Terhitung sejak tanggal 2 September 2014 saya terlibat dalam suatu hal yang luar biasa, suatu hal yang baru pertama kali terjadi dalam hidup saya.
Jadi gini…
Gimana sih rasanya jadi orang biasa, lalu diminta-diundang untuk melakukan hal yang luar biasa? Gimana sih rasanya terpilih dari ratusan orang di luar sana, yang mendalami pemasaran digital dan media sosial, untuk mengajar di sebuah perguruan tinggi negeri terbaik di negeri ini? Gimana sih, rasanya bisa berbagi ilmu dan pengalaman di depan para mahasiswa semester 5 Jurusan Periklanan FISIP UI – Depertemen Komunikasi? Gimana sih rasanya bisa berkontribusi untuk lingkungan kita, dalam wujud nyata membantu meningkatkan kualitas dan daya saing lulusan perguruan tinggi dalam menghadapi AFTA 2016? (yang terakhir agak lebay, but that’s what it is)
Bangga!
Sejak 2 September 2014, saya diundang untuk mengampu mata kuliah Pemasaran Digital di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Indonesia. Dan baru sekarang saya berbagi pengalaman ini lewat blog sederhana ini, salah satu pengalaman saya yang luar biasa. Meminjam kata Pak Anies Baswedan dan Pak Joko Widodo, turun tangan. Selama kurang lebih 3 bulan sejak pertama berdiri di depan kelas, selain berbagi materi (sedikit teori, lebih banyak pengalaman dan hasil pengamatan di online marketing) dari saya sendiri, saya juga sudah mengundang 2 rekan saya, orang-orang hebat yang sudah lama berkecimpung di dunia online marketing, yaitu : Stefanie Kurniadi – @stefkurniadi (Head of Digital di Dixgital Agency-Bandung) dan Rendi Peterson – @rendipeterson (head of digital di Mediawave dan pengisi tetap kolom Digital Marketing di Majalah Marketing). Jika ingin informasi lebih jauh tentang mereka, bisa googling lebih lanjut. And you’ll be amazed by what they have done, and what they are doing currently 🙂
Mengundang mereka semua adalah salah satu janji yang harus saya tepati ke para mahasiswa-mahasiswi saya. Saya mengampu mata kuliah Pemasaran Digital di 2 kelas, kelas reguler dan kelas paralel, dan saya berjanji untuk mengundang para praktisi di bidang digital, yang pasti lebih jago dari saya. Mengajar di kelas reguler tiap hari Selasa pukul 14.00 – 16.30 dan di kelas reguler di hari yang sama pukul 17.00 – 19.30 WIB. Koq bisa mengajar pas jam kerja? Gimana caranya bisa dapat ijin/dispensasi dari kantor? Nah, itulah hebatnya orang yang mengijinkan saya untuk mengambil 4 jam kerja di setiap hari Selasa, untuk mengajar di kampus ini. Orang yang saya undang untuk mengisi sesi kuliah tamu di tanggal 18 November 2014 ini. Tanggal yang bakal diingat oleh rakyat Indonesia, dimana Preseiden Jokowi dan jajarannya memutuskan menaikkan harga BBM, premium dar Rp 6.500,- menjadi Rp 8.500,- dan solar dari Rp 5.500,- menjadi Rp 7.500,- (naik Rp 2.000,- tiap liternya).

Beliau saya undang untuk berbagi pengalaman tentang bagaimana mengelola hubungan antara agency dengan client. Kenapa? Karena saya pikir untuk mereka penting mendapatan wawasan tentang bagaimana bekerja di digital agency, bagaimana situasi bekerja di client side (brand management), dan bagaimana situasi bekerja di creative agency atau advertising agency. Well, sebagian dari mereka sudah bekerja atau pernah magang di advertising agency terkemuka. Sebut saja Dentsu, Leo Burnett, Lowe, dan banyak lagi. Dari beberapa perbincangan dari mereka, buat para mahasiswa komunikasi ini pernah magang atau bekerja di advertising agency ternama adalah sebuah kebanggan tersendiri.
Sehingga, ekspektasi saya, dengan mendapatkan sharing pengalaman dari para praktisi digital, brand, dan advertising agency, selain mendapatkan knowledge, mahasiswa saya bisa mendapatkan wawasan tentang bagaimana mereka akan melanjutkan hidup setelah lulus kuliah nanti. Memang, ada benarnya yang dikatakan Stefanie Kurniadi di saat sesi kuliah tamunya. “Sebelum kalian berusia 25 tahun, kalian harus pernah merasakan bagaimana bekerja di agency (apapun), karena kalian akan dapat banyak pengalaman. Setelah umur 25 tahun, kalian bisa memutuskan apakah lanjut bekerja di di dunia agency, bekerja di client side, atau menjadi seorang entrepreneur“, ujarnya.
Di sesi kuliah tamu yang kedua, mentor saya dari tahun 2005 (sejak saya bekerja di perusahaan sekarang) membawakan materi tentang client-agency relationship dari sudut pandang brand/client. Saya pikir beliau hanya sharing pengalaman beliau dari tahun 2002 berkecimpung di dunia brand management ini, namun apa yang disampaikan beliau was beyond my expectation. I only gave him a short brief about the college students which he about to meet, how they usually behave, at what level is their online marketing knowledge, and what they want to be in a near future. Namun pak Adji Andjono memberikan sesuatu yang sangat berharga bagi para mahasiswa, A Glimpse of Brand Management. Yang pertama, bagaimana mengelola sebuah team marketing, yang terdiri atas brand manager dan para assistant-nya, dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Yang kedua, bagaimana mengelola proses komunikasi sebuah brand yang akan diluncurkan, dari tahap awal sebelum penentuan segmentasi-targetting-dan positioning lewat proses market research yang panjang dan berliku, hingga sampai pembuatan TVC dan marketing measurement metric. Yang ketiga, pihak-pihak ketiga yang disebut agency seperti apa saja yang kerap berhubungan dengan brand. Kemudian beliau menyebut pihak ketiga atau agency ini sebagai partner. A strategic partner.
Dan materi presentasi yang dibawakan Pak Adji sangat runut, dari awal (deskripsi brand management), proses perancangan komunikasi brand, hingga strategic partnership dengan agency. Sure thing, it was a very valuable materials for me, and I do hope the presentation will bring the same values to my students.
And how I envy these college students…
Bagaimana tidak? Di jaman saya kuliah dulu, tidak pernah ada mata kuliah yang memberikan sharing session oleh para praktisi. Semua hanya pesan satu arah, presentasi dosen di depan kelas dengan sesi tanya jawab datar. Yang tanya ya bisa dapat nilai tambahan. Poin plus untuk mereka yang aktif. Materi presentasi dosen pun diambil dari literatur, yang baca sendiri juga bisa. Ada kuliah tamu, namun lebih ke kuliah umum yang bisa diikuti oleh mahasiswa lintas jurusan. Bukan yang built in di dalam satu mata kuliah, dirancang oleh dosen pengampu mata kuliah tersebut. I truly truly envy you, my students! 🙂
Materi presentasi A Glimpse of Digital Marketing dibawakan dengan tuntas, meskipun sedikit terlambat, sesi kuliah selesai di pukul 17.45 WIB. Setelah beberapa mahasiswa berbisik-bisik ke saya : ” Mas, ini kira-kira jam berapa ya kelarnya?” Ada juga yang memelas : “Mas, udahan napah. Kita 4 mata kuliah hari ini…” 😦 Karena keterbatasan waktu pula, tidak ada sesi tanya jawab antara Pak Adji dengan para mahasiswa. Padahal saya yakin, dari mereka yang setidaknya pernah magang di advertising dan digital agency pasti ada pertanyaan seputar konten yang dibawakan mentor saya tersebut.
Being a digital person is you have to be able to be a problem solver. You have to be able to be part of a problem solving, as well as giving a solution. Kira-kira demikian yang disampaikan Pak Rendi Peterson, salah satu dosen tamu yang membawakan materi digital marketing di kelas periklanan paralel.
“Setelah kalian lulus di tahun 2016, perlu diingat bahwa kompetitor kalian di dunia kerja bukan hanya orang Indonesia saja, namun orang-orang dari 10 negara ASEAN. Termasuk lulusan Universitas Lim Kok Wing di Malaysia yang punya jurusan advertising terbaik. Dan punya wawasan atau skill di online marketing adalah suatu keharusan, karena di masa yang akan datang semua industri akan berbasis teknologi” pungkas Pak Adji menutup sesi kuliah tamu.
One Comment Add yours