(nerusin lagi draft blog lama)
MP3 atau CD?
Ada update yang cukup menarik dari twitter beberapa minggu yang lalu dari @saykoji, rapper tambun yang meng-quote reply dari salah satu followers-nya. “Yah, download MP3 aja bang, kalo beli CD masih mahal…”
Dan hampir pasti, download MP3 gratis dari 4shared.com atau duoberry.com, atau mungkin dari portal MP3 downloader lainnya jadi pilihan buat mereka yang ingin mengkoleksi lagu-lagu keren namun enggan mengeluarkan uang untuk menebus kepingan CD (atau kaset) dari artis yang mereka sukai. Gratis!
Yes, saya juga salah satu dari para pengunduh file MP3dan MP4 gratisan tersebut. I must admit that…
(menerawang…)
Saya masih ingat di circa 2003-2005, jaman yang jual kaset masih banyak, CD masih mahal (well, dengan isi kantong saya saat itu), dan MP3 bukan pilihan utama saya (saat itu keping MP3 yang sanggup simpan ratusan file lagu sudah populer) karena kualitas audionya yang tidak sebagus CD (atau bahkan kaset). Saat itu, tempat paling damai dan menyenangkan buat saya adalah toko kaset. Yes, toko kaset. Dulu, di awal-awal bekerja, saat berada didalam Aquarius Mahakam, atau Musik+ Blok M Plaza saya suka berkhayal….

“Kalau saya nanti sudah kerja mapan dan punya penghasilan bagus, saya pasti akan koleksi CD-CD musik jazz, soul, acid jazz, dan semua genre musik yang saya sukai… Saya bakal beli dan koleksi semua”
Melihat CD dengan label imported saja saat itu sudah senang! Gimana nggak, satu keping harganya bisa sampai dua ratus ribuan bos! If I can have and play all these CDs at my house (saat itu masih nge-kost), it will be awesome. Saya bisa mati berdiri saking senangnya! It’s true. Sampai sekarang mungkin saya belum sampai di tahap yang saya impikan… Masuk ke toko CD itu, dan beli CD musik apapun yang saya mau. Dan tokonya harus Aquarius Mahakam (ngga tau Aquarius Pondok Indah masih ada atau tidak, frankly speaking), atau Musik+ atau Sangaji Music. Kenapa bukan Disc Tarra? Well, masuk dan lihat-lihat CD di Disc Tarra rasanya sama seperti kalau kita makan di restoran cepat saji. Ya gitu lah.. Nah, kalau masuk di Aquarius Mahakam (I know, tempatnya sudah jadul dan hanya rak-rak display CD dan kaset saja), berasa masuk ke restoran yang punya karakter. Maybe I was over reacted, over thinking there…ย But for me, that’s what I felt. Masuk ke ruangan dimana bapak/ibu penjaga toko (saya masih hafal beberapa dari mereka), bukan mas/mbak yang masih muda dan berseragam a la Disc Tarra, bertemu dengan mereka yang sangat menguasai tokonya (OK, mungkin mereka sudah bekerja lebih dari 10 tahunan disitu), dan tahu musik. Ini yang asik… Ngobrol dengan orang yang ngerti musik itu asik banget. Apalagi yang punya wawasan lebih luas dan dalam dibanding kita. Its an enrichment for thoughts. Music lovers thought. What do you think? ๐
It’s all CD talks. Masih perlu nabung atau punya budget khusus buat punya koleksi CD-CD musik dari penyanyi favorit (atau nambah kategori DVD konser penyanyi/band favorit).
My point is, CD mahal MP3 murah. Kita ย bisa dapetin dengan Rp 8.000,- per keping di tukang-tukang DVD pinggir jalan, atau di Glodok kalau pingin lebih murah. Sedikit perjuangan lah. Kalau gratisan yang minta share dari HP teman via bluetooth atau via BBM. Atau dapetin via download?
Download!
Lazim di-bahasa Indonesia-kan menjadi unduh. Mengunduh file via internet. Dengan gratis pula! Sebut saja portal download-share file MP3/MP4 gratis semacam 4shared.com atau duoberry.com atau mungkin masih banyak yang lain. Kadang bisa juga koq download dari youtube ๐
Kembali ke (mungkin) rasa kecewa yang ditunjukkan rapper Saykoji dalam me-RT tweet salah satu followers-nya. Ia minta followers-nya untuk beli CD albumnya, dan malah minta link download MP3-nya saja. Berusaha berempati (karena terkadang saya juga konsumen portal download-share file gratis tersebut). Buat musik susah payah, release, didengar fans untuk mendapatkan feed back, lalu sebagian penikmat musik tinggal tunggu file gratisannya di portal share-download tersebut.
Ini salah satu efek dari era keterbukaan akibat internet. Ini salah satu akibat dari attitude ‘saya mau sekarang dan saya harus bisa dapetkan sekarang’ alias pingin semuanya ada sekarang, yang dapat terakomodasi oleh internet.
Jaman saya sekolah dulu, begitu dengar lagu yang enak dan cocok di telinga, apa yang dilakukan? Dengan setia menunggu radio memainkannya (atau menunggu siapa tahu video klipnya muncul di TV), atau jika tidak sabar, minta penyiar radio untuk memainkannya. Alias request. Jaman dahulu, request bisa lewat telepon (saya ingat pernah request lagu ke radio via telepon umum buat gebetan saya waktu itu), dan datang langsung ke stasiun radio untuk request langsung. Menulis lagu yang ingin kita dengar di secarik kertas, plus mau ditujukan buat siapa (alias : kirim atensi). Ingat-ingat jaman itu jadi ngakak ๐
Jaman sekarang… Kalau tahu ada lagu keren, bergegas buka browser handphone, buka youtube untuk search video-nya (karena penting melihat sosok penyanyinya seperti apa) atau langsung ke 4shared.com ๐ Cari-cari siapa tahu link download-nya sudah ada. Lalu saat sudah dapat, bergegas pamer ke teman-temannya.. “Hoi! Gw udah punya lagunya Carly rae Jepsen – Call Me Maybe dong… Lo belum punya kan?” Lalu… “Eh, mau dong.. Mau dong! Gue nyalain bluetooth yak! Kirim.. Kirim… :)” Begitu kira-kira yang terjadi…
Jadi, jaman sekarang lebih susah jadi penyanyi… Tidak seperti jaman dahulu, dimana teknologi internet belum secanggih dan se-massive sekarang. Seorang penyanyi top bisa mengeruk keuntungan dari hasil penjualan CD (dan kaset tentunya), belum termasuk konser-ngamen sana sini, sponsor, endorsement, dan sebagainya.
Artis atau pemusik sekarang masih bisa mengandalkan penjualan CD musik untuk hidup? Masih, namun tidak akan bisa sesejahtera dulu. Kita bisa ambil contoh Pandji Pragiwaksono ( @pandji ) yang membuka diri untuk para fans-nya, men-download musiknya secara gratis. Terus dia dapat duit darimana kalau semua hasil karyanya bisa diambil tanpa bayar?
1. Dia masih menyediakan CD album rap-nya. Untuk dijual dengan cara yang unik, via online dan cara-cara unik lainnya
2. Traffic yang tinggi ke website-nya, http://www.pandji.com bisa dimanfaatkan untuk mereka yang ingin pasang display ads (banner iklan)
3. Konser-konser rap dan stand up comedy-nya. Yang juga ramai karena dia inklusif, merangkul fans-followers-nya untuk ikut serta.
4. Yang terakhir, dia punya merchandise yang dijual saat konsernya di Museum Gajah (CMIIW)
5. Sponsor. Perusahaan pembuat alat-alat olah raga League menjadi sponsor & endorsernya
Bottom line is, artis-artis jaman sekarang harus hidup dan akrab dengan internet. Bukan saja untuk berjualan (termasuk promo dan info mau konser dimana saja), namun juga untuk meng-grab dan meng-engage fans-nya dalam kegiatan-kegiatannya. Menjadi dekat dan akrab dengan mereka via fanpage atau twitter.
Contoh lain, Indra Lesmana (@indralesmana) membuat aplikasi musik di Apple, downloadable ย but not free of course, dimana didalamnya ada games musik, bisa menikmati karya-karyanya yang juga dibuat hanya dengan memaksimalkan perangkat iPad. That’s awesome!
Yang terbaru yang saya tahu, iTunes ‘membuka toko’ di Indonesia, dimana Apple users bisa download musik (dan bahkan film) per file atau per album dengan harga terjangkau dalam mata uang rupiah.
Well, despite of all arrogance and exclusivity (I’d rather call them that way), but they’re completely has a great vision in business, in seeing the market through their gadgets. Dan ini yang belum ada di Android, belum bisa dinikmati oleh pengguna gadget berbasis Android. There is Google Play, but only for applications. Music, movie? Not yet…
Android users are less educated than Apple users? Maybe. But not all of them…
Tapi perlu diakui, dengan harga yang harus dikeluarkan untuk menebus 1 unit perangkat Apple rata-rata lebih mahal dari perangkat Android kebanyakan. Dan dari harga yang harus ditebus, sudah tercermin kelas sosial ekonomi dari pengguna Apple kebanyakan (dan mungkin tingkat pendidikannya). Lebih sedikit? Iya. Punya purchasing power lebih besar? Bisa ya bisa tidak.
Dengan iTunes, Apple bisa mengedukasi konsumen musik Indonesia untuk dapat belajar menghargai karya musik secara perlahan. Dengan menebus sekian rupiah untuk bisa menikmati lagu atau film ๐
One Comment Add yours