Java Jazz Festival 2015. Apa Bedanya dari Tahun Lalu?

IMG_20150308_175215

Tepat satu tahun yang lalu, 2 Maret 2014 saya buat review akan perhelatan Java Jazz Festival 2014 (JJF2014) dibandingkan dengan Java Jazz Festival 2013 (JJF2013). Secara singkat, perhelatan JJF2014 lebih meriah dibandingkan JJF2013. Ingin tahu detailnya? Bisa baca disini.

 

Lalu bagaimana dengan perhelatan Java Jazz 2015?

I think JJF2014 is better than this JJF2015. Dari sisi mana saja saya bisa katakan kalau perhelatan JJF2015 tidak lebih baik dari tahun sebelumnya?

1. Artist line up

Kalau tahun lalu, masih ada artis-artis jazz dari luar negeri yang bisa dijadikan magnet acara ini. Diantaranya Jamie Culium dan Natalie Cole. Tahun ini ada Chris Botti (yang paling saya tunggu penampilannya, thanks to Boston Live DVD), dan errrr… Christina Perri dan… Jessie J. Okay baiklah, memang festival jazz tidak harus selalu jazzy, sedikit nuansa popish dan R&B ok juga. Masih ingat dengan event JakJazz yang lebih nge-jazz dibandingkan dengan Java Jazz Festival ini.

2. Jumlah ‘spectators’

Saya ada di venue selama 3 hari berturut-turut, dan dari hari Jumat sore mulai membuat perbandingan antara JJF2015 dibandingkan dengan tahun lalu. Terlihat lebih sepi dibandingkan dengan tahun lalu. Saya masih ingat di hari Sabtu malam JJF14, venue JiExpo penuh sesak. Sempat hujan pula. Namun dari hari Jumat, tidak terlalu ramai para pecinta jazz (dan para narcisist) yang datang menonton. Well, ini hanya hasil pengamatan saya. Perlu nanya ke pihak Java Production tentang jumlah spectators yang datang selama 3 hari perhelatan acara.

3. Jumlah sponsor yang masuk

Ini kali pertama, festival jazz terbesar di Indonesia hadir tanpa title sponsor. Setelah shampoo Clear di tahun 2014 dan AXIS (telco provider yang sudah diakuisisi XL Axiata) di tahunn 2013, tidak ditemukan title sponsor di perhelatan Java Jazz 2015. Too expensive? Not worth the penny? Perhaps 😉

4. Jumlah pengisi exhibition hall

Artinya jumlah sponsor yang mengisi space 10m x 10m di exhibition hall jauh berkurang dibanding tahun JJF2014. Baik secara kualitas maupun kuantitas. Beberapa sponsor dan penyewa hall berskala besar, seperti Nescafe (dari Nestle) mengundurkan diri. Saya masih ingat betul tahun lalu, Nescafe menghadirkan lounge di bagian ujung dari exhibition hall dimana kita bisa pesan kopi ke mas/mbak ‘barista’, dengan panggung kecil untuk pertunjukan band-band jazz atau R&B. Salah satunya band jazz – funk Traya, yang beberapa dari para personel dan crew-nya adalah rekan-rekan saya sendiri.  Bahkan, ada 2 lagi sponsor dan penyewa space exhibition hall yang mengundurkan diri. Banyak space lowong terlihat, dan banyak booth-booth yang ‘gak jelas’ terlihat disana. Bottom line, kesan classy kurang terlihat di beberapa spot exhibition hall.

5. Penonton lebih banyak tampil casual

Tahun lalu masih banyak ditemukan spectators Java Jazz Festival yang tampil all out. At least pakai high heels dan well dressed. Namun tahun ini, entah kenapa hampir semua spectators terlihat lebih santai, casual. Beberapa sangat santai malah, hanya mengenakan t-shirt, celana pendek, dan sandal jepit. Baik cowok maupun cewek.  Mungkin sebagian besar sudah menyadari kalau menonton acara jazz ini harus bisa membuat diri senyaman mungkin. Mengingat untuk ‘berloncatan’ dari stage satu ke stage lainnya, dari hall satu ke hall lainnya cukup menguras energi. Belum kalau harus mengantre masuk ke hall dimana artis-artis unggulan ‘manggung’. Sebut saja antrean masuk ke hall dimana penyayi Tulus tampil. Panjang, dan dijamin hall penuh sesak, dan penuh fans Tulus yang siap menyanyi setiap lagu yang dinyanyikan dengan tingkat kehafalan yang luar biasa 🙂

Namun bagaimanapun juga, saya tetap menganggap event JJF2015 sebagai suatu event yang memorable.Saya bisa nonton Chris Botti selama dua hari berturut-turut, Dian Pramana Poetra (dan duetnya, Dedy Dukun), Tohpati, Mocca, Ruth Sahanaya, 3 Diva (yang ini kurang menimbulkan kesan), Laya Putri (putri almarhum Broery Pesulima-a future star), Snarky Puppy, Ron King Big Band, Kenny Lattimore, dan beberapa artis jazz lokal dan internasional lainnya. Namun kalau saya ditanya penampilan siapa yang paling berkesan? Menurut saya ada 2, Chris Botti dan Dian Pramana Poetra.

Kenapa?

Chris Botti, saat turun dari panggung menyapa fans-nya
Chris Botti, saat turun dari panggung menyapa fans-nya
Chris Botti and Sy Smith
Chris Botti and his band

Because it’s Chris Botti, yang pertama saya kenal dan lihat dari DVD Sting,  saya terus ikuti hingga ia membuat DVD konsernya di Boston. Sempat koleksi beberapa kaset dan CD-nya. Iya, kaset! Mungkin karena saya paling suka artis jazz yang memainkan alat musik tiup trompet.

Most memorable moment? Saat Chris Botti dan Sy Smith (vokalis yang seringkali ikut serta dalam tour-nya) turun ke bawah menghampiri penonton. Literally bermain terompet dan Sy Smith bernyayi dalam jarak sangat dekat dengan penonton. Agak chaotic saat 1 orang penonton minta foto selfie bersama, diikuti oleh belasan penonton lainnya. Sangat dekat, bahkan penonton bisa menjabat tangan, menepuk pundak, ngobrol singkat dan santai, dan itu… Selfie! Jadinya, sebagian penonton maju kedepan dan menonton konser dengan berdiri di depan panggung, agak menutupi pandangan penonton yang duduk manis. Well, I can’t complain. Since the reason is they have to fully enjoy the show, whatsoever.

Yang kedua, Dian Pramana Poetra! Legenda!

Dian Pramana Poetra
Dian Pramana Poetra dan Dedy Dukun

Ini kali kedua saya melihat penampilannya sepanjang Java Jazz Festival digelar. Tahun lalu, ia tampil bersama Addie MS dan Blue Note Big Band. Dan tentunya ditemani duet abadinya, Dedy Dukun. Tahun ini, ia tetap mengajak duetnya itu bernyayi beberapa lagu. Sempat menyanyikan lagu Sakura milik legenda musik Indonesia, Fariz RM. Dan merekapun, menurut saya adalah legenda musik Indonesia. Yang pada saat awal karir mereka, jaman saya masih kecil dan belum mengerti apa-apa tentang musik, tidak menyadari kalau mereka adalah musisi jazz dengan talenta luar biasa. Thank God masih bisa menyaksikan penampilan mereka berdua diatas panggung secara live. Semoga Java Production merilis DVD video penampilan mereka, baik di Java Jazz 2014 maupun Java Jazz 2015 kemarin. It’s totally awesome!. Oh ya, satu lagi! Ada moment yang mengharukan saat Peter F. Gontha maju ke depan panggung untuk memeluk mereka berdua.

Well, semoga Java Jazz festival 2016 lebih baik dari tahun ini. Dari segi artis, baik lokal maupun internasional, baik itu penyanyi/artis jazz atau bukan, kenyamanan penonton, harga official merchandise JJF yang lebih bersahabat, pengisi exhibition hall yang kembali menampilkan lounge/booth berukuran 10m x 10m kembali jadi classy dan stand out. All the best for Java Jazz Festival pokoknya!

One Comment Add yours

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s