai bertemu dengan Terminal Bawen di sebelah kiri jalan, lalu langsung belok kiri lurus saja sampai bertemu lampu merah kedua. Ada papan penunjuk jalan ke arah Kota Ambarawa yang terlihat di perempatan lampu merah tersebut. Dari lampu merah kedua tadi, kami belok kiri, lurus terus sampai kemudian terlihat hamparan air luas Danau Rawa Pening.



Artinya, kami sudah sampai di lokasi. Yeay!
Parkir cukup murah, hanya Rp10.000,00 saja untuk mobilnya saja, sementara penumpang tidak dihitung. Nah, apa saja yang bisa kita temui di lokasi wisata Kampung Rawa ini? Yang pertama, pemandangan danau Rawa Pening yang dihiasi hamparan tanaman enceng gondok, wisata perahu berkeliling danau dengan biaya Rp100.000,00/trip, memancing ikan di beberapa kolam ikan yang sudah disediakan (bisa diminta untuk dimasak di tempat, kecuali di hari Minggu), dan makanan khas Rawa Pening. Yaitu ikan dan udang asli rawa yang digoreng kering dengan tepung (Rp20.000,00/250 gram). Gurih dan ranyah rasanya! Dan ditambah dengan segarnya kelapa muda yang juga dijajakan di sekitar warung ikan dan udang goreng tadi (Rp12.000,00/butir, gratis es batu dan pilihan sirup frambozen atau sirup gula merah/gulapasir)!
Nah, itu dulu. Boleh baca kisah Ambarawa Trip selanjutnya disini.
5 Comments Add yours