Hari ini sudah menjelang penghujung bulan Desember, yang artinya sebentar lagi akan berpisah dengan tahun 2015 dan berkenalan dengan tahun 2016. A goodbye can lead us to a new hello!
Kata kunci, atau lebih tepatnya kata sakti di saat-saat menjelang tutup tahun adalah : resolusi!
Iya, janji atau keinginan yang diucapkan menjelang akhir tahun, yang biasanya bertujuan bahwa keadaan di tahun 2015 menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya. Pastinya. Entah karir yang semoga makin melesat di tahun depan, di perusahaan yang sama atau perusahaan lain, bisnis yang makin menggurita, yang akan mengarah pada kesejahteraan yang lebih baik di tahun depan. Kebebasan finansial, mimpi karyawan seperti saya ditengah-tengah tagihan, tabungan, keinginan untuk berinvestasi, dan cicilan hutang.
Well, everybody knows that for sure. Resolusi adalah sesuatu yang indah, buat saya. Resolusi seperti janji buat diri saya sendiri untuk melakukan banyak hal dengan apa yang ada dalam diri saya sendiri, untuk memperbaiki diri dan sekeliling saya, yang masuk dalam jangkauan saya. Yang sederhana-sederhana saja lah. Sesederhana berkeinginan kuat untuk memperbaiki penampilan (baca : mempunyai tubuh yang lebih proporsional) dan lebih sehat dan bugar.

.
Mungkin yang akan jadi prioritas saya di tahun 2016 adalah : kesehatan, karir, keluarga.
Saya tahu, saat-saat bersama dengan keluarga adalah sesuatu yang tak akan terganti, dimana keberadaan kita di perusahaan tempat kita bekerja bersifat expendable. Jika kita keluar dari perusahaan, maka dengan mudah (sudah menjadi tugas) HR Department akan mencarikan talent sebagai pengganti kita. Sukur-sukur apabila talent pengganti kita bisa outperform kinerja kita sebelumnya di perusahaan tersebut. Ini berarti 2 hal : kita harus upgrade potensi kita, agar bisa lebih baik. Satu hal lagi adalah, departemen HRD punya jejaring dan kemampuan yang sangat bagus untuk menemukan talent untuk pengganti kita. Namun bagaimana dengan keluarga? Pastinya tidak akan dapat digantikan jika kita harus meninggalkan mereka. Lalu kenapa keluarga tidak ditaruh di prioritas pertama? Karena saya pikir kita harus punya kondisi tubuh yang prima, pikiran yang tajam, tidak pernah (atau setidaknya jarang sakit) untuk dapat menunjukkan kinerja yang luar biasa. Untuk mendapatkan yang lebih bagus, posisi yang lebih tinggi, tanggung jawab yang lebih besar, dan tentunya kesejahteraan yang lebih baik untuk keluarga. It goes like that for me. Harus sehat dulu untuk punya karir yang lebih baik, kemudian bisa mempunyai kesejahteraan yang lebih baik untuk keluarga kita. Keluarga besar dan kecil kita. Keinginan saya adalah menjadi seorang provider yang fully dependable, untuk keluarga. Bukan untuk serba berkecukupan hingga berlebihan, namun cukup untuk memenuhi kebutuhan dan sedikit keinginan saja, tanpa harus menjadi tamak untuk menginginkan segala hal.
Merasa kaya dengan banyak bersyukur dan merasa cukup. Merasa yakin bahwa rejeki kita sudah diatur dan ditakar, kita hanya punya tugas untuk mengejar dan memaksimalkan setiap kesempatan yang ada.
2015 adalah tahun dimana saya beranjak memasuki usia 35 tahun. Tahun lalu cukup luar biasa, dari sisi mengawali semuanya, mengawali punya asset pribadi, mulai punya karir baru sebagai pengajar-dosen (tidak tetap) di FISIP-UI, dan memulai atau melakukan hal-hal yang baru lainnya. 2014 adalah tahun memulai. Tahun 2015 adalah tahun memulai mengembangkan. Tahun 2015 adalah tahun meletakkan platform atau batu pijakan untuk melangkah naik ke tahun 2016, tahun dimana banyak rencana-rencana yang saya punya dan harus dikejar untuk terlaksana. Salah satunya untuk benar-benar menyelesaikan studi S2 saya yang sempat terbengkalai dan terus menerus tertunda.

Saya siap untuk tahun 2016. Kamu?
Ingin membaca posting tentang resolusi dari sudut lain? Sila simak postingan blog mas Yuswohady berikut ini –> http://www.yuswohady.com/2016/01/02/resolusi/?utm_source=dlvr.it&utm_medium=twitter